Menemukan Zona Nyaman

Selasa, Mei 24, 2016 1 Comments A+ a-

Sebuah tulisan refleksi yang khusus dipersembahkan untuk Dies Natalis UNJ ke-52. 


Keluar zona nyaman bukan berarti meninggalkan zona nyaman. Keluar zona nyaman berarti keluar, lalu mencari dan berhasil menemukan zona nyaman yang baru!

Di awal semester, aku ingat sekali, saat itu mata kuliah Teori Belajar Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Razali, salah satu dosen pendidikan favorite-ku. Pokoknya aku selalu duduk di paling depan kalau sedang kuliah bersamanya. Entah, seru sekali kuliah dengan beliau. Beliau selalu berupaya untuk meyakinkan semua mahasiswanya menjadi seorang guru di masa depan. Tanpa ragu, beliau juga menyuruh kami untuk mengikuti SBMPTN kembali alias pindah jurusan saja, jika kami masih ragu-ragu untuk menjadi seorang guru. Ya, begitulah dosenku, dosen jurusan fisika UNJ.

Dan satu hal yang paling aku ingat, Pak Razali, yang juga dosen pembimbing akademikku, bilang seperti ini untuk ketiga kalinya di depan kelas, "Gia, kamu akan terus saya pantau. Sorot matamu masih ragu untuk menjadi seorang guru fisika!"

Ya, aku masih ingat kalimat itu. Bahkan aku mencatatnya di buku catatan kuliah.

Oke, sejujurnya aku memang masih setengah ragu. Walaupun jurusan fisika prodi pendidikan fisika adalah jurusan pertama yang aku pilih, tapi niatku menjadi seorang guru belumlah sempurna. Aku masuk jurusan itu hanya sekadar balas dendam terhadap diriku sendiri, "Seberapa bodoh sih seorang Gia berada di Jurusan Fisika?" Niat awalnya, aku hanya ingin keluar dari zona nyamanku.

Baca juga: Keluar Zona Nyaman

Sepele memang, tapi aku tidak main-main untuk menjawab pertanyaan itu! Bagiku, UNJ merupakan saksi mata rekam jejak seorang Gia yang berhasil keluar dari zona nyamannya. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang sangat mendukungku untuk menemukan zona nyamanku yang baru. Ya, salah satunya dosenku itu. Beliaulah sosok yang membuatku yakin untuk mau meneruskan jejak-jejak menemukan zona nyamanku di UNJ.

Bayangkan, kalau aku tidak pernah bertemu sosok Pak Razali, sampai kapan aku mampu bertahan dengan keraguan ini?

Tidak hanya itu, kisah lainnya adalah kerudung. Mungkin ini adalah salah satu skenario Allah untuk mengizinkan aku menjadi bagian dari mahasiswa FMIPA UNJ. FMIPA memang kental sekali suasana agamisnya. Bisa dibilang paling kental dibandingkan fakultas lainnya. Beruntungnya aku, dikelilingi oleh teman seangkatan, kakak tingkat, dan adik tingkat yang mau mendukungku.

Ini semua berkat proses pendidikan kebiasaan di FMIPA. Saat aku tahu untuk pertama kalinya, bahwa muslimah itu wajib memakai kerudung, kaki muslimah adalah salah satu auratnya, dan lain-lain, aku pun langsung mengubah penampilanku. Kisah mengharu biru terekam jelas di tulisan "Mimpiku Memperjuangkan Kerudung Ini."

Bayangkan, kalau aku bukan mahasiswa FMIPA UNJ, sampai kapan aku terjebak di kegelapan ini?

Pertama kali memasuki gerbang FMIPA pada saat MPA, terpampang jelas ucapan "Selamat Datang Mahasiswa Baru UNJ", yang diucapkan melalui tulisan banner dari seorang MAPRES 2012, Kak Ervina, namanya. Sejak itu, aku mengazamkan diri bahwa kelak aku pun bisa menjadi seorang MAPRES seperti dirinya. Sayangnya aku tak tahu harus memulainya dari mana.

Beruntungnya, aku berkenalan dengan Evi Syahida, teman seangkatan FMIPA. Ialah salah satu sosok triger yang begitu menginspirasi sampai pada akhirnya akupun berhasil mewujudkan mimpiku menjadi salah satu Mahasiswa Berprestasi FMIPA tahun 2014. Aku tahu, MAPRES memang hanya gelar semata, dan dulu aku mengikuti kompetisi MAPRES hanya sekadar pembuktian bahwa seorang Gia mampu keluar dari zona nyamannya. Ah, seandainya saja aku tidak bertemu dengan temanku itu, mungkin saja saat ini aku hanya bergulat di dalam kelas saja, tidak paham betapa serunya menularkan virus inspirasi kepada mahasiswa-mahasiswa lainnya.

Bayangkan, kalau aku tidak dipertemukan dengan temanku itu di UNJ, sampai kapan aku mampu menularkan virus inspirasi ini?

Keluar zona nyaman, lalu berusaha menemukan zona nyaman yang baru di UNJ, merupakan perjalanan yang sungguh berharga! Kampus tercintaku ini adalah laboratorium bagi semua mahasiswa yang ingin mengeksplorasi kemampuannya. Dan tak terkecuali, aku.

Berkecimpung di dunia organisasi, berhasil membuatku memiliki networking yang luas sampai seantero UNJ bahkan sampai ke luar kampus. Serunya bukan main! Tidak hanya networking-nya saja, tapi kemampuanku sebagai organisatoris terus diasah. Aku memilih untuk mengasah kemampuanku di bidang komunikasi dan informasi.

Aku diberikan kesempatan yang cukup lama untuk menyelami ilmu-ilmu komunikasi dan informasi di BEM Jurusan sampai BEM UNJ. Passion-ku di bidang menulis juga semakin terasah. Alhamdulilah, setelah menjadi alumni UNJ, aku bersama dua rekan lainnya diberikan kesempatan untuk membuat dan berkarya dengan citizen journalism website pertama di UNJ, namanya UNJKita.com.

Bayangkan, kalau aku hanya diam saja dan tidak memanfaatkan kesempatan untuk mengasah kemampuanku yang lain, mungkin saja sampai hari ini tidak akan lahir UNJKita.com, ya kan?

Lulus cumlaude dan menjadi wisudawan terbaik jurusan fisika saat itu semakin membuatku bersyukur karena telah menemukan zona nyamanku di UNJ. 10 hari pasca diwisuda, ketua jurusan Fisika memanggilku, dan bertanya, "Gia, maukah kamu membantu saya membangun sebuah sekolah?" Padahal saat itu, aku sudah berniat untuk menjadi seorang news researcher di salah satu media massa nasional.

Tanpa basa basi, aku jawab, "Ya, saya mau pak!"

Aku teringat dengan ucapan Pak Razali di depan kelas. Mengancam memang, tapi kalimat itu berhasil membuatku untuk semakin yakin bahwa aku telah menemukan zona nyamanku.

Dan satu hal yang paling aku ingat, Pak Razali, yang juga dosen pembimbing akademikku, bilang seperti ini untuk ketiga kalinya di depan kelas, "Gia, kamu akan terus saya pantau. Sorot matamu masih ragu untuk menjadi seorang guru fisika!"

Ya, pada akhirnya Pak Razali telah berhasil membuat seorang Gia yakin menjadi seorang guru fisika. Ada rasa puas bukan main, jika pekerjaan yang kita jalani saat ini adalah buah kerja keras dari ilmu-ilmu yang kita timba selama masa kuliah. Alhamdulilah, aku berhasil menemukan zona nyamanku!

Sungguh aku sangat bersyukur dan berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk menemukan zona nyamanku. Selamat ulang tahun UNJ! Teruslah mencetak para tonggak peradaban berkualitas untuk bangsa ini.

Mari berbangga menjadi mahasiswa dan alumni UNJ!

Untuk kamu, adik-adikku mahasiswa UNJ, ayo keluar dari zona nyamanmu, lalu cari dan segeralah temukan zona nyaman yang baru untukmu! Pasti bisa, InsyaAllah.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Qs. Al-Baqarah: 216)

1 Cuap Cuap:

Write Cuap Cuap
Rabu, Mei 25, 2016 delete

kereeen bu guru fisika yang satu ini, semoga bisa menularkan semangat belajar yang baik sama anak-anak didiknya nanti :)

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!