Mimpiku Memperjuangkan Kerudung Ini

Selasa, Maret 29, 2016 1 Comments A+ a-



"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan kerudung-kerudungnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)

“Buset! Ini kakak-kakaknya kok kerudungnya panjang (baca: syar’i) semua, ya?” gumamku ketika langkah pertama memasuki atsmofer kampus dan melihat banyak kakak-kakak tingkat yang menggunakan kerudung syar’i.

Bismillahhirommanirrohim....

Dua tahun silam, sungguh asing bagiku menginjakkan kaki ini untuk pertama kalinya melihat suasana kehidupan kampus yang baru. Kuliah pertama sangatlah membuatku terkejut. Melihat banyak sekali perempuan-perempuan Muslim dengan kerudung panjang yang terulur di dadanya, melihat banyak dari mereka yang menggunakan gamis dan rok, melihat betapa sopan santunnya tingkah laku mereka, serta salam ramah cipika-cipiki-nya. Aku mulai penasaran dan tertarik untuk mengetahui seperti apa cerminan seorang muslimah sebenarnya.

Lama mempelajari agama lain, membuatku menjadi lupa akan keislamanku. Malu memang mengingat ini semua. Mengingat masa laluku sangatlah gemilang dengan nilai-nilai amat baik untuk mata pelajaran agama Khatolik. Selama tiga tahun, aku mempelajari agama lain. Dan tahukah apa saja prestasiku? Manjadi siswa terbaik dengan nilai UAS (Ujian Akhir Sekolah) Agama Khatolik tertinggi se-angkatan dan juga mendapatkan nilai tertinggi untuk Ujian Praktik Agama Khatolik.

Aku Islam, tentu aku belum mengenal apa itu kerudung. Saat Ramadhan, aku puasa... Aku bisa mengaji... Aku juga shalat, walaupun hanya seingatku dan semauku. Tapi, aku justru mempelajari agama lain, bukan agama Islam. Selama tiga tahun, aku sama sekali tidak mengenal Islam, tetapi bukan berarti aku telah menyakini agama lain, selain agamaku. 


Kondisi lingkungan, baik itu di sekolah ataupun di rumah membuatku semakin melupakan Islam. Aku tidak tahu, bahwa Islam ternyata indah, bahwa Islam penuh kesucian, bahwa Islam diwarnai kedamaian. Aku justru lebih fokus bagaimana caranya menghapal isi perjanjian lama dan perjanjian baru di Kitab Injil, menganalisis surat-surat di Kitab Injil, mempelajari sejarah penyebaran agama Nasrani, mengingat tanggal-tanggal penting dalam agama Nasrani, dan lain-lain. Bahkan lebih sering Kitab Injil yang aku buka, daripada Kitab Suci Al-Qur'an. Astaghfirullah, sungguh membuatku menyesal, aku telah membuat banyak waktuku terbuang untuk merugi.

Tidak hanya itu saja, aku termasuk siswi yang aktif di paduan suara gereja. Jika menjelang Hari Paskah atau Hari Natal, aku selalu ikut andil untuk tergabung dalam paduan suara di sekolah. Tidak perlu ditanya lagi, aku hapal lagu-lagu gereja. Hari-hari besar tiba, biasanya sekolahku selalu megadakan misa atau acara suci untuk memperingati hari besar tersebut, dan yang mendekorasi ruangan misa adalah aku. Hahaha.... Payah sekali aku. Aku malah sangat senang ketika menghias pohon natal, menggambar dekorasi back drop, dan lain-lain. Astaghfirullah... Mengingat itu semua semakin perih hati ini karena sempat melupakan-Mu, Ya Allah.

Benar saja, pertama kali masuk kuliah, banyak teman-teman sekelasku yang mengira bahwa aku seorang nasrani. Padahal namaku saja sudah mencerminkan seorang Muslim. Ada lagi yang menduga bahwa aku seorang mualaf, lalu berganti nama. Subhanallah, ini teguran dari Allah untuk menyegerakan aku mengetahui lebih banyak lagi tentang Islam.

Pengetahuanku tentang Islam sangatlah minim. Aku hanya bisa bertanya pada seorang kakak tingkat yang sangat prihatin mendengar kisahku dan sedih melihat kondisiku sekarang yang sungguh telat mempelajari Islam.

“Untuk mempelajari Islam, tidak ada yang telat, dek. Kakak malahan bangga sekali denganmu.” Begitulah kata seorang kakak tingkat yang juga sungguh baik memberiku Al-Qur’an terjemahan, agar aku mempelajari Islam dari Al-Qur’an.

Kakak tingkatku juga menyuruhku untuk bertanya apapun padanya tentang Islam, in syaa Allah akan dijawab dengan bahasa yang mudah dan membuatku paham seutuhnya. Tidak hanya kakak tingkatku saja, tapi teman perempuanku di kelas juga baik sekali mau meminjamkan buku-buku tentang Islam. Teman se-organisasiku juga perhatian sekali. Dia selalu mengingatkanku tentang ini dan itu dalam Islam. Bahagia sekali berada di lingkungan kampus yang semakin membuatku sadar bahwa Islam adalah agama yang mulia, dan aku haruslah bersyukur dan bangga terlahir sebagai seorang Muslim.



Sungguh, aku baru tahu ketika memasuki kehidupan kampus, bahwa kerudung adalah hal yang wajib untuk seorang muslimah, bahwa kerudung adalah pelindung untuk seorang muslimah, bahwa kerudung adalah mahkota untuk seorang muslimah. 

Astaghfirullah... aku baru tahu itu. Satu tahun aku habiskan untuk mempelajari tentang Islam dari awal, mempelajari tentang kerudung, aurat serta hijab, dan sebagainya. Perlahan tapi pasti, dengan restu Allah tentunya, kisah perjuangan kerudungku dimulai... Ya, inilah mimpiku.

Batinku langsung menyadari tentang keresahanku melihat beberapa teman sekelas yang memakai kerudung disingkap dan dengan punduk rambut cukup tinggi. Sedikit demi sedikit aku mengetahui tentang kerudung. Tapi perjuangan untuk memakainya tidaklah mudah.

Seorang ibu yang sudah teracuni oleh cerita-cerita tentang perempuan berkerudung, tapi malah boncengan dan pelukan erat di jalan. Seorang ibu yang tahu bahwa tetangganya hamil di luar nikah padahal telah lama memakai kerudung. Seorang ibu yang takut anaknya masuk ke dalam aliran sesat dengan perubahan gaya kesehariannya. Seorang ibu yang sering sekali memberitahukan kalau tidak akan mendapatkan pekerjaan jika berkerudung. Seorang ibu yang sungguh meragukan anaknya berkerudung, dan takut prestasi anaknya terganggu. Itulah ibuku yang meragukan kerudung sebagai pelindung untuk anaknya. 



8 Agustus 2012


Aku mencoba mewujudkan mimpiku ini. Pertama kali berkerudung pada 8 Agustus 2012, aku harus membohongi ibuku, bahwa selama menjadi panitia MPA 2012 (Masa Pengenalan Akademik) untuk mahasiswa baru, haruslah menggunakan kerudung. Beruntunglah aku, ibuku tidak bertanya mengapa dan mengapa. MPA memang selama sebulan, dan aku memakai kerudung baruku selama sebulan dengan membohongi ibuku. Tapi sebenarnya, di kampusku panitia MPA “sebaiknya” menggunakan kerudung. Aku siap menyatakan untuk berkerudung bukan karena adanya MPA yang menyarankan kalau panitianya untuk berkerudung. Aku berkerudung memang karena inilah momen yang tepat. Aku senang sekali, bisa menjadikan alasan untuk berkerudung ke ibuku. 


***


Baca juga: Tanya Jawab Tentang Hijab Bareng Gia


Sebulan berlalu.

Ibuku tahu, MPA sudah berakhir. Ibuku mempertanyakan, mengapa aku masih saja berkerudung ke kampus.

Astaghfirullah!” sontakku kaget, ibuku melontarkan pertanyaan itu di suatu pagi sebelum berangkat kuliah.

Alasan apa lagi yang harus kujawab, “Aku ingin sekali menutup aurat, Ibu.” Rasanya kalimat itu sulit sekali untuk kuucap. Aku takut Ibuku marah, dan malah menyuruhkan untuk melepas kerudung ini.

Aku jawab dengan santai, “Yah, sudah terlanjur dipakai, nih. Sudah rapih pula kerudungnya. Lagian aku kan cantik kalau berkerudung, Bu,” jawabku santai, padahal dalam hati sport jantung sekali.

Maaf Ibu, aku memilih untuk berlari keluar rumah tanpa mencium tanganmu. Aku takut sekali, engkau langsung mencopot kerudungku.

Tentu ibuku sama sekali tidak menyetujui untuk berkerudung. Satu per satu kerudung yang diberikan oleh nenek dan teman-temanku, sebagai hadiah rasa senang dan bersyukur karena aku telah berkerudung, hampir disobek-sobek bahkan hampir dibakar oleh ibuku. Berulang kali air mataku menetes untuk memperjuangkan kerudung-kerudung itu tetap ada di lemariku. Aku diberikan saran oleh kakak tingkatku untuk memberi pengertian pelan-pelan padanya. Aku sudah menceritakan berbagai alasan.

Mulai dari alasan, wanita cantik jika berkerudung, muslimah memang diwajibkan untuk menutup aurat, bahkan sampai "Aku kan seorang calon guru, Bu. Jadi aku mesti belajar memakai kerudung dari sekarang." Tetap saja, alasan apapun tidak ia setujui. Aku pun tak tahu mengapa. Aku hanya tetap istiqomah dengan kerudungku ini, walaupun ibuku sendiri tidak merestuinya.

Pertama kali memakai kerudung, tentu aku langsung pertama kali memakai rok. Semenjak aku memakai kerudung, aku sudah tidak lagi memakai celana atau jeans. Aku sudah tahu alasannya, mengapa muslimah sangat cantik memakai kerudung dengan bawahan rok bukanlah celana apalagi jeans. Untuk persoalan rok ini, Ibuku tidaklah curiga. Karena aku memakai alasan, kalau aku adalah mahasiswi pendidikan, dosen-dosenku mewajibkan mahasiswanya untuk menggunakan rok pada saat kuliah.

Maaf Ibu, aku membohongimu lagi untuk persoalan rok ini. Aku mohon Ibu, jangan engkau mengancam aku lagi untuk menyobek atau membakar rok-rokku. 



***

Suatu hari, aku pulang larut malam. Pukul 21.00 WIB, aku baru sampai rumah, karena jalan sangat macet dan aku baru saja pulang dari mengajar privat. Aku sudah tahu pastilah ibuku mencariku. Aku kaget sekali, ketika ibuku marah-marah dengan membawa alasan kerudung, kerudung, dan kerudung. Setiap tindakan dan perbuatanku yang salah sedikit saja, ibuku langsung memarahiku dengan nada kasar, dan membawa kerudungku ini sebagai pelampiasan kemarahannya. Sedih sekali rasanya, mempunyai Ibu yang mudah sekali marah-marah, tapi aku yakin, karena ibuku sangat sayang kepadaku.

Satu tahun ibuku terus-menerus memarahiku... Tapi, alhamdulilah belakangan ini ibuku sudah tidak marah-marah lagi. Pada akhirnya mimpiku memperjuangkan kerudung ini terwujud. Aku semakin meng-eksplor cerminan seorang mslimah sebenarnya dari lingkungan kampusku. Aku memakai rok bahkan tidak jarang memakai gamis dalam keseharianku. Alhamdulilah kerudungku sekarang lebih tebal dan tidak menerawang. Aku memakai kerudung double dengan warna yang berbeda. Aktivitasku lebih nyaman dan bangga sekali menggunakan kerudung ini kemana-mana. Tidak ada rasa malu sedikitpun aku menggunakan kerudung justru rasa bangga ini membuatku ingin buru-buru memperlihatkan pada dunia. Alhamdulilah.

Tentu aku tidak lagi ikut paduan suara di gereja, sekarang aku sudah mempunyai tim nasyid putri. Aku dendangkan lagu-lagu penuh makna Islami. Kitab-kitab Injil kutaruh di gudang, dan kupampang dengan bangga kitab suci Al-Qur’an di dalam kamarku. Aku jadi semakin sering membaca Al-Qur’an terjemahan, karena terpesonanya aku membaca kalimat per kalimat yang indahnya luar biasa. Alhamdulilah... Ibuku sudah tidak marah-marah lagi. Mungkin lelah melihat putrinya sangat kekeh (baca: istiqomah) memakai kerudung.

Terima kasih Ibu, atas kesempatan aku dan kerudungku ini. Aku yakin, engkau Ibu yang yang bangga dengan prestasi-prestasi putrimu ini setelah memakai kerudung. Nilai-nilai Indeks Prestasi-ku semakin tinggi. Ibu.... Ibu tidak usah khawatir, prestasiku menurun karena kerudung ini. Aku semakin bisa membedakan mana yang dilarang oleh Allah dan mana yang diperintahkan oleh Allah. Aku dikelilingi oleh teman-teman yang sangat luar biasa menjagaku, Ibu. Teman-teman yang selalu mengingatkanku untuk jauh dari murkanya Allah. Ibu, kerudung ini sangat melindungiku, menjaga hatiku, dan mendukung semua aktivitas positif yang kujalani. Tenang saja Ibu, aku tetap putrimu yang selalu menyayangimu. Izinkan kerudung ini selalu bersamaku sampai akhir hayatku.

Kisah selama tiga tahun sempat aku melupakan Islam, lalu satu tahun kemudian aku mempelajari Islam kembali, dan satu tahun belakangan ini aku memperjuangkan kerudungku, namun kisah tersebut tidak ada apa-apanya dari kisah yang membuatku semakin bangga menjadi seorang muslimah sejati.

Pesanku untukmu, wahai saudari-saudariku, banggalah dengan keislaman kita. Manfaatkanlah waktu kita untuk selalu mencari keridhoan Allah. Allah akan memberikan jalan-jalan yang terbaik untuk hamba-Nya yang istiqomah berjuang di jalan-Nya. 


Banggalah dengan kerudung yang engkau kenakan setiap hari. Banggalah dengan setiap perjuangan dalam mengenakan kerudung kita itu. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan iman kita untuk menjalankan dan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa-apa yang dilarang-Nya, dan mendapat derajat takwa yang tinggi, selamat di dunia sampai di akhirat nanti, mendapat pertolongan dan syafa'at di hari yaumul hisab dan mendapat surga yang tinggi, aamiin. 


OOTD di sekitar Jabal Uhud, Al Madinah Al Munawaroh

“Mimpiku Memperjuangan Kerudung Ini” adalah kisahku tentang sebuah impian yang pada akhirnya dapatku raih. Rasanya? Waaaah, bangganya luar biasa! Berharap ditulisnya kisah perjuangan kerudungku ini dapat menjadi kisah inspiratif untuk saudari-saudariku yang juga bangga menjadi seorang muslimah sejati. 


Ketika aku bermimpi untuk bisa memakai kerudung seperti saudari-saudariku di kampus, maka aku akan memperjuangkan mimpiku ini dapat terwujud walau banyak sekali rintangannya. Begitupun kamu... Yakinlah dengan mimpimu itu. Mimpi apapun itu, asalkan mimpi yang membuatmu lebih positif dan semakin dekat dengan Allah. Kejar Terus Mimpimu, ya!

1 Cuap Cuap:

Write Cuap Cuap
momtraveler
AUTHOR
Kamis, Maret 31, 2016 delete

Subhanallah...salut dengan perjuanganmu mbak. Semoga istiqamah terus ya. Jd malu nih aku udh lama jilbaban tp masih gini2 aja :(

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!