6 Keunggulan Menjadi Guru Jebolan UNJ

Sabtu, Mei 28, 2016 0 Comments A+ a-




Fresh graduate asal UNJ memang agak sedikit berbeda nih! Bedanya, mereka memiliki beberapa kelebihan lho, jika mereka telah terjun ke dunia masyarakat sebagai guru. UNJ yang notabenenya sebagai penghasil dan pencetak guru-guru, ternyata memiliki beberapa keunggulan dibandingkan guru jebolan universitas lain! Gak percaya? Coba deh hubungi kakak-kakak tingkatmu yang sekarang sudah bekerja sebagai guru.

Baca juga: Menemukan Zona Nyaman

Beberapa kelebihan menjadi guru jebolan UNJ, diantaranya adalah:

Dicari-cari Banyak Sekolah



Bagi kamu yang sebentar lagi lulus dari UNJ, gak usah takut mencari pekerjaan. Karena mahasiswa UNJ yang telah mengantongi IPK Cumlaude, kamu siap-siap aja dicari oleh pekerjaan ya! Aamiin…. Semoga :)

Jadi, sebenarnya itu masih banyak sekolah yang membutuhkan SDM guru lho. Mindset mereka (pihak sekolah), UNJ adalah salah satu universitas terbaik mencetak guru-guru berkualitas di Indonesia. Jangan heran, setelah kamu lulus –terutama yang bergelar S.Pd- akan dicari-cari oleh pihak sekolah untuk merekrutmu sebagai guru di sekolah tersebut. Keren ya?

Selain karena faktor IPK yang cumlaude, faktor lain yang membuat kita dicari-cari oleh banyak sekolah adalah faktor kenalan alias link atau networking. Penting banget nih, sebelum kamu menjadi alumni UNJ, kalau bisa banyakin link ya. Salah satu cara supaya “pekerjaan yang mencari kita” adalah karena link kita yang luas. Lalu? Tinggal kitanya saja nih yang membuktikan bahwa kita memang lulusan UNJ yang berkualitas.

Lebih Kreatif dan Melek Teknologi



Mahasiswa UNJ (yang prodinya pendidikan) pasti dididik untuk menjadi guru-guru berkualitas yang kreatif dan melek teknologi. UNJ senantiasa memberikan bekal kepada setiap mahasiswa (kependidikan) bagaimana menjadi guru yang diidam-idamkan bangsa ini.

Ada beberapa mata kuliah yang memang harus diambil oleh mahasiswa UNJ demi menjadi guru yang berkualitas, seperti mata kuliah Desain Pembelajaran Sains, Keterampilan Mengajar, Pembuatan Media Pembelajaran dan masih banyak lagi. Mata kuliah itulah yang menjadi modal untuk menjadi seorang guru yang kreatif dan gak gagap sama teknologi.

Kelak, jika kamu berhasil lulus dari UNJ, semoga kamu menjadi salah satu guru jebolan UNJ yang berkualitas ya!

Gaul dan Kekinian Banget



Namanya juga UNJ, kampus negeri terbesar yang ada di tengah-tengah Kota Jakarta. Faktanya, banyak mahasiswa UNJ yang memang gaul dan kekinian banget. Gak percaya? Mampir deh ke UNJ! Bayangkan, kalau mereka (mahasiswa pendidikan) menjadi guru. Guru jebolan UNJ bakalan tetap gaul, misal seragam guru yang dipakai memliliki model yang agak berbeda dibandingkan seragam guru yang lain. Ada ajaaa gaya gaulnya deh.

Selain itu, guru jebolan UNJ juga kekinian banget. Mereka paham apa-apa saja yang lagi nge-trend saat ini. Lumayan banget, bisa tahu apa yang lagi nge-trend di kalangan siswa. Sehingga gak bakal jadi guru kuper deh!

Kuat Mental Alias Tahan Banting



Dari sembilan kampus terkenal di Indonesia, UNJ adalah kampus yang paling rendah standar pemberian nilai akademiknya oleh dosen kepada mahasiswa. Maksudnya, susah banget mendapatkan nilai yang terbaik dari dosen-dosen UNJ. Tenang, kita bisa ambil sisi positifnya ya. Sisi positifnya, mahasiswa UNJ jadi punya mental yang kuat alias tahan banting lho! Kebal dengan berbagai situasi alias mampu bertahan dikala badai menerjang.

Oia, jebolan PPG (Pendidikan Profesi Guru) UNJ juga keren banget! Sebelum menjadi guru, mereka diprogramkan melakukan pengabdian di daerah-daerah pelosok yang tersebar di seluruh Indonesia. Bayangkan, jika mereka telah lulus dari PPG UNJ, mereka akan menjadi guru jebolan UNJ yang tahan banting banget. Menghadapi situasi pendidikan serunyam mungkin, ataupun menghadapi siswa-siswi yang super bandel, pasti bisa ditangani deh.

Gajinya Gede



Sudah banyak nih guru jebolan UNJ yang menjadi PNS, nah jangan ditanya berapa nominal gajinya yaaaa. Kita yang sebagai fresh graduate jebolan UNJ juga gak perlu khawatir. Bagi kamu yang mendapatkan rezeki menjadi guru di sekolah swasta, gajinya lumayan lho. Kok bisa? Karena pihak sekolah/ yayasan melihat almamater kita, UNJ! Entah kenapa guru jebolan UNJ dipercaya untuk mengajar siswa-siswi di sekolah tersebut. Karena kepercayaan itulah, mungkin saja kamu akan mendapatkan gaji yang gede.

Bagaimana jika mendapatkan rezeki di sekolah negeri? Ooo.. berarti yaa kamu akan mendapatkan gaji guru honorer sesuai kebijakan gaji dari pihak sekolah.

Paham Psikologi Siswa



Di UNJ selain diajarkan bagaimana melihat perkembangan seorang perserta didik, diajarkan bagaimana membuat pembelajaran di kelas yang menyenangkan, dan masih banyak hal lagi, kita juga diajarkan tentang psikologi siswa lho! Semua mahasiswa prodi pendidikan UNJ pasti mengampu mata kuliah psikologi perkembangan deh. Ya kan?

Nah, hal tersebut merupakan bekal untuk menjadi guru kelak nanti. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita, salah satu pendekatan guru dalam proses pembelajaran adalah pendekatan psikologis. Oleh sebab itu, guru jebolan UNJ pasti sudah mengetahui dan memahami perkembangan siswa sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Tuh kan keren banget ya menjadi guru jebolan UNJ!


Genggam erat cita-citamu untuk menjadi guru jebolan UNJ yah! Mari berbangga menjadi jebolan UNJ!


*Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi dan juga sudah diterbitkan oleh www.unjkita.com

Tips Jitu Ketika Galau Memilih Jurusan

Sabtu, Mei 28, 2016 0 Comments A+ a-

Sumber Gambar

Di awal kelas XII SMA
"Ghaliyah, kamu mau ambil apa nanti kuliahnya?" tanya Bu Echa, guru fisikaku saat SMA.
"Saya maunya Sastra Inggris di UNJ, bu," jawabku yakin.
"Ooh, tapi sebaiknya kuliah lah yang jurusan sesuai IPA, yaa," ungkap Bu Echa memberikan saran kepadaku.

Masih terekam jelas dialog singkat antara aku dengan Bu Echa. Dan entah mengapa dialog singkat itu sungguh sangat membuatku tersihir, dan memutuskan untuk membangun cinta kepada fisika. Cieeee! Ya, aku memilih untuk keluar dari zona nyamanku.

Baca juga: Keluar Zona Nyaman

Nah, aku pernah galau untuk urusan memilih jurusan saat kuliah. Kamu pernah juga gak? 

"Aku suka menghitung, aku suka menggambar, aku suka menulis, tapi aku ingin meningkatkan skill Bahasa Inggrisku. Aku harus di jurusan apa?"


“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).

Kamu mau masuk sebuah universitas, tapi masih ragu-ragu memilih jurusan yang cocok denganmu? Duh, jangan sampai salah jurusan deh ya! Awas, nanti nyesel di akhir lho.

“Kak gue salah memilih jurusan, gue gak kuat di jurusan ini. Lebih baik gue DO aja deh!” 

Nah lho! Kamu gak mau kayak gitu kan? Nah pas banget nih! Aku telah meramu tips jitu untuk kamu yang masih galau memilih jurusan.

Berikut ini pertimbangan-pertimbangan apa saja yang harus dilakukan sebelum menentukan jurusan yang kamu banget. Cek deh!


1. Sesuaikan dengan Minatmu atau Keluar Zona Nyaman Saja Sekalian!




Fenomena salah jurusan ini fakta dan sering banget terjadi. Kamu sudah senang benget lolos di salah satu jurusan di suatu universitas, tapi gak tahunya jurusan tersebut bukan minat kamu banget. Bisa saja, nanti kamu tidak akan pernah selesai sampai akhir alias DO. Atau paling nggak, kamu menjalani kuliah dengan perasaan yang galau selama menjadi mahasiswa di jurusan itu.

Nah, ketika kamu ingin kuliah di satu jurusan, usahakanlah kamu telah mengkaji dengan bertanya kepada dirimu sendiri seberapa jauh kamu paham dengan jurusan itu. Harus sesuai dengan minat yang kamu miliki! Ingat sesuai dengan minat ya, bukan berarti harus sesuai dengan kemampuanmu.

Ketika kamu bertanya ke diri sendiri misalnya, “Apakah gue benar-benar suka fisika?” Jika jawabannya “iya” maka kamu pilihlah jurusan fisika. Selanjutnya, kamu minati dan senangi jurusan itu sehingga ketika kuliah kamu akan merasa enjoy dan menikmati perkuliahan dengan baik. Urusan kemampuan jago atau tidaknya kamu di jurusan tersebut, tenang hal tersebut bisa diasah selama perkuliahan yang kamu jalani sangat kamu minati dan senangi.

Atau ada cara yang lain lho! Ini kisah nyataku sendiri. Caranya adalah keluar zona nyaman saja sekalian!

“Waktu gue SMA, gue suka pelajaran serba menghitung. Matematika gue oke banget nilainya! Dan semua pelajaran eksak juga oke-oke nilainya, kecuali fisika! Nilai fisika gue jelek terus, tapi membuat gue semakin penasaran dan tertantang. Oia, gue juga jago banget Bahasa Inggris. Kayaknya IP gue nanti bakalan gede banget kalau gue masuk jurusan Bahasa Inggris. Sebaiknya, gue masuk jurusan yang mana?”

Nah, untuk menjawab pertanyaan di atas hanya diri kamu sendirilah yang bisa menjawab dan mengambil keputusan. Karena pada akhirnya yang akan menjalani dan menerima konsekuensinya seumur hidup adalah diri kamu sendiri, bukan orang tua, teman, ataupun kakek nenek kamu.

Menurutku, keluar zona nyaman bukan berarti meninggalkan zona nyaman. Keluar zona nyaman berarti keluar, lalu cari dan segera menemukan zona nyaman yang baru. Nah, tidak masalah, jika kamu ingin mengambil pilihan yang keluar dari zona nyamanmu alias pilih bidang yang paling bikin kamu gak bisa, tapi penasaran dan tertantang banget. Di jurusan tersebut, kamu bisa membuat zona nyaman yang baru untuk dirimu sendiri.

“Terus gimana kalau gue memilih jurusan keluar dari zona nyaman, tapi gue gak mampu menjawab tantangan di depan mata gue saat kuliah berlangsung?” Ya, jangan let it flow dong! Ikan saja akan mati kalau mengikuti arus air. Apalagi kamu? Jadi, yuk, sekali-kali tantang diri kamu sendiri! Good is not enough, you must be different!


2. Mencari Informasi Sedetail Mungkin



Wah penting banget nih mencari informasi mengenai semua jurusan sedetilnya. Kamu bisa memulai mencari tahu dari jurusan tersebut akreditasinya apa, mempelajari apa, mata kuliahnya apa saja, dosennya dari lulusan mana, praktikumnya seperti apa, lulusannya bekerja di mana, kerjanya seperti apa dan ngapain aja.

Mencari informasi tersebut bisa dilakukan dengan browsing di situs resmi universitas yang kamu inginkan. Tapi yang paling efektif bertanya langsung dengan mahasiswa atau alumni yang pernah kuliah di jurusan tersebut. Kalau sudah mendapatkan semua informasi, kamu dapat merangkumnya dan dijadikan bahan untuk membantu memilih jurusan yang kamu minati banget! Ingat ya, jangan mudah terpengaruh dengan orang lain yang kurang menguasai informasi atau sekadar ikut-ikutan teman/ trend.

3. Pertimbangkan Daya Tampung atau Kuota dari Jurusan yang Diincar


Sebelum memilih jurusan yang kamu minati, pastikan bahwa kamu mengetahui seberapa banyak data daya tampung dan peminat di setiap jurusan ataupun program studi (prodi) yang ada di Universitas Negeri Jakarta.

Jika jurusan yang kamu minati memiliki kuantitas yang terbatas dan diperebutkan oleh banyak orang, maka jangan membebani diri kamu dengan target untuk berkuliah di tempat favorit tersebut. Kamu bisa stres jika kehendak kamu tidak terpenuhi. Tapi, kalau kamu yakin, ya let’s go!

Maka, penting sekali untuk membuat banyak pilihan jurusan serta prodinya dengan memperkirakan persentase peluang masuk ke jurusan tersebut. Selain itu, kamu juga jadi mengetahui seberapa banyak sih saingan kamu untuk masuk di prodi pilihanmu. Informasi daya tampung atau kuota dari jurusan yang kamu incar, perlu sekali untuk kamu ketahui agar menjadi pertimbangan kamu, sehingga kamu siap menerima konsekuensi yang akan kamu dapatkan.

Baca juga: Daya Tampung dan Peminat SBMPTN Universitas Negeri Jakarta 2016

4. Pertimbangkan Juga Peluang Kerja Pasca Kampus



Kamu tahu gak sekarang ini banyak sarjana yang setelah lulus dia menyandang dua gelar sekaligus, yaitu gelar sarjananya dan gelar pengangguran. Nah, mempertimbangkan peluang kerja pasca kampus harus benar-benar diperhitungkan dengan matang ya!

Ada yang bilang kalau jangan memikirkan peluang kerjanya dulu, pikirkan saja bagaimana caranya agar kamu menikmati setip ilmu-ilmu yang akan kamu timba selama masa kuliah. Nah itu benar banget! Tapi, lihat juga ke depan setelah kamu lulus nanti.

Apakah jurusan yang kamu ambil nanti dapat mengantar kamu untuk mendapatkan pekerjaan dan karir yang baik? Banyak jurusan-jurusan yang saat ini lulusannya menganggur tidak bekerja. Tidak hanya orang dari jurusan tertentu saja yang dapat bekerja pada suatu profesi, karena saat ini rekrutmen perusahaan dalam mencari tenaga kerja tidak melihat seseorang dari latar belakang pendidikan saja, namun juga pengalaman. Tetapi jika kompetensi, keberanian dan kemampuan kamu jauh dari orang-orang normal, maka jurusan apapun yang kamu ambil sah-sah saja.

Baca juga: 6 Keunggulan Menjadi Guru Jebolan UNJ

5. Jangan Lupa Persiapkan Biaya/ Cari Beasiswa dan Cari Pekerjaan Paruh Waktu



Biaya memang harus direncanakan, karena kuliah itu butuh foto copy, beli buku, makan, transport dan biaya untuk tempat tinggal dekat kampus (kost), dan lain-lain. Apalagi jika kamu memilih jurusan dan kampus yang memang benar-benar membutuhkan biaya ekstra. Bukan kepandaian saja yang dinilai tetapi seberapa jauh kemampuan kamu untuk membiayai keperluan perkuliahan.

Jadi untuk membantu meringankan beban kuliahmu, maka kamu harus punya target dapat beasiswa di kampus kamu itu. Misalnya, beasiswa di UNJ banyak banget, mulai dari beasiswa Bidik Misi, PPA, BBM, KSE, dan lain sebagainya. Maka, pandai-pandailah mencari informasi beasiswa ya!

Selain mencari beasiswa, kamu juga bisa bekerja paruh waktu/ freelance untuk mencukupi kebutuhan dana kuliah kamu. Jangan jadikan pula uang sebagai faktor yang sangat menghambat masa depan kamu ya!

Baca juga: 7 Pekerjaan Paruh Waktu yang Cocok untuk Mahasiswa UNJ

6. Cek Passsing Grade



Sebelumnya kamu tahu gak apa itu passing grade? Nah passing grade memiliki makna yang ambigu lho! Pengertian pertama, passing grade adalah batasan nilai minimum untuk masuk jurusan berdasar pada nilai ujian SNMPTN tahun yang lalu. Sedangkan, pengertian kedua passing grade adalah batasan nilai minimum untuk masuk jurusan berdasar pada data statistik nilai try out bimbel. Mana pengertian yang benar menurutmu?

Perlu kamu tahu, nilai ujian SNMPTN tidak pernah dikeluarkan oleh panitia SNMPTN lho! Ya, tidak ada yang resmi alias kalau kamu menemukan data passing grade ya itu hanya sekadar gambaran yang belum tentu valid.

Bimbel melaksanakan Try Out sebagai ajang latihan bagi siswa SMA, biasanya umum juga boleh ikut, untuk mengukur kesiapan siswa SMA menghadapi SNMPTN. Try Out merupakan cara yang efektif untuk melakukan simulasi dan mengukur apakah siswa sudah siap menghadapi SNMPTN dan mengetahui bagian mana yang masih perlu untuk ditingkatkan dalam belajarnya. Tapi hubungan secara langsung Try Out dengan kelulusan SNMPTN sebenarnya tidak ada lho!

Untuk memaksimalkan manfaat Try Out, supaya bisa digunakan mengukur kira-kira apakah kemampuan siswa sudah mencukupi memasuki jurusan yang diinginkan, maka dibuatlah passing grade, yaitu perkiraan nilai Try Out minimal yang dibutuhkan untuk seolah-olah bisa lulus masuk ke jurusan yang diinginkan.

Bimbel mengolah data nilai hasil try out tahun sebelumnya. Dari situ keluarlah data yang kemudian diasumsikan sebagai nilai minimal untuk memasuki suatu jurusan pada tahun lalu, yang disebut passing grade. Jadi, nilai passing grade ini sangtlah subjektif. Tapi sangat berguna untuk mengukur apakah kira-kira kemampuan kamu sudah mencukupi atau belum.

Sebaiknya, mengecek passing grade dapat kamu lakukan setelah kamu tahu jurusan apa yang akan kamu pilih. Dan digunakan untuk mengukur kemampuan kamu apakah sudah cukup atau tidak. Passing grade boleh dijadikan referensi, namun bukan yang utama ya!

Baca juga: Passing Grade Jurusan SNMPTN UNJ 2016


Ya, itulah beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan ketika kamu galau memilih jurusan di universitas yang diidam-idamkan. Semoga bermanfaat! Bagikan tips ini untuk adik-adik atau temanmu yang ngebet benget ingin menjadi mahasiswa ya.

Tulisan ini sudah diterbitkan di www.unjkita.com

'Iqab untuk Tiga Bidadari Shalihah

Sabtu, Mei 28, 2016 0 Comments A+ a-



Kenapa bidadari shalihah? Karena panggilan itulah yang digunakan oleh Ustadzah Naila ketika memberi 'iqab kepada tiga santri putri.

“Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika mereka (anak-anakmu) berusia tujuh tahun, dan pukullah bila mereka membangkang (meninggalkan shalat), jika mereka telah berusia sepuluh tahun serta pisahkan tempat tidurnya.”(H.R. Abu Dawud)

Mengapa Harus Ada 'Iqab?

Ternyata Al-Qur’an memakai kata ‘iqab sebanyak 20 kali dalam 11 surat. Bila memperhatikan masing-masing ayat tersebut terlihat bahwa kata ‘iqab mayoritasnya didahului oleh kata syadiid (yang paling, amat, dan sangat), dan kesemuanya menunjukkan arti keburukan dan azab yang menyedihkan, seperti firman Allah dalam surat Ali Imran: 11 dan al-Anfal: 13. 

"(Keadaan mereka) seperti keadaan pengikut Firaun dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Dan Allah sangat berat hukuman-Nya." (Qs. Ali Imran 3: 11)
"(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya." (Qs. Al-Anfal 8: 13)

Dari kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa kata ‘iqab ditujukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan jahat manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam, ‘iqab dapat diartikan sebagai alat pendidikan preventif dan refresif yang paling tidak menyenangkan dan juga balasan dari perbuatan tidak baik yang dilakukan anak.

Secara psikologis, manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lain, setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Misalnya, ada anak yang bersikap taat pada norma, tetapi ada yang begitu mudah dan enak saja melanggar norma; ada anak yang perilakunya bermoral tinggi, tetapi ada yang perilakunya tak bermoral dan tak senonoh; dan ada anak yang penuh sopan santun, tetapi ada yang perilaku maupun tutur bahasanya seenaknya sendiri saja. Dalam hal ini Muhammad Quthb mengemukakan: “Bila teladan tidak mampu, dan begitu juga nasihat, maka waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman.”

Hukuman dalam pendidikan Islam adalah salah satu cara atau tindakan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya yang menimbulkan dampak yang tidak baik (penderitaan atau perasaan tidak enak). Hukaman dapat diberikan kepada peserta didik berupa denda atau sanksi yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Tujuannya, agar peserta didik menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya dan tidak mengulanginya lagi serta menjadikan peserta didiknya itu baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Apa yang Terjadi dengan Tiga Bidadari Shalihah?

Ya, ada beberapa aturan yang telah dilanggar oleh ketiga bidadari shalihah (kelas 7 Tsanawiyah). Kejadiannya sore hari menjelang waktu shalat maghrib. Adzan maghrib berkumandang pukul 17.49 WIB. Maka, seluruh santri, baik yang melaksanakan shalat ataupun haid, harus sudah bersiap--sudah makan sore dan sudah mandi--untuk kumpul di masjid pada pukul 17.30 WIB. Tapi, hal tersebut tidak dilakukan oleh ketiga bidadari shalihah. Ketiga bidadari ini ternyata terlarut bermain di kolam belakang math'am (artinya, tempat makan para santri).

Usai melaksanakan shalat maghrib, seluruh santri berkumpul membentuk lingkaran-lingkaran untuk muraja'ah sendiri-sendiri. Ustadzah Naila sudah menyadari sebelumnya, bahwa ada tiga bidadari shalihah tidak melaksanakan shalat maghrib berjamaah.

Aku habiskan 15 menit bersama Ustadzah Naila untuk tahsin, sambil beliau memperhatikan dan sesekali menegur santri yang mengobrol saat muraja'ah. Sejujurnya, ia adalah sosok yang penyabar walaupun cukup sering menegur santri-santri yang tidak serius muraja'ah ataupun menyetorkan hapalan mereka.

Tapi kali ini berbeda.

Tidak lama kemudian, dua bidadari shalihah datang menghampiri Ustadzah Naila. Bidadari shalihah satunya lagi datang menghampiri ustadzah yang lain untuk langsung menyetorkan hapalannya.

Ustadzah Naila meninggalkanku, lalu mengajak dua bidadari shalihah untuk duduk berdiskusi di pojok masjid. Aku memperhatikan pembicaraan mereka bertiga dari jarak yang tidak terlalu jauh. Dengan ekspresi serius dan nada pelan namun tegas, Ustadzah Naila mengonfirmasi apa saja yang mereka lakukan, menanyakan mengapa hal tersebut terjadi dan menetapkan 'iqab yang pantas untuk mereka.

Setelah mereka berdiskusi, aku melihat kedua bidadari shalihah mengambil Al-Qur'an mereka di rak, lalu berdiri sambil membaca Al-Qur'an di dekat mimbar.

Pukul 19.01 WIB, satu menit sebelum adzan Isya berkumandang, Ustadzah Naila meminta seluruh santri putri segera berkumpul untuk melaksanakan shalat isya berjamaah. Satu persatu dari mereka beranjak dari lingkaran-lingkaran dan menaruh Al-Qur'an masing-masing di rak. Ada juga yang memilih untuk mengambil wudhu terlebih dahulu.

Adzan Isya berkumandang. Dan kedua bidadari shalihah masih berdiri di posisinya, kini berdiri di hadapan teman-temannya yang sudah bersiap untuk melaksanakan shalat Isya. Santri-santri yang lain banyak yang melempar senyum dan ada juga yang tertawa kecil kepada kedua temannya itu. Tak sedikit yang bertanya di dalam hatinya, apa yang terjadi dengan kedua temannya itu ya.

"Assalammu'alaikum. Ada informasi sedikit sebelum kita melaksanakan shalat Isya. Ustadzah mau minta doanya kepada kalian semua untuk kedua bidadari cantik dan shalihah ini," kata Ustadzah Naila sambil berdiri di samping kedua bidadari shalihah.

Ok, aku mulai paham. Ternyata kedua bidadari shalihah yang sedari tadi berdiri sambil membaca Al-Qur'annya sedang diberi 'iqab oleh Ustadzah Naila. Hal yang menarik, Ustadzah Naila memberikan informasi tersebut dengan tulus meminta doa kepada santri-santri lainnya.

"Mari kita doakan bersama agar kedua bidadari shalihah ini bisa menjadi lebih baik lagi, tidak pernah melanggar peraturan lagi, serta mau mendengar dan menaati apa yang ustadzah-ustadzah perintahkan. Semoga mereka bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian semua," lanjut Ustadzah Naila.

Dengan serentak seluruh santri mengucapkan, "Aamiin..."

"Ustadzah heran lho sama bidadari shalihah ini. Padahal kalian kan seharusnya sudah kumpul di masjid pukul 17.30 WIB, benar kan? Tapi mereka masih asyik dan enjoy saja bermain-main di kolam belakang math'am. Seperti tidak ada tanggung jawab bahwa harus ke masjid untuk persiapan shalat maghrib, lalu persiapan muraja'ah, dan sebagainya. Yang satu asyik main sampai kecebur kolam. Yang duanya lagi nolongin yang kecebur. Abis itu enjoy aja mandi, seperti gak ada beban kalau harus melaksanakan shalat maghrib. Astagfirullah..." ungkap Ustadzah Naila dengan suranya yang sama sekali tidak menunjukkan kemarahan.

Santri-santri lainnya yang mendengar cerita Ustadzah Naila malah tertawa kecil, mungkin lucu karena ulah ketiga temannya yang bermain di kolam sampai ada yang tercebur.

"Ustadzah mah tidak akan memberikan 'iqab menyapu masjid, mengepel masjid, atau sikat-sikat kamar mandi. Gak akan ustadzah memberikan 'iqab seperti itu! Ustadzah hanya mau kedua bidadari shalihah ini menghapal lima lembar dan harus disetor besok subuh." perintahnya.

Tidak lama kemudian, bidadari shalihah satunya lagi selesai menyetorkan hapalannya. Ia pun datang dengan ekspresi kebingungan. Tiba-tiba Ustadzah Naila menyuruhnya maju kedepan juga.

"Oke, ustadzah ulangi ya, mereka harus menyetorkan hapalan baru sebanyak lima....?" tanya Ustadzah Naila.

"Lembar!" jawab santri-santri serempak.

"Sebanyak lima...?" tanyanya lagi.

"Lembar!"

Ketiga bidadari shalihah seperti tidak menyangka harus diberi 'iqab menghapal lima lembar dan harus disetorkan besok subuh.

"Mari kita doakan agar bidadari-bidadari cantik dan shalihah ini mampu menyetorkan hapalan baru sebanyak lima lembar besok shubuh. Kalau gak sanggup, ditambah jadi 10 lembar yang harus disetorkan besok ashar! Ustadzah gak mau tahu, pokoknya kalian harus pandai memanajemeni waktu untuk menghapal lima lembar tapi juga belajar untuk ujian KBM besok pagi. Yang lain tolong perhatikan ketiga bidadari shalihah ini ya, kalau sampai mereka tidak menghapal dan belajar malam ini, tapi mereka malah bercanda dan main-main, lapor ke ustadzah ya!" tegas Ustadzah Nailah.

Sayup-sayup terdegar dari para santri lainnya, "Waduh bisa palang (pusing banget) tuh sampe menghapal hapalan baru lima lembar. Setengah halaman aja udah modar dan tersendat-sendat!"

Pemberian 'iqab diakhiri dengan pernyataan bersalah sekaligus permohonan maaf dari ketiga bidadari shalihah.

"Ayo kalian satu persatu minta doa ke teman-teman kalau kalian bisa berubah lebih baik lagi dan tidak akan lagi melanggar peraturan!" perintah Ustadzah Naila.

Satu per satu dari mereka maju selangkah, dan berkata, "Teman-teman doakan saya ya... Saya ingin berubah dan tidak lagi melanggar peraturan. Doakan saya agar saya mampu menjadi santri yang lebih baik lagi. Saya berjanji akan selalu menaati peraturan, tidak main-main lagi, dan mau mendengarkan perintah ustadzah."

"Oke, kalian semua mendengar janji ketiga bidadari shalihah ini? Mari kita pegang janji mereka, tepat pukul 19.15 WIB hari Sabtu, tanggal 28 Mei 2016, bahwa mereka berjanji akan selalu menaati peraturan, tidak main-main lagi, dan mau mendengarkan perintah ustadzah-ustadzah. Hari ini ustadzah maafkan  kesalahan kalian. Ustadzah berharap kalian bisa menjadi santri yang pintar, disiplin, dan shalihah. Aamiin..." ungkap Ustadzah Naila.

Setelah ketiganya mengucapkan janji, seluruh santri melaksanakan shalat Isya berjamaah.


'Iqab dalam Pendidikan Islam

Jadi, konsep hukuman ('iqab) yang seharusnya diberikan adalah tidak berbentuk sebuah kekerasan. Karena kekerasan yang berlebihan dalam pendidikan dapat menjadikan anak bersikap penakut, lemah, malas, tidak semangat, menyeretnya untuk berdusta dan lari dari tugas.

Selanjutnya, pelaksanaan hukuman sebagai salah satu metode pendidikan boleh dilakukan sebagai jalan terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti peserta didik. Oleh karena itu, agar pemberian 'iqab tidak terjalankan dengan leluasa, maka setiap pendidik hendaknya memperhatikan syarat-syarat dalam pemberian hukuman, yaitu:

  • Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, dan kasih sayang. 
  • Harus didasarkan pada alasan keharusan. 
  • Harus menimbulkan kesan di hati anak. 
  • Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik. 
  • Harus diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan. 

Terdapat beberapa cara yang telah digunakan Rasulullah dalam menjalankan hukuman pada anak, diantaranya:
  • Melalui teguran langsung. 
Umar bin Abi Salmah r.a. berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah. ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata, 'Hai ghulam, bacalah basmallah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu.”
  • Melalui Pukulan. 
Ajaran Islam membolehkan pada pendidik atau orang tua untuk memberikan pukulan sebagai salah satu bentuk hukuman dalam praktik pendidikan. Namun demikian, terdapat beberapa aturan yang mampu melindungi anak dari efek negitif yang mungkin ditimbulkan. Di antara persyaratan yang membolehkan penggunaan pukulan diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Jangan terlalu cepat memukul anak, jika kesalahan itu baru pertama kali dilakukan, anak harus diberi kesempatan untuk bertaubat dari perbuatannya. 
  • Seorang pendidik tidak boleh memukul kecuali jika seluruh sarana peringatan dan ancaman tidak mempan lagi dan tidak boleh memukul dalam keadaan sangat marah karena dikhawatirkan membahayakan diri anak. 
  • Pukulan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat yang berbahaya, seperti kepala, dada, perut, atau muka. 
  • Hukuman harus dilakukan oleh sang pendidik sendiri, tidak boleh diwakilkan kepada orang lain, agar terhindar dari kedengkian dan perselisihan. Seorang pendidik harus dapat menepati waktu yang sudah ditetapkan untuk mulai memukul, yaitu langsung ketika anak melakukan kesalahan. Tidak dibenarkan, apabila seorang pendidik memukul orang bersalah setelah berselang dua hari dari perbuatan salahnya. Keterlambatan pemukulan sampai hari kedua ini hampir tidak ada gunanya sama sekali.
  • Jika sang pendidik melihat bahwa dengan cara memukul masih belum membuahkan hasil yang diinginkan, dia lidak boleh meneruskannya dan harus mencari solusi yang lain.
Yang membuatku menarik adalah cara Ustadzah Naila memberi 'iqab kepada tiga bidadari shalihah di depan teman-temannya.
  • 'Iqab untuk bidadari shalihah diberikan di depan para santri. Agar santri-santri bisa mengetahui apa yang terjadi jika melanggar peraturan. 
  • Ustadzah Naila mengungkapkan peraturan yang harus dilaksanakan dengan baik oleh seluruh santri, yaitu datang ke masjid pada pukul 17.30 WIB. 
  • 'Iqab yang diberikan adalah menyetor hapalan baru sebanyak lima lembar. 'Iqab tersebut sangat memberikan kesan untuk pelanggar dan juga santri lainnya yang ikut mendengarkan.
  • Ustadzah Naila memberikan 'iqab dengan jalinan cinta dan kasih sayang, yaitu memanggil ketiga santri yang melanggar dengan sebutan "Bidadari Shalihah".
  • Saat memberikan 'iqab, Ustadzah Naila menggunakan redaksi meminta doa dari santri-santri yang lain.
  • Ustadzah Naila mengakhiri pemberian 'iqab dengan pernyataan penyesalan dan permohonan maaf dari pelanggar, serta adanya perjanjian untuk mau insyaf yang juga disaksikan oleh santri-santri lainnya. 
  • Ustadzah Naila sama sekali tidak emosi dan marah. Pembawaannya tenang, enjoy, dan seru banget. Tapi intonasi perintahnya (ketika memberikan 'iqab) sangat berwibawa dan tegas. Sehingga mampu membius para santri lainnya. 
  • Diakhir, Ustadzah Naila mengungkapkan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan untuk bisa menjadi santri yang lebih baik lagi kepada ketiga bidadari shalihah.
Kira-kira mampu gak ya ketiga bidadari shalihah menyetorkan hapalan baru sebanyak lima lembar?

Ask & Answer #2: Proses Perjuangan Kerudung Gia

Kamis, Mei 26, 2016 1 Comments A+ a-

Sumber Gambar 

Entah apa yang unik dari kerudungku. Semenjak tulisanku terbit "Mimpiku Memperjuangkan Kerudung Ini" --yang sudah berulang kali dipublikasi--ternyata banyak orang yang kepo gitu. Banyak yang komentar, dia sedih dan bergetar hatinya setelah membaca tulisanku itu. Aku juga sih... Nulisnya sampai gemeteran booo! hahaha.

Alhamdulilah, Allah telah memberiku hidayah sejak Agustus 2012 lalu. Dari pertama kali pakai kerudung bahkan sampai hari ini, masih banyak yang kepo tanya-tanya soal perjuanganku memakai kerudung. Mulai dari kakak tingkat, teman lintas fakultas, bahkan santri-sanrti juga banyak yang ikutan bertanya tentang proses perjuangan kerudungku.

Nah, berikut ini adalah beberapa pertanyaan tentang kerudungku yang sering banget ditanyain sama orang-orang. Aku jawab di sini ya...

Baca juga: Ask & Answer #1: Skripsi Modul Elektronik

Ask: Pertama kali mengenal hijab kapan?

Answer: Jadi pertama kali mengenal hijab itu saat menjadi seorang mahasiswa MIPA UNJ tahun 2011. Awalnya aku kaget banget, ini kampus apa pesantren hihihi, soalnya kerudung yang digunakan oleh kakak-kakak tingkat MIPA panjang banget alias syar'i. Dan sejujurnya satu tahun kemudian (tahun 2012), aku baru mengetahui bahwa muslimah itu ternyata WAJIB lho memakai hijab. Jujur, baru tahu hal tersebut setelah dikasih tahu oleh teman sekelas (namanya dirahasiakan).

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Ask: Gia pakai hijabnya kapan? Ceritakan dong...

Answer: Nah, cerita tentang hijabnya Gia ini sudah ditulis di sini ya, silakan baca kalau mau tahu cerita lebih detailnya. Alhamdulilah, gara-gara tulisan itu saya pernah dapat Juara 2 National Muslimah Inspiring Writing Competition tahun 2014 hehehe. Saya pertama kali memakai hijab, ya pada saat pertama kali tahu kalau muslimah itu WAJIB memakai hijab. Saat pertama kali tahu, besoknya langsung mikir, gimana caranya supaya aku mendapatkan restu dari orang tua untuk memakai hijab. Kebetulan ada momen MPA MIPA UNJ tahun 2012 dimana panitia MPA diwajibkan memakai kerudung. Lebih tepatnya tanggal 8 Agustus 2012.

Gia yang memakai kerudung hitam (dokumentasi foto 8 Agustus 2012)

Nah, saat itulah aku memanfaatkan moment untuk "sementara" membohongi ibu untuk bisa seterusnya memakai kerudung. Dan alhamdulilah juga, pertama kali tahu tentang muslimah WAJIB pakai kerudung, saya juga tahu tentang tidak bolehnya memakai jeans, karena akan memperlihatkan lekuk kaki muslimah. Jadi, pertama kali memakai kerudung, maka saya juga langsung pertama kali memakai rok sebagai pasangannya. Alhamdulilah....

Oia, waktu MPA Jurusan Fisika tahun 2012, aku adalah salah satu panitia acara. Aku dan beberapa panitia lain sedang rapat mendiskusikan tentang hijab lho! Jadi diskusinya adalah para mahasiswa baru jurusan fisika diwajibkan memakai kerudung atau tidak saat MPA berlangsung. Saya --yang saat itu berlum berhijab-- jelas tidak setuju! Emmm... alasannya lebih karena terlalu "saklek" Islamnya, wong cuma MPA saja kok. Sempat bertengkar juga sih sama panitia lain yang pro... ini kampus apa pesantren sih (?). Tapi akhirnya pendapat aku kalah juga.... eh malah aku yang akhirnya keasyikan memakai hijab dengan (memanfaatkan) momen MPA saat itu. Hidayah dari Allah keren banget skenarionya :)

Rapat MPA Jurusan Fisika tahun 2012

Bersama teman-teman kampus (dokumentasi foto pada bulan September 2012)


Ask: Memang, bagaimana kondisi lingkungan rumah Gia sebelumnya?

Answer: Lingkungan tempat tinggal aku dikelilingi oleh orang-orang kristiani, yang dimana-mana mempunyai anjing peliharaan. Sejak kecil, punya teman bermain ya orang-orang kristiani. Kebetulan ibuku juga sekolahnya di sekolah kristen. Dan, aku pun sekolahnya di sekolah Khatolik. Jadi, punya teman-teman kebanyakan non muslim. Tetapi kalau lingkungan keluarga, alhamdulilah semuanya muslim, muslim sejak lahir lho ya, bukan mualaf. Oia, aku jadi inget soal teman-teman kampus yang untuk pertama kalinya menebak bahwa aku adalah seorang kristiani (beragama kristen). Padahal nama aku kan Sitti Ghaliyah --muslimah banget namanya--, eh terus teman-teman kampus justru ada yang mengira bahwa aku ganti nama karena seorang mualaf hahaha.

Ask: Mengapa akhirnya Ibunya Gia menyekolahkan Gia ke sekolah Khatolik?

Answer: Emmm tentang sekolah Khatolik ya.... Jadi, ceritanya itu aku SD di sekolah negeri. Dari dulu Alhamdulilah ranking 1 mulu. Pas SMP, padahal Alhamdulilah banget dapet sekolah negeri paling favorite di Jakarta Utara. Tetapi entah mengapa, ibunda lebih menginginkan anaknya untuk keluar dari zona nyamannya. Ia ingin anaknya ranking 1, tapi bukan mengalahkan saingan murid-murid pribumi. Saya ditantang untuk bisa ranking 1 mengalahkan murid-murid chinese --dulu anak-anak chinese terkenal pinter-pinter banget--. Dengan membawa visi harus bisa dapet Juara Umum 1 mengalahkan anak-anak chinese, makanya saya masuk sekolah Khatolik, namanya SMP Strada Fransiskus Xaverius II.

Alhamdulilah, Allah mengizinkanku untuk menjawab visi saya tersebut. Pas diumumin siapa Juara Umum 1 (tahun 2009), semua orang tua pada kaget, kok yang juara umum 1 namanya muslim banget yah, hahaha. Malu sih, tapi seneng banget akhirnya bisa keluar dari zona nyaman dan membuktikan kalau saya bisa! BTW, di sana saya gak belajar agama Islam, tapi belajar agama Khatolik.

Ask: Apakah Ibunya Gia merasa menyesal telah menyekolahkan anaknya di sekolah Khatolik dan akhirnya pas kuliah hijrah berhijab?

Answer: InsyaAllah, beliau gak menyesal. Entahlah perasaannya bagaimana. Tapi saya percaya seorang Ibu melihat anaknya yang insyaAllah berjalan di jalan Allah, pasti ikut mendukung hijrahnya. Aamiin.

Ask: Bagaimana proses Gia memakai hijab?

Answer: Proses ya? Sebenernya prosesnya cepat sekali lho! Gak ada cang cing cong, langsung pakai saja gitu. Wong aku sudah tahu kok, kalau muslimah itu WAJIB memakai kerudung. Dalam hatiku saat itu, "Gue udah tahu kalau kerudung itu wajib, kok gue gak pakai kerudung ya." Mikirnya saat itu, wajib tapi gak dilaksanakan, ya hukumnya dosa. Aku gak mau memperbanyak dosa. Udah tahu bahwa kerudung itu WAJIB, ya besoknya langsung memakainya. Simple kan, prosesnya? Yang gak simple itu perjuangannya! Kalau mau tahu perjuangan mengharu birunya, sekali lagi boleh banget dibaca tulisan "Mimpiku Memperjuangkan Kerudung Ini".

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf: 26)

Momen MPA Jurusan Fisika MIPA UNJ tahun 2012


Ask: Bagaimana respon keluarga dan teman Gia setelah memakai hijab?

Answer: Respon orang tua yaa susah menerimanya, karena beliau sudah sering melihat orang berkerudung tapi boncengan motor sampai peluk-pelukkan, orang berkerudung tapi hamil di luar nikah. Karena banyak melihat fakta-fakta tersebut, orang tua jadi meragukan kesungguhan anaknya untuk berhijab. Ooo kalau teman-teman, jelas banget mendukung!

Ask: Kan Gia punya adik, bagaimana respon adik-adiknya ketika Gia berhijab? Akhirnya gimana cerita adik-adik Gia berhijab juga?

Answer: Respon mereka mendukung lho! Adik kedua dan ketiga berhijab karena janjinya setelah umrah harus memakai kerudung. Alhamdulilah :)

Ask: Di rumah sama Ibu diajarkan tentang agama Islam atau tidak?

Answer: Dulu waktu kecil sempet ikut pengajian anak-anak kecil setiap sore. Diajarin mengaji dan tajwid sama ustdaz. Waktu kecil juga sudah diajarkan salat dan menghapal surah-surah pendek. Sering dibelikan buku-buku cerita nabi juga, lho! Alhamdulilah...

Ask: Hambatannya apa saja?

Answer: Emmm hambatannya lebih ke minta restu orang tua. Kalau soal adaptasi, InsyaAllah bisa. Doain istiqomah ya :) Sempat mengumbar janji juga ke orang tua kalau aku berhijab, aku berjanji akan berprestasi terus-menerus dan IPK akan meningkat. Alhamdulilah Allah merestui janjiku, sehingga Allah membuka jalanku untuk mewujudkan semua janji ke orang tua. Akhirnya orang tua ikhlas aku berhijab, karena apa yang mereka khawatirkan tidak akan terjadi (khawatir prestasi akan turun dan ikut aliran islam yang lain).

Ask: Sebelum dan sesudah pakai hijab bagaimana rasanya?

Answer: Nah, dulu sempat terbesit gini, di lingkungan kampus MIPA UNJ kok yang berhijab pasti "dianggap" ya, sedangkan yang tidak berhijab biasa aja gitu. Jujur pernah ngerasain gitu. Padahal, aku orang yang ingin sekali didengar pendapat-pendapatnya, ide dan solusi, dan lainnya. Aku penasaran sekali, memang sejauh mana sih terpandangnya seorang muslimah berhijab itu. Akhirnya setelah saya berhijab, respon lingkungan beda banget. Seakan-akan alam semesta mendukung! Yang tadinya aku dianggap biasa aja kalau berpendapat, tapi sekarang jadi sering didengar. Emmm.. merasa dianggap hehehe. Terus sesudah memakai hijab, aku juga merasa cantik banget. Entahlah, tingkat kepedean semakin menjadi-jadi lho! FYI, Aku berhijab tujuan utamanya bukan karena ingin dianggap lho ya, tapi karena ingin meningkatkan hubungan romantis ini dengan Allah.



Ask: Lalu, apa pengalaman Gia setelah berhijab?

Answer: Setelah berhijab, jadi semakin penasaran banget sama semua cerminan seorang muslimah. Pengalaman selama ini, yaaa sedang berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Jadi kalau akan melakukan hal yang negatif, selalu ingat kerudung yang dipakai. Selain itu, berhijab melindungi banget. Misalnya, di angkutan umum muslimah berjilbab akan diberi perlakuan yang sopan, InsyaAllah.

Ask: Motivasi Gia berhijab apa?

Answer: Gak ada motivasi yang khusus gitu. Pokoknya setelah tahu bahwa muslimah WAJIB memakai hijab, yaaa pokoknya harus berhijab! Alhamdulilah, terima kasih banget buat seseorang yang sudah memberi tahu..... agak nyesel juga sih, kenapa aku baru tahunya telat banget yah...

“Dari Aisyah r.a.: Sesungguhnya Asma’i binti Abu Bakar datang kepada Rasulullah SAW dan dipakainya pakaian yang tipis, maka Rasulullah SAW menyegahnya dan berkata: Wahai Asma’i, sesungguhnya wanita itu bila sudah datang masa haid tidak pantas terlihat tubuhnya kecuali ini dan ini. Beliau sambil menunjukkan muka dan kedua telapak tangannya.” (H.R. Abu Dawud dari Aisyah r.a.)

Ask: Hijab buat Gia maknanya apa?

Answer: Hijab itu pelindung dan pembatas. Melindungi dan membatasi diri, hati, penglihatan, dan lain sebagainya dari kemaksiatan. Hijab juga cerminan jati diri seorang muslimah. Semoga kita tergolong orang-orang yang dilindungi oleh Allah SWT.


Sekian Ask & Answer tentang Proses Perjuangan Kerudungku. Pertanyaan masih bisa bertambah tergantung variasi orang-orang yang bertanya kepadaku :)

Menemukan Zona Nyaman

Selasa, Mei 24, 2016 1 Comments A+ a-

Sebuah tulisan refleksi yang khusus dipersembahkan untuk Dies Natalis UNJ ke-52. 


Keluar zona nyaman bukan berarti meninggalkan zona nyaman. Keluar zona nyaman berarti keluar, lalu mencari dan berhasil menemukan zona nyaman yang baru!

Di awal semester, aku ingat sekali, saat itu mata kuliah Teori Belajar Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Razali, salah satu dosen pendidikan favorite-ku. Pokoknya aku selalu duduk di paling depan kalau sedang kuliah bersamanya. Entah, seru sekali kuliah dengan beliau. Beliau selalu berupaya untuk meyakinkan semua mahasiswanya menjadi seorang guru di masa depan. Tanpa ragu, beliau juga menyuruh kami untuk mengikuti SBMPTN kembali alias pindah jurusan saja, jika kami masih ragu-ragu untuk menjadi seorang guru. Ya, begitulah dosenku, dosen jurusan fisika UNJ.

Dan satu hal yang paling aku ingat, Pak Razali, yang juga dosen pembimbing akademikku, bilang seperti ini untuk ketiga kalinya di depan kelas, "Gia, kamu akan terus saya pantau. Sorot matamu masih ragu untuk menjadi seorang guru fisika!"

Ya, aku masih ingat kalimat itu. Bahkan aku mencatatnya di buku catatan kuliah.

Oke, sejujurnya aku memang masih setengah ragu. Walaupun jurusan fisika prodi pendidikan fisika adalah jurusan pertama yang aku pilih, tapi niatku menjadi seorang guru belumlah sempurna. Aku masuk jurusan itu hanya sekadar balas dendam terhadap diriku sendiri, "Seberapa bodoh sih seorang Gia berada di Jurusan Fisika?" Niat awalnya, aku hanya ingin keluar dari zona nyamanku.

Baca juga: Keluar Zona Nyaman

Sepele memang, tapi aku tidak main-main untuk menjawab pertanyaan itu! Bagiku, UNJ merupakan saksi mata rekam jejak seorang Gia yang berhasil keluar dari zona nyamannya. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang sangat mendukungku untuk menemukan zona nyamanku yang baru. Ya, salah satunya dosenku itu. Beliaulah sosok yang membuatku yakin untuk mau meneruskan jejak-jejak menemukan zona nyamanku di UNJ.

Bayangkan, kalau aku tidak pernah bertemu sosok Pak Razali, sampai kapan aku mampu bertahan dengan keraguan ini?

Tidak hanya itu, kisah lainnya adalah kerudung. Mungkin ini adalah salah satu skenario Allah untuk mengizinkan aku menjadi bagian dari mahasiswa FMIPA UNJ. FMIPA memang kental sekali suasana agamisnya. Bisa dibilang paling kental dibandingkan fakultas lainnya. Beruntungnya aku, dikelilingi oleh teman seangkatan, kakak tingkat, dan adik tingkat yang mau mendukungku.

Ini semua berkat proses pendidikan kebiasaan di FMIPA. Saat aku tahu untuk pertama kalinya, bahwa muslimah itu wajib memakai kerudung, kaki muslimah adalah salah satu auratnya, dan lain-lain, aku pun langsung mengubah penampilanku. Kisah mengharu biru terekam jelas di tulisan "Mimpiku Memperjuangkan Kerudung Ini."

Bayangkan, kalau aku bukan mahasiswa FMIPA UNJ, sampai kapan aku terjebak di kegelapan ini?

Pertama kali memasuki gerbang FMIPA pada saat MPA, terpampang jelas ucapan "Selamat Datang Mahasiswa Baru UNJ", yang diucapkan melalui tulisan banner dari seorang MAPRES 2012, Kak Ervina, namanya. Sejak itu, aku mengazamkan diri bahwa kelak aku pun bisa menjadi seorang MAPRES seperti dirinya. Sayangnya aku tak tahu harus memulainya dari mana.

Beruntungnya, aku berkenalan dengan Evi Syahida, teman seangkatan FMIPA. Ialah salah satu sosok triger yang begitu menginspirasi sampai pada akhirnya akupun berhasil mewujudkan mimpiku menjadi salah satu Mahasiswa Berprestasi FMIPA tahun 2014. Aku tahu, MAPRES memang hanya gelar semata, dan dulu aku mengikuti kompetisi MAPRES hanya sekadar pembuktian bahwa seorang Gia mampu keluar dari zona nyamannya. Ah, seandainya saja aku tidak bertemu dengan temanku itu, mungkin saja saat ini aku hanya bergulat di dalam kelas saja, tidak paham betapa serunya menularkan virus inspirasi kepada mahasiswa-mahasiswa lainnya.

Bayangkan, kalau aku tidak dipertemukan dengan temanku itu di UNJ, sampai kapan aku mampu menularkan virus inspirasi ini?

Keluar zona nyaman, lalu berusaha menemukan zona nyaman yang baru di UNJ, merupakan perjalanan yang sungguh berharga! Kampus tercintaku ini adalah laboratorium bagi semua mahasiswa yang ingin mengeksplorasi kemampuannya. Dan tak terkecuali, aku.

Berkecimpung di dunia organisasi, berhasil membuatku memiliki networking yang luas sampai seantero UNJ bahkan sampai ke luar kampus. Serunya bukan main! Tidak hanya networking-nya saja, tapi kemampuanku sebagai organisatoris terus diasah. Aku memilih untuk mengasah kemampuanku di bidang komunikasi dan informasi.

Aku diberikan kesempatan yang cukup lama untuk menyelami ilmu-ilmu komunikasi dan informasi di BEM Jurusan sampai BEM UNJ. Passion-ku di bidang menulis juga semakin terasah. Alhamdulilah, setelah menjadi alumni UNJ, aku bersama dua rekan lainnya diberikan kesempatan untuk membuat dan berkarya dengan citizen journalism website pertama di UNJ, namanya UNJKita.com.

Bayangkan, kalau aku hanya diam saja dan tidak memanfaatkan kesempatan untuk mengasah kemampuanku yang lain, mungkin saja sampai hari ini tidak akan lahir UNJKita.com, ya kan?

Lulus cumlaude dan menjadi wisudawan terbaik jurusan fisika saat itu semakin membuatku bersyukur karena telah menemukan zona nyamanku di UNJ. 10 hari pasca diwisuda, ketua jurusan Fisika memanggilku, dan bertanya, "Gia, maukah kamu membantu saya membangun sebuah sekolah?" Padahal saat itu, aku sudah berniat untuk menjadi seorang news researcher di salah satu media massa nasional.

Tanpa basa basi, aku jawab, "Ya, saya mau pak!"

Aku teringat dengan ucapan Pak Razali di depan kelas. Mengancam memang, tapi kalimat itu berhasil membuatku untuk semakin yakin bahwa aku telah menemukan zona nyamanku.

Dan satu hal yang paling aku ingat, Pak Razali, yang juga dosen pembimbing akademikku, bilang seperti ini untuk ketiga kalinya di depan kelas, "Gia, kamu akan terus saya pantau. Sorot matamu masih ragu untuk menjadi seorang guru fisika!"

Ya, pada akhirnya Pak Razali telah berhasil membuat seorang Gia yakin menjadi seorang guru fisika. Ada rasa puas bukan main, jika pekerjaan yang kita jalani saat ini adalah buah kerja keras dari ilmu-ilmu yang kita timba selama masa kuliah. Alhamdulilah, aku berhasil menemukan zona nyamanku!

Sungguh aku sangat bersyukur dan berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk menemukan zona nyamanku. Selamat ulang tahun UNJ! Teruslah mencetak para tonggak peradaban berkualitas untuk bangsa ini.

Mari berbangga menjadi mahasiswa dan alumni UNJ!

Untuk kamu, adik-adikku mahasiswa UNJ, ayo keluar dari zona nyamanmu, lalu cari dan segeralah temukan zona nyaman yang baru untukmu! Pasti bisa, InsyaAllah.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Qs. Al-Baqarah: 216)

Demam Ujian Nasional

Selasa, Mei 10, 2016 3 Comments A+ a-


Hari ini adalah hari kedua santri-santriku melaksanakan Ujian Nasional. Demam Ujian Nasional telah melanda santri-santriku dan siswa SMP lainnya. Semoga demamnya adalah ruh semangat untuk memberikan kebanggan dari proses dan hasil yang terbaik.

Sesudah shalat isya, ada dua santri putri menghampiriku. Mereka langsung to the point bertanya kepadaku, walaupun diawal percakapan ada adegan lempar-lemparan siapa yang ingin mengajukan pertanyaan. Tapi, akhirnya, Lala yang bertanya. "Ibu, bagaimana agar kami mendapatkan nilai UN yang bagus?"

2 detik...

3 detik..

Berselang tiga detik, aku jawab pertanyaan mereka. "Nak, hanya kuasa Allah yang bisa membuat nilai UN-mu menjadi bagus!" pungkasku.

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (QS. Al Ikhlas: 2)

Mereka saling bertatapan. Mungkin di hatinya bertanya-tanya, apa maksud Ibu Gia yah?

Oke, aku sejujurnya bingung mau jawab apa. Analisis pertama, kalau dari redaksi pertanyaanya, santri-santriku telah merasa terancam dengan adanya Ujian Nasional ini. Mereka menjadi takut dan khawatir. Dan sejujurnya, itulah yang paling aku sedihkan. Mengapa ya mereka khawatir dengan kemampuannya?

Selain itu, berdasarkan redaksi pertanyaannya, santri-santriku masih berharap lebih dengan yang namanya "Nilai". Padahal bukan itu makna belajar sejatinya. Makna belajar adalah prosesnya bukan karena hasilnya. Aku semakin sedih, karena santriku belum mendapatkan pemahaman yang baik tentang apa yang sesungguhnya dikejar dalam belajar.

Baiklah, untuk saat ini aku mencoba menenangkan mereka dahulu. Aku akan menjawab pertanyaan kedua santriku berdasarkan analisisku yang pertama, yaitu mereka telah takut dan khawatir menghadapi Ujian Nasional.

Bismillah...

Aku lanjutkan jawabanku...

"Nak, sesungguhnya Allah Maha Melihat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. Allah tidak tidur. Allah menyaksikan ikhtiar kita! Masih ingat tiga bulan lalu, dua bulan lalu, bahkan tiga hari yang lalu, kita sama-sama belajar khusus untuk Ujian Nasional? Pendalam Materi (PM) namanya. Masih ingat kan? Kita belajar sampai gak kenal waktu. Pagi hari belajar di sekolah, siang hari istirahat, lanjut lagi sore hari kita PM, abis Shalat Isya lanjut lagi PM. Luar biasa kan ikhtiar kita? Ikhtiar kita sebelumnya sudah cukup belum?"

Mereka mengangguk-anggukkan kepala, tanda bahwa mereka menyetujui pertanyaanku.

"Ikhtiar kita gak akan sia-sia. Percaya deh! Asaaaaaal... Kamu ikhlas menjalaninya. Marwah ikhlas? Kalau Lala ikhlas juga gak?" tanyaku kepada mereka.

"Ikhlas bu."

"Alhamdulilah, akupun ikhlas, Nak," kataku dalam hati.

"Ingat Allah itu sayang sama kita lho! Allah gak akan membuat kita kecewa. Usaha itu tidak akan mengkhianati hasil. InsyaAllah. Kita berharap kepada Allah untuk diberikan yang terbaik dari hasil ikhtiar kita selama ini," ungkapku meyakinkan mereka.

Pendalaman Materi UN Sesi Malam Minggu Lalu

"Jadi, kira-kira apa yang harus dilakukan sekarang? Jawabannya hanya satu. Memohon kepada Allah agar pundak kita dikuatkan oleh-Nya. Dimudahkan serta dilancarkan dalam menjawab soal besok."

"Bu, kalau kita bingung dalam menjawab soal gimana? Kita ragu pilih diantara dua jawaban dari soal tersebut. Itu gimana ya, bu?" tanya Marwah.

"Saran saya, tandai soal itu. Lalu, longkap untuk mengerjakan soal selanjutnya. 15 menit terkahir, balik lagi ke soal itu. Semoga saja, sudah tidak bingung lagi."

Akupun pernah mengalami kejadian seperti itu, bingung memilih jawaban mana yang paling tepat.

"Oia, saat saya UN juga sama seperti kalian dulu, saya pernah diyakinkan sama Allah saat dihadapkan sebuah soal yang jawabannya bikin saya bingung. Jadi sebelum UN, insyaAllah saya pun bermunajat sama Allah untuk minta dilancarkan dan dihindari dari kebingungan dalam menjawab soal. Entah mengapa, ketika itu (saat saya bingung diantara dua pilihan) tangan saya seakan-akan bergerak sendiri lho! Saya ingat betul kejadian itu. Dan alhamdulilah, setelah saya keluar kelas ujian, saya cek buku, dan ternyata jawabannya benar. MasyaAllah," ceritaku.

Mereka membelalakkan mata mendengar ceritaku itu.

"Jadi kira-kira apa yang harus dilakukan Marwah? Ya, kita harus bermunajat sama Allah. Makanya besok jangan lupa Shalat Thajjud ya. Oia, Shalat Istikharah juga! Tahu gak Shalat Istikharah itu untuk apa?"

"Shalat Istikharah itu adalah shalat sunnah di sepertiga malam terkahir yang dianjurkan oleh Nabi yang bertujuan untuk meminta petunjuk dalam memilih sesuatu. Rasulullah biasa mengajari para sahabatnya Shalat Istikharah dalam setiap urusan lho! Rasulullah bersabda, 'Jika salah seorang diantara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua raka'at selain shalat fardhu'. Jadi kalau ada perasaan bingung dan ragu dalam menentukan sesuatu, salah satunya memilih jawaban mana yang benar dari soal UN, maka jangan lupa shalat istikharah-nya ya, Nak," pintaku kepada Marwah dan Lala.

"Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (Qs. Al-Imran: 159)

"Oia, satu lagi, jangan belajar ngebut kalau besoknya mau ujian! Saya pernah lho mengalaminya. Besoknya mau ujian, karena saya belum belajar sama sekali, maka semalaman saya ngebut belajar. Keesokkannya, pas ujian berlangsung, saya langsung nge-blank gitu. Subhanallah... Saat itu saya sangat takut dan khawatir sekali. Makanya, bisa nge-blank. Nah, saya gak mau kamu seperti itu. Ikhtiar kita sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Maka malam ini, sebaiknya muraja'ah saja. Refreshing... santai saja. Gak perlu khawatir dan takut. Ingat sekali lagi ya, usaha tidak akan mengkhianati hasil!" kataku meyakinkan mereka.

"Wah iya bu, setuju! Usaha gak akan mengkhianati hasil, ya bu!," sahut Lala.

"Oke? Toss dulu deh! Semangat ya! Semoga Allah mudahkan besok."

"Aamiin... makasih banyak ya, bu."

Pendalaman Materi Sesi Malam Tiga Bulan Lalu

Pendalaman Materi Sesi Siang Beberapa Hari Lalu

Semoga demam Ujian Nasional ini berhasil dilewati oleh santri-santriku. Aamiin... Ingat ya sekali lagi, usaha gak akan pernah mengkhianati hasil, asal usaha tersebut telah kita jalankan dengan penuh ikhlas dan kesabaran. Kita nikmati setiap kerikil-kerikil yang ada di setiap perjalanan usaha tersebut. InsyaAllah, Allah akan memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya yang mau berikhtiar dan bertawakal dengan berharap ridho-Nya.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS.Al-Hasyr 59 :18).


Berburu Buku di The Big Bad Wolf Book Sale

Senin, Mei 09, 2016 5 Comments A+ a-


Ada The Big Bad Wolf Book Sale di BSD City, Tangerang Selatan. Big Bad Wolf Book Sale atau enaknya disingkat saja ya, BBWBS digelar di ICE (International Convention Exhibition), lebih tepatnya di Hall 9 dan 10 sejak tanggal 30 April 2016. Ruameeeee banget, suer! Saking ramainya, BBWBS yang tadinya dibuka selama 86 jam non stop hingga 8 Mei 2016, akhirnya diperpanjang sampai tanggal 9 Mei 2016 pukul 23.00 WIB.

Aku dan beberapa orang guru sudah berencana untuk berburu banyak buku. BTW, sekolah kami kejatuhan hibah dana untuk pembelian buku perpustakaan sebesar 19 juta. Wow! Banyak banget yah. Ini uang umat, maka harus dipergunakan dengan baik. Ya kan? Setelah mengetahui ada BBWBS di BSD City, tanpa ba bi bu aku langsung menginfokan ke kepala sekolah untuk belanja belinji buku-buku murah. Dan, ya diizinkan! 5 juta dicairkan untuk berburu buku-buku perpustakaan. Asyiknya deh!

Kenapa Namanya Big Bad Wolf?
Poster The Big Bad Wolf Book Sale Jakarta
Andrew Yap bersama istrinya, Jacqueline Ng, yang merintis usaha penjualan buku murah tersebut menceritakan bahwa nama Big Bad Wolf sebenarnya berasal dari dongeng serigala yang menyerupai seorang nenek tua dan berpura-pura tidur agar dapat memangsa Little Red Readerhood. Big Bad Wolf kemudian dijadikan nama untuk perusahaannya karena dianggap menarik. Andrew mulai merintis usaha penjualan buku murah tersebut sejak 2006 di Petaling Jaya, Malaysia, yang diberi nama BookXcess. Big Bad Wolf menjadi nama komersial ajang penjualan buku yang dijual BookXcess.

Nah, latar belakang Andrew dan istrinya ini berbisnis buku-buku murah karena melihat rendahnya minat baca warga Malaysia. Makanya, mereka sengaja menggelar bazaar buku dengan diskon besar-besaran di Malaysia. Alhamdulilah, usahanya direspon baik oleh warga Malaysia. Setelah beberapa kali menggelar Big Bad Wolf, Andrew bisa melihat perubahan minat warga Malaysia dalam membeli buku.

Lalu bagaimana Big Bad Wolf bisa menjual buku-buku baru dan berkualitas dengan potongan harga mencapai 80 persen ya? 

Ternyata, semua buku-buku yang dijual di Big Bad Wolf Book Sale adalah buku-buku sisa tapi asli ya, bukan bajakan. Makanya, Andrew bisa menjual dengan harga yang sangat miring, bisa sampai diskon 60% - 80%. BTW, buku-buku yang dijual BBWBS adalah buku-buku import (berbahasa Inggris) lho ya. Ada sih yang jual buku Indonesia, tapi hanya dari penerbit Mizan.

Donasi Yuk!
Bantu Anak-anak Membaca
Oia, di BBWBS juga membuka charity bagi para pengunjung yang ingin mendonasikan buku-bukunya untuk anak-anak dan guru-guru di seluruh Indonesia. Buku-buku tersebut nantinya akan diserahkan melalui Kementerian Pendidikan.

Sebenarnya masyarakat Indonesia memiliki semangat yang besar untuk membaca buku. Namun semangat mereka terhalangi dengan fasilitas yang tidak memadai. Oleh karena itu, tujuan dari donasi buku ini adalah bentuk partisipasi kita untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia.

Prosedur berdonasi buku di BBWBS mudah banget, kamu beli bukunya, terus bayar di kasir. Lalu, taruh saja buku-buku yang sudah kamu beli di booth yang telah disiapkan.


Pukul 08.00 WIB, aku dan beberapa orang guru (tentu sama supir juga) berangkat dari sekolah (lokasi di Pandeglang) menuju BSD City. Kami sampai di ICE pukul 11.30 WIB. Agak mudah sih untuk menemukan ICE karena kita meminta bantuan GPS. Nah, yang susahnya itu masuk ke parkiran ICE. Buat masuk parkiran ajah kami salah arah. Tapi alhamdulilah, bisa masuk juga. Oia, masuknya itu gratis ya, gak bayar kok. BTW, lebih baik pakai mobil pribadi saja, kalau pakai angkutan umum gak akan ada. Kalau tetep mau pakai angkutan umum, harus naik ojeg dulu.

Kami langsung menuju Hall 10. Ada lima guru yang siap berburu buku untuk perpustakaan. Oleh karena itu, kami membagi menjadi dua tim. Tim pertama mencari buku-buku sains, dan tim satunya lagi mencari buku-buku agama. Sebelum masuk, kami harus mengantre untuk mendapatkan trolley dorong. Gak perlu lama mengantre, trolley-nya langsung dapat. Tapi berebutan gitu. Tenang, gak terlalu anarkis kok haha.

Bentuk hall 10 dan hall 9 lumayan luas. Dalamnya kayak tempat pabrik gitu, tapi isinya buku semua. Di hari-hari terkahir susunan bukunya sudah berantakan banget. Tapi masih sesuai genre-nya kok. Ada genre fiction, literature, children, young adult, self help, cooks, references, dan masih banyak lagi. Oia, di hall 9 adalah surga dunia anak-anak. Karena di sana banyak banget buku anak-anak lho!

Setelah melakukan perburuan banyak buku sains dan agama (Penerbit Mizan), kami berkumpul di satu titik (sudah janjian) untuk meneliti dan memilah mana saja buku-buku yang layak dan memang bagus isinya untuk dibeli dan dibawa pulang.

Tim Pemburu Buku sedang menyeleksi buku untuk segera dibawa ke kasir

Aku lelah, Sayang

Oia, aku mau ngasih tips deh.

Tips saat berburu buku di BBWBS
  1. Perut harus sudah terisi
  2. Pakai pakaian kaos saja, soalnya gerah banget.
  3. Pakai sepatu yang nyaman, kalau perlu pakai sepatu olahraga.
  4. Gak usah bawa barang pribadi (tas besar). Cukup dompet dan HP saja, biar gak ribet. Eitsss, tapi tetap harus hati-hati ya.
  5. Jangan lupa pakai deodorant dan parfum.

Tips yang aku kasih, gak aku lakukan hahaha. Aku kelaparan (walaupun sudah sarapan). Aku juga salah pakai kostum, aku malah pakai gamis hitam. Sepatu yang aku pakai juga salah, aku malah pakai wedges lho! Agak pegel dan super gerah sih. Nah, makanya kamu jangan salah kostum dan sepatu ya.

Setalah kami berhasil menyeleksi buku-buku, maka kami menuju labirin, antrean yang panjang dan berkelok-kelok. Di ujung labirin sudah ada 30 kasir yang siap melayani para pemburu buku. Kami memilih kasir 29. Oia, kasir 28 juga boleh. Karena kasir nomor 29 dan 28 antreannya sedikit dan mbak-mbak kasirnya gerakannya cepat. Jadi kitapun gak terlalu lelah ketika antre lagi di depan kasir. Oia, ketika melakukan transaksi hanya bisa pakai kartu kredit Mandiri ya, kalau gak punya boleh pakai uang cash kok.

Terjebak di labirin
Buku siap dibawa pulang

 Total belanjaan buku kami hampir 5 juta. Ini dia hasil perburuan buku kami.

Alhamdulilah, selesai juga perburuan buku untuk perpustakaan. Semoga santri-santri semakin gemar ke perpustakaan untuk membaca buku ya.

Katanya sih bulan Oktober 2016 akan ada lagi BBWBS, tapi di Bandung. Yuk, cuuussss! Siapkan duit yang banyak dan stamina yang oke, guys!

Ibroh dari Kisah Pemuda Terbaik Dunia

Kamis, Mei 05, 2016 6 Comments A+ a-


Totalnya tujuh kelas! Satu kelas isinya (hitung rata-rata) ada 20 santri. Terus dikali tujuh. Totalnya 140 santri. Wow! Aku telah mengajak 140 santri untuk mengevaluasi dirinya masing-masing di minggu ini. Alhamdulilah... Semoga.. Semoga mereka menyerap ibroh (pelajaran berharga) dari kisah yang telah kuceritakan. Aamiin...

Alpha Zone sebelum belajar fisika, aku memutuskan untuk bercerita tentang Sang Penakluk Konstatinopel. Cerita ini memakan waktu sekitar 5-6 menit saja. Tapi lumayan, semoga kisah tersebut berhasil menyentil para santri untuk mengevaluasi dirinya.

Menurut HR. Tirmidzi:

"Kaki anak Adam tidaklah bergeser pada hari Kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal; tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang apa yang telah dia lakukan dengan ilmunya." 

"Ayo disiapkan!" kataku memberi perintah kepada ketua kelas.

*santri membaca doa sebelum belajar*

"Assalammua'laikum Wr. Wb," ucapku memberi salam kepada para santri.

"Wa'alaykumusalam Wr. Wb," jawab salam mereka.

"Oke, sebelum belajar, saya mempunyai cerita yang keren banget! Mau dengar?"

"Maaaaaaauuuuuuu," jawab mereka antusias.

"Judulnya, Pemuda Terbaik Dunia. Ada yang bisa tebak, siapa pemuda terbaik dunia?" tanyaku sebelum memulai bercerita.

Mereka menyebutkan beberapa nama. Aku menarik kursiku ke tengah-depan kelas. Meneggakkan badanku. Dan mulai bercerita sambil membaca dari text yang sudah kusiapkan di HPku.

"Kalau saja Muhammad Al-Fatih hidup kembali dan melihat kondisi pemuda saat ini, mungkin ia sudah geleng-geleng kepala tak habis pikir. Ah, betapa kualitas kita dan dirinya terbentang amat jauh!

Saat kebanyakan pemuda berumur 23 tahun sudah angkat dagu, bangga bisa taklukkan hati wanita, Muhammad Al-Fatih sudah mampu taklukkan Konstantinopel!

Saat para pemuda bersenang-senang habiskan umur 8 tahunnya dengan menghafal lagu-lagu orang dewasa, Muhammad Al-Fatih sudah hafalkan seluruh ayat Al-Quran dalam kepalanya.

Saat para pemuda masih bingung dengan mimpinya, tidak tahu akan jadi apa, "let it flow" katanya, Muhammad Al-Fatih sudah bertekad dengan lantang sejak kecil, "Ayah, aku ingin menaklukkan Konstantinopel!"

Tekadnya tidak berakhir dengan teriakan lantang saja. Muhammad Al-Fatih memiliki visualisasi mimpi yang teramat jelas. Sejak kecil ia bersama ayah dan gurunya sudah memandang Benteng Byzantium dari atas bukit.

“Nak, benteng itu yang akan kau taklukkan nanti," seru Sang Ayah.

Muhammad Al-Fatih bahkan memiliki ruangan khusus berisi miniatur Konstantinopel, lengkap dengan peta dan strategi perang. Betapa ia tidak main-main dengan mimpinya.

Saat para pemuda begitu mudah mengeluh, merasa punya segudang masalah dan tekanan hidup, lalu menganggap hidupnya akan berakhir sia sia, Muhammad Al-Fatih sudah dibebankan amanah yang begitu besar bahkan sejak ia lahir ke dunia.

Ia menjadi tumpuan harapan tiga generasi akan takluknya konstantinopel, janji Allah yang diucapkan Rasulullah ratusan tahun silam. Ia menjadi harapan dari 6 abad perjuangan para pendahulu. Bayangkan! Harapan 600 tahun perjuangan para pendahulu dibebankan pada pundaknya! Ah, tapi sedikitpun ia tak gentar, tak mundur barang sejengkal!

Saat para pemuda habiskan waktunya untuk bersenang-senang, menonton film, nongkrong berjam-jam, Muhammad Al-Fatih memilih tingkatkan kemampuan fisik dan mengisi otaknya. Ia kuasai teknik bela diri, memanah, berkuda, berenang, strategi berperang, Ilmu fiqh, hadis, astronomi, dan matematika. Ia juga menguasai banyak bahasa; Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani.

Saat para pemuda dengan mudah hancur mentalnya ketika direndahkan atau dihina orang lain, Muhammad Al-Fatih punya hati seluas samudera, mental sekuat baja. Tak terhitung berapa banyak orang yang merendahkannya saat ia diangkat menjadi Raja pada umur 22 tahun. "Bocah ingusan!", cela orang. Musuh dan lingkaran orang kerajaan meremehkan kemampuannya. Kerajaan musuh menyerang saat tahu Muhammad Al-Fatih diangkat menjadi sultan. Tapi ia lebih memilih memberikan bukti nyata.

Saat para pemuda habiskan air matanya untuk kekasih hati yang tidak jelas, Muhammad Al-Fatih memilih habiskan air matanya untuk memohon ampunan dan panjatkan harapan. Sejak baligh, tak pernah satu malam pun ia lewatkan salat Tahajjud. Ialah Pedang Malam, yang selalu diasah dengan tulus ikhlas.

Saat para pemuda lupa dan meninggalkan Tuhan, "Nanti saja kalau sudah tua", fikirnya, Muhammad Al-Fatih tak sekalipun pernah meninggalkan Allah dalam tiap urusannya. Ia miliki 250.000 pasukan yang tak sekalipun meninggalkan salat wajib. Ia laksanakan salat Jumat sebelum menyerang Konstantinopel. Shalat yang shaffnya terpanjang dalam sejarah, 4 km membentang dari Pantai Marmara hingga Selat Golden Horn di utara! Gema takbir bersahutan, menggetarkan, menjadi semangat saat menggempur lawan!

Saat para pemuda kehabisan cara dan ide-ide cemerlang untuk meraih mimpinya, Muhammad Al-Fatih tak kehabisan cara, bahkan yang menurut orang lain gila.

Yang ia hadapi ialah Benteng Byzantium! Dibatasi laut dengan pagar rantai besi, terbuat dengan teknologi terhebat pada zamannya, tak mampu ditembus selama 11 abad.

Kokohnya Benteng Byzantium tak membuat ia kehilangan akal. Tak bisa menyeberangkan 70 kapal lewat laut, ia lumurkan minyak pada ratusan gelondongan kayu, lalu jalankan seluruh armada kapal melintasi bukit hanya dalam satu malam! Pagi hari menjelang, musuh kaget bukan kepalang. Benteng Byzantium yang selama 11 abad tak terhancurkan, hari itu telah mampu ditembus!"

             


Ceritakupun selesai.

MasyaAllah, ekspresi mereka! Aku suka sekali ekspresi setiap santriku ketika mendengarkan dengan fokus kisah yang telah aku ceritakan. Mereka seperti terbius dari kisah Sang Penakluk Konstatinopel. MasyaAllah. Sayang, aku tidak memotret ekspresi mereka.

"Oke, selesai ceritanya. Keren gak?"

Mereka terdiam. Ekspresinya masih belum berubah. Aku kageti sekali lagi.

"Keren gak, Nak?"

"Kereeeeeeeen, bu!" jawab mereka serempak.

"Merekalah yang Rasulullah sebut dengan sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik tentara,

"Konstatinopel akan jatuh di tangan seorang pemimpin yang sebaik-baik pemimpin, tentaranya sebaik-baik tentara, dan rakyatnya sebaik-baik tentara."

"Nah, kita jadi sadar yah tentang kualitas yang amat jauh antara kualitas pemuda saat ini dan di zaman Muhammad Al-Fatih. Ada jurang pemisah yang terpampang dengan nyata! Kita juga sadar akan ketinggalan yang amat jauh. Ingat, masa muda kita tentu akan dimintai pertanggungjawabannya. Oleh karena itu, kita harus mengejar itu semua dengan kerja keras dan kesungguhan. Bisa?"

"InsyaAllah, bu," jawab mereka yakin.

Aku mengetes mereka beberapa pertanyaan. Hanya untuk memastikan apakah para santriku benar-benar fokus dan mendapatkan ibroh dari kisah yang telah ku ceritakan.

"Umur berapa Muhammad Al Fatih menghapal Al-Qur'an?"

"Ada berapa banyak pasukan Muhammad Al-Fatih untuk menyerang konstatinopel?"

"Ada berapa kapal yang yang melintasi bukit?"

Dan semua pertanyaan-pertanyaanku dijawab serempak oleh para santri. MasyaAllah mereka keren banget! Aku salut karena mereka mau fokus mendengarkan. Nak, semoga kamu mendapatkan ibroh  dari kisah tersebut ya.

Guru adalah orang tua santri di pondok. Santri-santriku adalah anak-anak yang mandiri, tak mengapa jauh dari orang tua. Tapi, mereka sangat haus dengan kisah-kisah yang diceritakan dari orang tuanya masing-masing. Tentu ada nasihat yang diselipkan. Baiklah, aku siap menjadi guru yang tak hanya sekadar guru. Bismillah...