Biar UAS Kamu Sukses, Inilah Beberapa Tipsnya

Selasa, Desember 29, 2015 2 Comments A+ a-



UAS (Ujian Akhir Semester) adalah “hidup atau matinya” mahasiswa. UAS merupakan salah satu penentu apakah mahasiswa tersebut lulus atau tidaknya di mata kuliah yang diujikan.

Biasanya nih, banyak mahasiswa yang menyesalnya belakangan, misal “Ah coba aja gue belajar buat UAS kemarin!”, “Aduh gue dapet B gak ya? UAS kemarin gak maksimal nih!”, dan lain-lain.

Berikut ini adalah beberapa tips menghadapi UAS untuk mahasiswa UNJ. Yuk, buat dirimu agar tak menyesal setelah nilai mata kuliahmu terpampang nyata di KHS-mu.

Sudah Tahu Kapan Saatnya UAS




Mahasiswa zaman sekarang harusnya sih info ter-update gampang banget didapatkan. Entah pura-pura gak tahu, atau beneran gak tahu, kasus yang sering terjadi, banyak mahasiswa UNJ yang kaget bahwa MINGGU DEPAN adalah saatnya menempuh UAS. Nah hal tersebut wajib banget kamu hindari ya! Gak ada lagi yang namanya keget kalau minggu depan sudah memasuki masa UAS, karena kamu itu harus mempunyai persiapan minimal dua minggu sebelum UAS akan diadakan. Persiapannya ngapain? Ya belajar…. Mulai menyusun waktu belajar agar fokus untuk persiapan UAS. Good luck!

Makna Berprestasi Part II: Mind Set Rendah Hati

Selasa, Desember 29, 2015 0 Comments A+ a-




“Prestasi adalah ketika hatimu bergetar melihat hasilnya” Fasha Rouf (Relawan VTIC Cycle 4)

“Buat apa diucapkan kata ‘Selamat’ untuk orang yang mengharapkannya?”

Adakah manusia yang tidak ingin berprestasi? Sudah Pasti jawabannya adalah “TIDAK ADA”. Saya, kamu, kita pasti ingin menjadi manusia dengan segudang “prestasi”. Tak dapat dipungkiri bahwa mencapai “prestasi” dalam hidup kita merupakan kebanggaan yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata. Setuju?

Namun, pernahkah kita berpikir apakah makna berprestasi sesungguhnya? Peribahasa klasik menyatakan tentang Ilmu Padi “Semakin berisi semakin merunduk” sepertinya sangat layak dijadikan pedoman agar kita menemukan konsep rendah hati dalam berprestasi. Ya, mind setrendah hati! Lalu, masih ingat dengan konsep “ada langit di atas langit”?

Ada langit di atas langit, berarti di dunia ini tak ada satupun yang sempurna, setiap yang terbaik akan ada yang lebih baik lagi. Konsep tersebut bukan milik seorang, konsep tersebut harus diterapkan oleh semua orang. Sejatinya, konsep tersebutlah yang membuat kita terus membelalakkan mata, ada apa sebenarnya di hati kita, yang begitu dengki dengan prestasi ini, prestasi yang tidak seberapa!

My #2015BestNine: Rekam Jejak Kebahagiaanku di Instagram

Selasa, Desember 29, 2015 0 Comments A+ a-

Hari ini di Instagram ada "sesuatu" deh, kok banyak yang mengunggah kolase sembilan foto ber-hashtag #2015bestnine lho. Setelah kepoin tagarnya, oh ternyata hanya tinggal masukan username di situs web 2015bestnine.com saja. Username yang dimasukkan terserah, bisa punyamu sendiri atau orang lain yang kamu kepo. Nah karena website-nya bukan punya Instagram, jadi banyak muncul pop-up iklan-iklan gitu nih, gue sempet ribet gitu sih. 

Nggak sampai 10 detik, muncullah sembilan foto Instagram kita yang paling banyak di-like selama tahun 2015. Di bawah sembilan foto kita akan ada data berapa banyak jumlah foto yang kita upload dan total jumlah likes selama tahun 2015. Nah, kalau gue lumayan banyak ternyata, ada 384 posts dengan total jumlah 13.535 likes.

Kamu sudah punya #2015BestNine?
Kalau punya gue begini nih:

@Giaghaliyah, follow ya! hihihi
Ternyata dari sembilan foto kebanyakan moment bahagia buah perjuangan skripsi gue. Seneng deh! Kalau gue urutkan dari paling atas kiri ke kanan, lalu mengular, beginilah cerita masing-masing fotonya:

1. OTW Pelaminan

Foto tersebut diambil pada tanggal 3 September 2015 di JIEXPO, Kemayoran. Nah sebenernya foto tersebut gak gue kasih caption di Instagram sih, tapi dengan upload fotonya aja, followers udah paham, kalau gue baru saja di wisuda dan otw pelaminan hihihi. Doain yaaa...

Timeline Menjadi Cikgu VTIC Cycle 4

Selasa, Desember 29, 2015 0 Comments A+ a-


Dulu saya adalah mahasiswi Fisika UNJ 2011. Di semester akhir untuk meraih gelar sarjana, gak lengkap rasanya kalau belum ikut turun langsung mengajar di luar wilayah Indonesia. Bertemu adik-adik asli berdarah Indonesia yang harus tinggal di Serawak, Malaysia bersama orang tuanya yang berkerja di ladang sawit sebagai buruh migran.

Januari 2015 adalah pembukaan pendaftaran menjadi cikgu VTIC Cycle 4. Saat itu, saya baru saja keluar dari rumah sakit dan mulai bangkit kembali menyelesaikan proposal skripsi.

Februari 2015 adalah pengumuman seleksi pertama. Saat itu saya sedang menjalani pengobatan, dan dikasih kesempatan untuk seminar pra skripsi (SPS).

Maret 2015 adalah seleksi tahap kedua. Membuat video microteaching. Lagi sibuk-sibuknya dengan kecepatan penuh untuk mengejar gelar sarjana tepat waktu.

April 2015 adalah pengumuman seleksi tahap kedua. Lagi masa-masa stress ngerjain skripsi sambil tetep masa pengobatan. Di bulan yang sama, saya langsung seleksi tahap ketiga, interview.

Mei 2015 adalah pengumuman seleksi tahap ketiga. Berhasil menjadi salah satu dari 40 relawan VTIC Cycle 4 dengan saingan yang lumayan banyak, 300 lebih pendaftar. Di bulan ini juga, ada pelatihan cikgu VTIC Cycle 4 untuk pertama kalinya. BTW, di bulan ini saya mulai bosan mengkonsumsi obat terus, huft!

Juni 2015
, saya lagi sibuk-sibuknya menggarap bab 4 dan 5. Masih tetep terus berkutat sama skripsi. Di bulan ini, lagi menyempurnakan produk skripsi, yang luar biasa menyita waktu tidur. Alhamdulilah di bulan ini pula saya sedang mempersiapkan pemberkasan sidang skripsi. Lagi bokek banget, karena duit tabungan digunakan untuk nyetak skripsi. Padahal, saya juga butuh dana untuk bekal di Serawak.

Juli 2015, tepatnya tanggal 10, saya sidang skripsi. Masih di bulan yang sama, tepatnya 30 Juli 2015, saya yudisium. Bulan Juli adalah bulan yang penuh persiapan, karena saya harus mempersiapkan pemberkasan wisuda sekaligus persiapan mencari dana untuk bekal berangkat di bulan Agustus. Di akhir bulan Juli 2015, dokter menyatakan saya sembuh setelah melihat hasil rontgen. Fix, dokter dan orang tua membolehkan saya menjadi cikgu untuk VTIC Cycle 4 di Serawak, Malaysia.

Agustus 2015, saya dan 39 relawan lainnya sudah berada di Serawak, hampir tiga minggu mengabdi di sana. Alhamdulilah, kesehatan saya stabil. Malah pas pulang, alhamdulilah banget naik 3 kg lho! Nah, satu minggu terakhir, saya mempersiapkan wisuda.

Awal September 2015, resmi bergelar S.Pd.

Tuhkan, skenario Allah indah banget yah?
Sesibuk apapun saya, se-stress apapun saya saat itu, sebokek apapun saya, kalau Allah mengizinkan untuk berangkat ya berangkat.

Untuk kamu yang ingin menjadi cikgu VTIC Cycle 5, gak boleh pesimis ya! Yakin ajaa, kalau kamu bisa melewati semua seleksinya. InsyaAllah bisa! smile emotikon

Pantau terus media sosial VTIC Foundation, karena kurang dari 15 hari, pendaftaran menjadi cikgu VTIC Cycle 5 resmi di buka. Ayo jadi cikgu!‪#‎SiapJadiCikgu‬ ‪#‎VTICCycle5‬

Les Privat Sama Mahasiswa UNJ, Dijamin Dapet Plus-Plusnya

Kamis, Desember 10, 2015 1 Comments A+ a-




Menurut survey yang telah dilakukan, pekerjaan halal dan paling bermanfaat bagi mahasiswa UNJ adalah menjadi pengajar privat. Setuju juga gak kamu?

Nah, les privat sama mahasiswa UNJ, ternyata dijamin dapat plus pulusnya lho! Penasaran plus-plusnya apa saja? Yuk disimak, beberapa keuntungan les privat sama Mahasiswa UNJ.

Mahasiswa UNJ itu Kakak Les Privat yang Sudah Ditakdirkan untuk Kamu


Kamu… iya kamu… adik-adik gemes yang memang bakalan beruntung banget kalau dapat pengajar les privat dari mahasiswa UNJ. Mahasiswa UNJ adalah sosok kakak yang memang sudah ditakdirkan untuk bertemu sama kamu. Enjoy ya sama mereka! Mereka itu sedang dirancang untuk menjadi guru berkualitas. Seiring mereka kuliah sambil meng-upgrade diri, mereka akan terus berlatih menjadi guru berkualitas dengan cara mengajari kamu les privat.



Waktu Fleksibel dan Harga Terjangkau


Les Privat sama mahasiswa UNJ memilki waktu yang fleksibel. Kamu mau minta diajarin siang hari setelah pulang sekolah juga boleh. Sore hari juga boleh. Malam hari? Wah jangan ditanya. Mahasiswa UNJ rela kok ngajar les privat kamu di malam hari. Bahkan ada yang mau ngajarin saat malam minggu lho, emmm biar malam mingguannya gak hampa benget kayaknya hehehe.

Selain waktu yang fleksibel, mahasiswa UNJ juga memasang tarif les privat yang terjangkau. Untuk anak SD bisa sekitar 50 ribu sampai 75 ribu setiap pertemuan. Anak SMP sekitar 75 ribu sampai 100 ribu. Untuk anak SMA bervariasi. Tapi, tarif yang cukup mahal dipegang sama mahasiswa UNJ jurusan Fisika. Tahu kan yaa mata pelajaran fisika sedewa apa? Minimal tarif les privat fisika itu 160 ribu ke atas untuk satu kali pertemuan. Harga terjangkau dan kualitas juga dijamin. Yuk les privat sama mahasiswa UNJ saja, dedek-dedek gemes!


Mahasiswa UNJ Belajar Psikologi Perkembangan Anak lho!


Setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda-beda, hal ini menyebabkan adanya perbedaan pola pikir anak walaupun mereka seusia. Pernyataan tersebut, mahasiswa UNJ tuh udah paham banget. Iya dong, secara mereka belajar tentang Psikologi Perkembangan Anak saat semester 3 atau 4 lho. Mereka mempelajari pola perkembangan anak, tugas dan bahaya potensial perkembangan anak, sampai implikasi pekembangan anak terhadap pendidikan. Keren kan?

Nah, mahasiswa UNJ juga paham tentang anak yang yang lahir dari keluarga harmonis akan memiliki perkembangan yang lebih baik dari pada anak yang terlahir dari keluarga broken home. Jadi, tenang aja kalau les privat sama mahasiswa UNJ, dijamin akan mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda tergantung psikologi perkembangan anak yang diajar.


Mahasiswa UNJ juga belajar Teori Belajar dan Pembelajaran


Teori Belajar dan Pembelajaran (TBP) adalah salah satu mata kuliah wajib yang dipelajari oleh Mahasiswa UNJ (jurusan kependidikan). Mata kuliah TBP ini memberikan ilmu tentang pendekatan-pendekatan belajar, bagaimana evaluasi hasil pembelajaran, sampai masalah-masalah belajar. Pokoknya yang dipelajarin sama mahasiswa UNJ tuh lengkap banget deh. Ini nih plus-plusnya bisa les privat sama mahasiswa UNJ. Karena mereka paham betul seluk beluk soal mengajar.


Dekat dan Bersahabat


Mahasiswa UNJ tuh umurnya gak jauh-jauh banget lho sama dedek-dedek gemes yang ngeles privat. Jadi mereka itu bisa dianggap kakak. Kakak yang gak cuma bisa ngajar les privat, tapi juga bisa jadi teman curhat, temen selfie, bahkan temen kongkow hehehe.

Kalau urusan bersahabat, jelas mahasiswa UNJ udah gak diragukan lagi dong. Mereka tuh ramah, baik hati, dan tidak sombong. Mereka cuma bisa galak sama murid les privat yang bayar lesnya agak telat *upss.


Les Pakai Bahasa Inggris, juga Boleh


Ternyata banyak juga mahasiswa UNJ yang ngasih les privat untuk anak-anak yang sekolah di sekolah internasional. Nah, kebanyakan dari anak-anak yang di sekolah internasional, susah buat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Tapi tenang, yang namanya les privat sama mahasiswa UNJ, mereka bisa mengajar dengan bahasa pengantarnya, yaitu Bahasa Inggris. Faktanya, di FMIPA ajah ada lho kelas bilingual, dan beberapa fakultas juga ada. Jadi, mereka kuliah dengan bahasa pengantarnya Bahasa Inggris. Kuliahnya saja sudah terbiasa dengan bahasa Inggris, apalagi cuma ngajar les privat hehehe.


Kreatif dan Menyenangkan


Selain belajar Psikologi Perkembangan Anak dan TBP, mahasiswa UNJ juga belajar tentang pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran. Mereka dituntut untuk kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran buatan mahasiswa UNJ juga memetingkan faktor yang menyenangkan lho. Misalnya belajar fisika, mahasiswa UNJ dituntut untuk mengajar ilmu yang abstrak itu dengan media pembelajaran yang membuat anak bisa senang belajar fisika, seperti membuat alat peraga atau mading tiga dimensi.

Nah, untuk les privat biasanya mahasiswa UNJ selalu memberi warna tersendiri saat mengajar, gak jarang mereka juga banyak yang bawa media pembelajaran buatannya sendiri, lho!


Bisa Dapet Jodoh Juga


Ngomongin soal jodoh, tentu kita gak tahu ya jodoh kita itu dengan siapa. Nah, ada beberapa kasus (yang penulis dengar langsung dari orang pertama) tentang dapet jodoh sama anak murid les privat. Kajadian tersebut dialami oleh dosen penulis sendiri. Beliau bercerita tentang pertemuannya dengan istrinya. Ternyata ketemuannya yaa saat les privat. Tuhkan jodoh ya emang gak kemana. Mulai dari sekarang, ajarin calon jodoh kamu itu dengan baik dan ikhlas ya. Siapa tahu saja, murid les privat kamu itu ya jodoh kamu di masa depan. Amiin…


Nah, ternyata les privat sama mahasiswa UNJ bisa dapat banyak plus-plusnya. Yuk buat dedek-dedek gemes yang sudah baca tulisan ini, kalau mau les privat sama mahasiswa UNJ saja ya! 

Tujuh Demam Mahasiswa Baru UNJ

Rabu, Desember 02, 2015 0 Comments A+ a-




Saat ini mahasiswa baru hampir mengakhiri semester pertamanya di UNJ. Selamat untuk kamu yang hampir berhasil menaklukan semester pertamamu ya! Selamat datang “mahasiswa” di kampus yang penuh warna ini.

UNJ adalah salah satu kampus negeri yang berada di ibu kota Jakarta. LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan) ini setiap tahun ajaran baru menerima sekitar 5.000 lebih mahasiswa baru. Untuk tahun 2015 ini, ternyata ada sekitar 5.575 mahasiswa baru UNJ lho!

Nah, untuk kamu mahasiswa baru ataupun pernah merasakan menjadi mahasiswa baru, cek deh tujuh demam mahasiswa baru di bawah ini. Benar gak kamu pernah merasakannya?

Demam mahasiswa baru UNJ yang pertama adalah….
Masih ingat dengan momen MPA?

Mengenang Masa-masa Indah MPA UNJ

Kita semua tahu, untuk menyandang status mahasiswa baru UNJ, calon mahasiswa baru harus melewati rangkaian MPA UNJ alias Masa Pengenalan Akademik, baik itu tingkat Universitas, Fakultas, dan Jurusan. Selesai MPA, kebiasaan para maba adalah selalu ngomongin masa-masa MPA yang baru tiga hari lalu terjadi.

“Loh, lu kan yang waktu itu telat pas MPA hari ke dua ya?”

“Aaaaa gue inget nih, lu kan yang Ketua Angkatan fakultas kita kan?”

“Anak Fisika ya? Kayaknya waktu MPA pernah ketemu deh. Kamu makin cantik ya.”

“Elo yang anak FT yang kompak banget pas MPA itu kan ya?”


Dan masih banyak lagi kalimat yang sayup-sayup terdengar di kampus UNJ, ketika sesama mahasiswa baru sedang berpapasan. Maklumin aja, mereka belum move on dengan masa-masa indah MPA-nya. Iyalah gak mungkin banget masa-masa MPA itu dilupakan, wong terjadi sekali seumur hidup saja kok. Iya kan?
Demam mahasiswa baru UNJ yang kedua adalah….

Duuuh almetnya masih baru nih kayaknya 

Memakai Almet Hijau Dimanapun Mereka Berada

Hal unik yang terjadi pasca MPA adalah terlalu mencoloknya maba UNJ. Dimanapun ia berada, pasti mahasiswa yang lebih senior tahu kalau yang lagi lewat itu pasti anak maba. Yaiyalah mereka sepertinya ngefans banget sama almet hijau UNJ. Dek, kamu pakai almet UNJ di kantin, di jalan raya, di bus trans jakarta, bahkan di kelas, itu gak gerah ya?
Almet Hijau UNJ bukalah jaket biasa yang dimanapun dan kapanpun bisa dipakai. Almet Hijau UNJ adalah jaket kebanggannya semua mahasiswa UNJ. Pakailah almet hijau UNJ dimomen-momen yang memang patut dibanggakan. Seperti, menerima penghargaan menang berbagai kompetisi, pasti dong kamu pakai almet UNJ, bertemu pejabat atau tokoh masyarakat di suatu acara penting, dan bahkan bisa juga dipakai untuk aksi di jalan demi memperjuangkan nasib rakyat. Setuju gak nih?

Demam mahasiswa baru UNJ yang ketiga adalah….

Ini tempat nongkrong favoritemu bukan?

Adaptasi Dengan Lingkungan Kampus
Bawaanya gatel gimana gitu, pengennya keliling kampus mulu. Tingkat ke-kepo-an maba UNJ pasti tinggi sekali. Mereka penasaran sama semua lingkungan yang ada di kampus. Mulai dari ruang kelas, gedung fakultas sebelah, perpustakaan, masjid, bahkan sampai semua tempat nongkrong UNJ dijelajahi. Biasanya 2 bulan sampai 3 bulan pasca MPA UNJ, maba sudah mengetahui di mana saja tempat makan atau tempat nongkrong paling asik di sekitar kampus UNJ. Salut, dek!

Yang perlu diingat adalah tahun pertama kamu itu adalah masa adaptasi. Adaptasi dengan apapun, terutama lingkungan kampus, mulai dari lingkungan kelas, lingkungan jurusan, lingkungan fakultas, bahkan sampai lingkungan tempat nongkrong. Hal tersebut penting sekali, agar kamu gak mudah kesasar di kampus kita *eh.

Demam mahasiswa baru UNJ yang kempat adalah….

Wow! banyak sekali tugas kuliahnya

Kaget Dengan Tumpukan Tugas Kuliah

Gimana dek, awal masuk kuliah kaget gitu gak? Emm.. wajar kalau kamu agak sedikit shock melihat banyak sekali list tugas kuliah yang kejar-kejaran. Ingat, masa kuliah itu jelas beda saat kita masih SMA. Yang perlu di garis bawahi, kamu harus mampu beradaptasi bahkan kalau bisa mengalahkan ritme kamu sendiri sebagai mahasiswa UNJ. Maksud dari mengalahkan ritme sebagai mahasiswa UNJ adalah kamu mampu memanajemenkan dirimu, waktumu, dan nilai tugas kuliahmu, hehehe.

Kaget dengan tumpukan tugas kuliah untuk di semester awal sih masih dimaklumi, tapi kalau masih kaget di semester-semester selanjutnya, itu perlu diwaspadai. Cara mudah memanajemenkan semua tugas-tugas kuliah adalah buatlah reminder di HP-mu, di dinding kamarmu, bahkan kalau bisa di laptopmu juga ya. Semangat, dedek maba!

Demam mahasiswa baru UNJ yang kelima adalah….

Ada yang belum kepo-in kakak tingkat satu ini?

Kepo-in Kakak Tingkat, Organisasi, maupun Komunitas
Gak mungkin diragukan lagi soal kualitas anak maba tentang kepo. Mereka ini bisa dibilang spesies paling kepo yang ada di UNJ. Kebiasaan paling mencolok adalah kepo-in kakak tingkat yang keren, ganteng, ataupun cantik. Nyari Instagramnya lah, nge-add FBnya, sampai ada juga yang ngebuntutin pulang ke rumah. Hayoloh… Emm ya gak salah sih, namun ada baiknya jika ke-kepo-an kamu ini punya banyak manfaatnya.

Salah satu kepo yang bermanfaat adalah kepoin ORMAWA atau OPMAWA yang ada di UNJ nih. Di sana kamu bisa meningkatkan soft skill dan hard skill. Gak percaya? Kepo-in deh. Gak cuma organisasi saja yang harus kamu kepo-in di UNJ, tapi komunitas juga dong.

Tenang, unjkita.com akan membantu kamu untuk mengenal semua tentang UNJ yah. Yuk ikuti kita terus *malah promosi*.

Demam mahasiswa baru UNJ yang keenam adalah….

Ini nih yang bikin kamu geregetan

Geregetan Sama SIAKAD UNJ

Sudah tidak asing lagi, banyak mahasiswa baru yang geregetan sama SIAKAD UNJ. Awalnya sih cuma kepo sama IP Semester pertama, yaiyalah kan IP perdana. Terus, setiap hari (walaupun belum keluar IP-nya) tetep aja buka SIAKAD UNJ mulu. Iya kan? Subuh, pagi, siang, malam sampai tengah malam, SIAKAD UN J terus-terusan ditongkrongin. Selamat ya untuk kamu yang IP-nya di atas tiga untuk semester pertama ini, awal yang baik! Good Job!

Sebagai maba UNJ, emang mesti sabar buat buka SIAKAD UNJ. Doakan terus semoga sistem SIAKAD UNJ menjadi lebih baik ya. Aamiin…

Demam mahasiswa baru UNJ yang ketujuh adalah….

Salah satunya, terinspirasilah dengan kakak tingkat satu ini. Selly Anastasia, MAPRES UNJ 2015
Pengen Pindah Kampus

Kalau semester pertama sudah dilewatkan, terkadang ada beberapa maba UNJ yang galau#PrayformabaUNJ. Biasanya di semester awal, dosen-dosen pendidikan selalu mempertanyakan keyakinan mereka untuk lanjut atau tidak menjadi guru. Nah, kalau ada yang galau untuk menjadi guru, kebanyakan dari mereka pengennya tuh pindah kampus. Namun, sebenarnya kenapa dosen mempertanyakan keyakinan tentang cita-cita kita, agar kita semakin terpacu untuk membuktikan bahwa kita yakin untuk menjadi guru!

Gak cuma dosen pendidikan saja ternyata, dosen ilmu murni juga mempertanyakan kepeminatan mahasiswanya terhadap ilmu (non kependidikan) yang dipelajarinya. Kalau gak sanggup, pilih tetap berjuang atau angkat kaki? Kamu pilih tetap berjuang ya! Caranya? Yakinkan diri kamu, bahwa kamu sanggup menjalaninya dan terinspirasilah dengan kakak-kakak tingkatmu yang berhasil berjuang dan berprestasi di UNJ.

Nah, dari ketujuh demam mahasiswa baru UNJ, apakah kamu pernah mengalaminya?

Kenali Calon Suami dan Istri Berdasarkan Fakultas di UNJ

Selasa, Desember 01, 2015 1 Comments A+ a-



Kamu mahasiswa UNJ kan? Sudah tahu belum bahwa banyak lho kakak-kakak tingkat kita yang berjodoh sesama alumnus UNJ. Jumlahnya sudah gak bisa dihitung pakai jari tangan lagi alias sudah buaanyaaak pasangan yang berjodoh sesama alumnus UNJ.

Nah, mumpung kamu belum lulus dari UNJ nih, yuk kenali calon suami atau istri berdasarkan fakultas-fakultas di UNJ. Siapa tahu ada jodoh kamu di sana! Yuk kita kenali mereka!


Ikhwan dan Akhwat FMIPA di acara International Young Inventors Award 2015

[IDVolunteering] Bukan Sekadar Perjalanan: Bertemu Cikgu Lela Sang Patriot Pahlawan Bangsa

Rabu, November 18, 2015 16 Comments A+ a-

“Menjadi Volunteer, maka siap mengukir perjalanan yang tak biasa dalam memberikan inspirasi untuk orang lain. Adanya volunteer di negeri ini, maka hal tersebut membuktikan bahwa masih adanya tangan-tangan ikhlas yang siap untuk membantu sesama.” Sitti Ghaliyah

Bukan Sekadar Perjalanan

Tak pernah terpikirkan olehku untuk akhirnya dapat menemui mereka. Tidak hanya sekadar bertemu, tetapi kita juga melakukan banyak hal di sana. Mereka adalah bibit-bibit bangsa yang mempunyai semangat juang tinggi untuk memajukan nama negeri. Mereka adalah anak-anak buruh migran, sang pahlawan devisa negara. Aku bersama 40 relawan muda dari 27 universitas di Indonesia terbang dari tanah air menuju negeri jiran, lalu berpencar ke beberapa titik di Serawak untuk menjalin kisah romantis bersama anak-anak buruh migran dalam mengarungi mimpi-mimpi mereka.

Aku bersama adik-adik Galasah yang sedang melakukan Festival Budaya di Telabit, Serawak
(Sumber foto: Dokumentasi Pribadi)

Keluar Zona Nyaman

Sabtu, November 07, 2015 2 Comments A+ a-

Bicara soal mimpi tidak melulu tentang keinginan. Bicara soal keinginan tidak melulu tentang zona yang nyaman. Bicara soal mimpi, berarti berbicara soal tantangan. Tantangan memacu adrenalin kita untuk mampu mengalahkan kelemahan yang ada pada diri kita. Tantangan hanya dapat kita temukan di luar zona nyaman kita. Pertanyaannya, apakah kamu siap menerima tantangan?

Ketika dinyatakan lulus dari SMA/SMK dan sederajat, apakah yang kamu pikirkan? Saat itu, saya hanya memikirkan bagaimana caranya agar saya mampu mengalahkan diri saya sendiri. Saya lebih memilih mencari tantangan dengan cara keluar dari zona nyaman saya. Tidak pernah terpikirkan bahwa akhirnya saya mampu mendapatkan predikat cumlaude dan wisudawan jurusan fisika terbaik tahun 2015, serta mahasiswa berprestasi MIPA tahun 2014. Alhamdulilah, segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

***

Selepas status “siswa”, saya siap untuk mempunyai status baru, yaitu “mahasiswa”. Untuk mendapatkan status yang baru, sungguh hati ini halai-balai untuk memilih jurusan apa yang “sesuai” dengan saya. Sejujurnya, saya bingung mendefinisikan kata “sesuai”. Sesuai yang saya maksud adalah sesuai karena saya mampu berada di sana, bukan karena keinginan belaka. Tanpa ragu, saya memilih jurusan kuliah dengan segudang tantangan di dalamnya. Pertimbangannya ada dua ketika saya memilih jurusan yang sesuai dengan saya, yaitu jurusan yang sangat saya kuasai atau jurusan yang sangat tidak saya kuasai. Jurusan yang sangat saya kuasai adalah jurusan yang menjadi passion saya sejak di bangku SMA. Sedangkan jurusan yang tidak saya kuasai adalah jurusan yang menuntut saya untuk keluar dari zona nyaman. Lalu, pertanyaannya adalah apakah saya mampu berada di jurusan dengan segudang tantangan di dalamnya?

Saya hanya ingin menjadi calon mahasiswa yang sok berani, karena saya telah berjanji, jika saya berhasil dengan keberanian saya ini, saya akan menceritakannya kepada siapapun yang terhalang dengan ketakutannya tersebut. Dengan mengucap bismillah, saya memilih untuk keluar dari zona nyaman saya, yaitu memilih jurusan fisika di Universitas Negeri Jakarta.

***

Tanya Jawab Tentang Hijab Bareng Gia

Senin, Oktober 19, 2015 3 Comments A+ a-

Assalammua'laikum Wr. Wb.

Kali ini saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teman saya, Ima Nirwana (Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial UNJ 2011). Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan digunakan untuk keperluan pengerjaan skripsinya.

Pertama kali mengenal hijab kapan?
Jadi pertama kali mengenal hijab itu saat menjadi seorang mahasiswa MIPA UNJ tahun 2011. Awalnya kaget banget, ini kampus apa pesantren hihihi, soalnya kerudung yang digunakan oleh kakak-kakak tingkat MIPA panjang banget alias syar'i. Dan sejujurnya satu tahun kemudian (tahun 2012), saya baru mengetahui bahwa muslimah itu ternyata WAJIB lho memakai hijab. Jujur, baru tahu hal tersebut setelah dikasih tahu oleh teman sekelas (namanya dirahasiakan).
Gia pakai hijabnya kapan? Ceritakan dong...
Nah, cerita tentang hijabnya Gia ini sudah ditulis di sini ya, silakan baca kalau mau tahu cerita lebih detailnya. Alhamdulilah, gara-gara tulisan itu saya pernah dapat Juara 2 National Muslimah Inspiring Writing Competition tahun 2014 hehehe. Saya pertama kali memakai hijab, ya pada saat pertama kali tahu kalau muslimah itu WAJIB memakai hijab. Saat pertama kali tahu, besoknya langsung mikir, gimana caranya supaya saya mendapatkan restu dari orang tua untuk memakai hijab. Kebetulan ada moment MPA MIPA UNJ tahun 2012 dimana panitia MPA diwajibkan memakai kerudung. Lebih tepatnya tanggal 8 Agustus 2012.
 Gia yang memakai kerudung hitam (dokumentasi foto 8 Agustus 2012)
Nah, saat itulah saya memanfaatkan moment untuk "sementara" membohongi ibu untuk bisa seterusnya memakai kerudung. Dan alhamdulilahnya juga, pertama kali tahu tentang muslimah WAJIB pakai jilbab, saya juga tahu tentang tidak bolehnya memakai jeans, karena akan memperlihatkan lekuk kaki muslimah. Jadi, pertama kali memakai kerudung, maka saya juga langsung pertama kali memakai rok sebagai pasangannya. Alhamdulilah....
Oia, waktu MPA Jurusan Fisika tahun 2012, saya itu panitia acara. Saya dan beberapa panitia lain sedang rapat mendiskusikan tentang hijab lho! Jadi diskusinya adalah para mahasiswa baru diwajibkan memakai kerudung atau tidak saat MPA berlangsung. Saya --yang saat itu berlum berhijab-- jelas tidak setuju! Emmm... alasannya lebih karena  terlalu "saklek" Islamnya, wong cuma MPA saja kok. Sempet berantem juga sih sama panitia lain yang pro... ini kampus apa pesantren sih (?). Tapi akhirnya pendapat saya kalah juga.... eh malah saya yang akhirnya keasyikan memakai hijab dengan (memanfaatkan) moment MPA. 
Rapat MPA Jurusan Fisika tahun 2012  
(lihat dua mahasiswi yang belum berhijab, saat itu kita sedang berselisih pendapat tentang pemakaian kerudung untuk mahasiswa baru saat MPA berlangsung).

Bagaimana kondisi lingkungan kamu sebelumnya?

Bersama teman-teman kampus (dokumentasi foto pada bulan September 2012)

Lingkungan tempat tinggal saya dikelilingi oleh orang-orang kristiani, yang dimana-mana mempunyai anjing peliharaan. Sejak kecil, punya teman bermain ya orang-orang kristiani. Kebetulan Ibu juga sekolahnya di sekolah kristen. Dan saya pun sekolahnya di sekolah Katholik. Jadi punya teman-teman kebanyakan non muslim. Tetapi kalau lingkungan keluarga, alhamdulilah semuanya muslim --muslim sejak lahir lho ya-- bukan mualaf. Oia, saya jadi inget soal teman-teman kampus yang untuk pertama kalinya menebak bahwa saya adalah seorang kristiani (beragama kristen). Padahal nama saya kan Sitti Ghaliyah --muslimah banget namanya--, eh terus teman-teman kampus justru mengira bahwa saya ganti nama karena saya seorang mualaf hahaha. 
Bagaimana proses Gia memakai hijab?
Proses ya? Sebenernya prosesnya cepat sekali lho! Gak ada cang cing cong, langsung pakai aja gitu. Wong saya sudah tahu kok, kalau muslimah itu WAJIB memakai kerudung. Dalam hati saya saat itu, "gue udah tahu kalau kerudung itu wajib, kok gue gak pakai kerudung ya." Mikirnya saat itu, wajib tapi gak dilaksanakan ya hukumnya dosa. Saya gak mau memperbanyak dosa. Udah tahu bahwa kerudung itu WAJIB, ya besoknya langsung memakainya. Simple kan, prosesnya? Yang gak simple itu perjuangannya!
Momen MPA Jurusan Fisika MIPA UNJ tahun 2012


Bagaimana respon keluarga dan teman Gia setelah berhijab?
Respon orang tua yaa susah nerimanya, karena beliau sudah sering melihat orang berkerudung tapi boncengan motor sampai peluk-pelukkan, orang berkerudung tapi hamil di luar nikah. Karena banyak melihat fakta-fakta tersebut, orang tua jadi meragukan kesungguhan anaknya untuk berhijab. Ooo kalau teman-teman, jelas banget mendukungnya.
Hambatannya apa saja?
Emmm hambatannya lebih ke minta restu orang tua. Kalau soal adaptasi, insyaAllah bisa. Doain istiqomah ya :)
Sempet nge-lobby juga ke orang tua kalau saya berhijab, saya berjanji akan berprestasi terus-menerus dan IPK akan meningkat. Alhamdulilah Allah merestui janji saya, sehingga Allah membuka jalan saya untuk mewujudkan semua janji saya ke orang tua. Akhirnya orang tua ikhlas saya berhijab, karena apa yang mereka khawatirkan tidak akan terjadi (khawatir prestasi akan turun dan ikut aliran islam yang lain). 
Sebelum dan sesudah pakai hijab bagaimana?
Nah, dulu sempat terbesit gini, di lingkungan kampus MIPA UNJ kok yang berhijab pasti "dianggap" ya, sedangkan yang tidak berhijab biasa aja gitu. Jujur pernah ngerasain gitu. Padahal, saya orang yang ingin sekali didengar pendapat-pendapat saya, ide dan solusi saya, dan lainnya. Saya penasaran sekali, memang sejauh mana sih terpandangnya seorang muslimah berhijab itu. Akhirnya setelah saya berhijab, respon lingkungan beda banget. Seakan-akan alam semesta mendukung! Yang tadinya saya dianggap biasa aja kalau berpendapat, tapi sekarang jadi sering didengar. Emmm.. merasa dianggap hehehe. Terus sesudah memakai hijab, saya juga merasa cantik banget. Entahlah, tingkat kepedean semakin menjadi-jadi lho!
Gia yang sekarang


Lalu, apa pengalaman Gia setelah berhijab?
Setelah berhijab, jadi semakin penasaran banget sama semua cerminan seorang muslimah. Pengalaman selama ini, yaaa sedang berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Jadi kalau akan melakukan hal yang negatif, selalu ingat kerudung yang dipakai. Selain itu, berhijab melindungi banget. Misalnya, di angkutan umum muslimah berjilbab akan diberi perlakuan yang sopan, insyaAllah. 
Motivasi Gia berhijab apa?
Gak ada motivasi yang khusus gitu. Pokoknya setelah tahu bahwa muslimah WAJIB memakai hijab, yaaa pokoknya harus berhijab! Alhamdulilah, terima kasih banget buat seseorang yang sudah memberi tahu..... agak nyesel juga sih, kenapa saya baru tahunya telat banget yah...
Hijab buat Gia maknanya apa?
Hijab itu pelindung dan pembatas. Melindungi dan membatasi diri, hati, penglihatan, dan lain sebagainya dari kemaksiatan. Semoga kita tergolong orang-orang yang dilindungi oleh Allah SWT.
Ibunya Gia berhijab kapan? Oia manggilnya Ummi atau Ibu?
Sejak beliau naik haji (tahun 2000). Manggilnya ummi.
Wanita di dalam foto di atas bukan Ummi saya lho, tapi nenek saya. Masih muda yah?

Mengapa akhirnya Ibunya Gia menyekolahkan Gia ke sekolah Katholik?
Emmm tentang sekolah Khatolik ya.... Jadi, ceritanya itu saya SD di sekolah negeri. Dari dulu alhamdulilah ranking 1 mulu. Pas SMP, padahal alhamdulilah banget dapet sekolah negeri paling favorite di Jakarta Utara. Tetapi entah mengapa, ibunda lebih menginginkan anaknya untuk keluar dari zona nyamannya. Ia ingin anaknya ranking 1 tapi bukan mengalahkan saingan murid-murid pribumi. Saya ditantang untuk bisa ranking 1 mengalahkan murid-murid chinese --dulu anak-anak chinese terkenal pinter-pinter banget--. Dengan membawa visi harus bisa dapet Juara Umum 1 mengalahkan anak-anak chinese, makanya saya masuk sekolah Khatolik, namanya SMP Strada Fransiskus Xaverius II.
Alhamdulilah, Allah mengizinkan saya untuk menjawab visi saya tersebut. Pas diumumin siapa Juara Umum 1 (tahun 2009), semua orang tua pada kaget, kok yang juara umum 1 namanya muslim banget yah hahaha. Malu sih, tapi seneng banget akhirnya bisa keluar dari zona nyaman dan membuktikan kalau saya bisa! BTW, di sana saya gak belajar agama Islam, tapi belajar agama Khatolik hehehe.
Gia ditinggal Ayah sejak kapan? dan mengapa?
Sejak umur 5,5 tahun (kelas 1 SD). Ayahanda meninggal karena kanker paru-paru. Semoga ia ditempatkan di sisi-Nya dan diampuni segala dosa-dosanya. Aamiin...
Di rumah sama Ibu diajarkan tentang agama Islam atau tidak?
Dulu waktu kecil sempet ikut pengajian anak-anak kecil setiap sore. Diajarin mengaji dan tajwid sama ustdaz. Waktu kecil juga sudah diajarkan salat dan menghapal surah-surah pendek. Sering dibelikan buku-buku cerita nabi juga, lho! Alhamdulilah....
Kan Gia punya adik, bagaimana respon adik-adiknya ketika Gia berhijab? Akhirnya gimana cerita adik-adik Gia berhijab juga?
Respon mereka mendukung lho! Adik kedua dan ketiga berhijab karena janjinya setelah umrah harus memakai kerudung. Alhamdulilah :)
Apakah Ibunya Gia merasa menyesal telah menyekolahkan anaknya di sekolah Katholik dan akhirnya pas kuliah hijrah berhijab?
InsyaAllah, beliau gak menyesal. Entahlah perasaannya bagaimana. Tapi saya percaya seorang Ibu melihat anaknya yang insyaAllah berjalan di jalan Allah, pasti ikut mendukung hijrahnya. Aamiin. 

Tentang Gia

Sabtu, September 12, 2015 3 Comments A+ a-

Bismillah....

Pagi ini ada kabar duka dari Kota Makkah. Inalilahi...
#PrayforMakkah

Setelah pulang dari Malaysia-Singapore akhir bulan Agustus 2015, padahal gue berjanji akan menghiasi blog gue ini. Ada beberapa perubahan yang bakalan terjadi di blog ini. Salah satunya mau ganti header. Gue mesti nungguin temen gue dulu yang mau nge-design pulang dari Makassar. Huufff...

Setelah pulang dari Malaysia-Singapore, awal September 2015 gue baru saja wisuda dong! Yey! OTW Pelaminan nih. Lihat deh foto wisuda gue di bawah ini. Cantik gak? Harus jawab cantik! hahaha




Inilah Jejak-jejak Kami dan Pahlawan Kecil Kami

Selasa, September 08, 2015 0 Comments A+ a-

Anak Indonesia dalam Penjara

Minggu, Agustus 30, 2015 2 Comments A+ a-


Hujan deras di siang hari tak menghalangi para relawan pengajar dari VTIC (Volunteerism Teaching Indonesian Children) untuk tetap berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, Malaysia. Tepat pukul 16.30 waktu Kuala Lumpur kami disambut oleh Diplomat RI untuk Malaysia, yaitu Bapak Ari Purbayanto, untuk melakukan diskusi terkait nasib pendidikan anak-anak buruh migran di Malaysia.

Penemu mesin pemisah tulang ikan dan daging ini sangat bangga sekali menyambut 44 relawan pengajar dari 27 universitas di Indonesia. "Saya sampai geleng-geleng, kalian datang ke Malaysia untuk program yang mulia ini. Kalian adalah penerus generasi bangsa!" ujar Pak Ari. Lulusan Maritime Technology di Tokyo University berpesan bahwa generasi muda harus meningkatkan profesionalisme sesuai bidang masing-masing, karena ini merupakan sebuah pengorbanan atau dedikasi yang luar biasa untuk bangsa.

Dalam diskusi antara para relawan dan diplomat RI, Ahmad Adib sebagai Ketua VTIC Foundation menyampaikan harapan-harapan untuk program VTIC Cycle dan VTIC Training yang akan dilakukan dari tanggal 3-23 Agustus 2015 di Serawak, Malaysia. VTIC Cycle akan berfokus pada kegiatan belajar mengajar para relawan di Sekolah Non Formal, sedangkan VTIC Training akan berfokus pada kesehatan dan psikologis para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Serawak.

"Kami berharap KBRI dapat mendukung diadakannya sekolah setingkat SMP dan SMA untuk anak-anak buruh Migran di Malaysia," kata Adib. Selain itu, Adib menambahkan bahwa jumlah anak-anak buruh migran kurang lebih ada 20.000 jiwa, tetapi hanya 4% yang diizinkan untuk bersekolah. Harapan lainnya, semoga pihak KBRI bisa terus menjalin kerja sama dengan VTIC Foundation untuk mendukung pelaksanaan program-program VTIC.


Pak Ari Purbayanto mengatakan bahwa telah ditandatangani PERBER (Peraturan Bersama) antara pihak pemerintah Indonesia dengan pihak KBRI untuk berkomitmen terkait penyelenggaraan pendidikan di luar negeri. Pemerintah Indonesia menjamin mutu pendidikan anak-anak Indonesia di luar negeri. Namun, PERBER tidaklah berjalan sinergis dengan pihak pemerintah Malaysia. "TKI yang berkatagori Non Profesional tidak diperbolehkan menikah dan memiliki anak-anak atau membawa keluarga," jelas Pak Ari terkait peraturan dari pihak pemerintah Malaysia.

Pemerintah Indonesia hanya dapat mendirikan International School ataupun Sekolah Indonesia-Malaysia, namun syaratnya adalah sekolah tersebut hanya diperuntukkan untuk anak-anak Indonesia yang mempunyai sertifikat kelahiran atau akta kelahiran. "Yang menjadi masalah besar adalah anak-anak buruh migran adalah anak-anak ilegal. Mereka hanya diizinkan bersekolah sampai setingkat SD, yaitu dari umur 0-12 tahun. Saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk meminta sampai umur 15 tahun untuk bisa mendapatkan hak pendidikan. Sabah sudah mengizinkan anak-anak buruh migran bisa bersekolah sampai setingkat SMP. Namun, di Serawak belum," ungkap Pak Ari. Setelah lewat dari usia 12 tahun, anak-anak buruh migran menjadi pekerja ilegal di ladang-ladang kelapa sawit seperti orangtuanya.

Pak Ari Purbayanto juga menekankan bahwa bagaimana menyadarkan orang tua (buruh migran) tentang pendidikan tinggi untuk anak-anaknya. Setelah anak-anak bersekolah sampai tingkat SMP, mereka harus siap dipisahkan dari orang tua untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi lagi di Indonesia, maka anak tersebut akan menjadi anak-anak legal. Jika orang tua tetap membiarkan anak-anak mereka untuk bekerja di ladang, kapan pun mereka bisa saja dideportasi.

Anak-anak buruh migran seperti berada di dalam penjara. "Bahkan mereka dilarang untuk mendekati jalan beraspal agar tidak ketahuan bahwa mereka adalah anak-anak ilegal bagi pemerintah Malaysia," pungkas Pak Ari.



*Tulisan ini merupakan resume dari diskusi antara KBRI untuk Malaysia dengan 44 relawan pengajar VTIC Cycle 4 pada tanggal 2 Agustus 2015.

Wahai engkau pemuda pembangun peradaban, adik-adik kita membutuhkan dukungan dari kalian semua!

HUT RI Bersama Anak-anak Buruh Migran di Serawak

Jumat, Agustus 28, 2015 1 Comments A+ a-


Dedikasi untuk negeri, mendidik tiada henti. Siap mengabdi sampai ujung dunia, walau jauh dari tanah air tercinta.

Tak pernah terpikirkan olehku untuk akhirnya dapat menemui mereka. Tidak hanya sekadar bertemu, tetapi kita juga melakukan banyak hal di sana. Mereka adalah bibit-bibit bangsa yang mempunyai semangat juang tinggi untuk memajukan nama negeri. Mereka adalah anak-anak buruh migran, sang pahlawan devisa negara. Aku bersama 40 relawan muda dari 27 universitas di Indonesia terbang dari tanah air menuju negeri jiran, lalu berpencar ke beberapa titik di Serawak untuk menjalin kisah romantis bersama anak-anak buruh migran dalam mengarungi mimpi-mimpi mereka.

Anak-anak Indonesia dimanapun mereka berada, haruslah tetap bisa mengenyam pentingnya pendidikan, karena di genggaman merekalah masa depan Indonesia berada. Di nagera Malaysia, khususnya Serawak, terdapat pekerja Indonesia yang mencapai lebih dari 400 ribu orang yang ditempatkan tidak kurang dari 250 perusahaan kelapa sawit. Dari jumlah warga negera Indonesia tersebut, setidaknya terdapat 20.000 anak-anak Indonesia. Namun, hanya sekitar 800 anak yang mampu mengenyam pendidikan di 17 sekolah non formal.

Aku bersama relawan lainnya mengabdi selama 20 hari di sana. Banyak sekali kisah-kisah yang sungguh menggetarkan hati ini bersama adik-adik kesayanganku. Aku bersama dua relawan ditempatkan di Galasah, salah satu titik fokus tempat kami mengabdi untuk 32 bibit-bibit bangsa. Buku hanya satu untuk dapat dipelajari bersama-sama. Papan tulis hanya satu sebagai fasilitas yang digunakan untuk beberapa kelas dalam waktu yang bersamaan. Ruang kelas pun hanya satu untuk berdasak-deasakan mengukir cita. Di tengah-tengah barisan pohon kelapa sawit yang menjulang tinggi, sebuah sekolah kecil berbentuk rumah panggung menjadi saksi bisu tempat persinggahan anak-anak buruh migran dalam menggapai mimpi. Sekolah Dasar Al-Ikhlas namanya. Aku salah satu pemuda Indonesia yang beruntung untuk dapat menyaksikan secara langsung senyum manis mereka dengan keoptimisan juang yang tinggi.


17 Agustus 2015 adalah salah satu momen yang paling kami tunggu-tunggu. Aku telah menyaksikan secara langsung bagaimana semangat mereka untuk menunjukkan rasa cintanya kepada negeri. Adik-adikku latihan upacara HUT RI dengan sangat keras. Padahal mereka hanya melakukan upacara satu tahun sekali. Bisa terbayangkan, bagaimana usaha keras mereka untuk memberikan hasil yang maksimal di momen upacara HUT RI. Selain latihan upacara HUT RI, aku bersama adik-adikku juga menghias ruang kelas, tempat kami melakukan upacara HUT RI. Ruang kelas dihiasi bendera merah putih yang berukuran kecil, ada juga balon merah putih, dan gambar-gambar pahlawan negeri berjajar rapi mengelilingi tembok kelas.

Tepat pukul 09.30, kami melaksanakan upacara HUT RI di dalam ruang kelas Sekolah Dasar Al-Ikhlas, Galasah. Walaupun sang saka merah putih tidak dapat berkibar di bawah langit yang cerah, upacara tetap berlangsung dengan hikmad dan semua petugas upacara berhasil melaksanakan upacara dengan usaha yang maksimal. “Kepada sang saka merah putih, hormat grak!” dengan lantang Khairil (Kelas 3 SD) memimpin pemberian hormat saat upacara berlangsung. Ketika kami menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipandu oleh Nia (kelas 4 SD) sebagai dirijen, air mata berlinangan jatuh membasahi suasana upacara. Akhirnya, aku mengetahui maksud dari sepenggal lirik lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R Supratman, “Disanalah, aku berdiri jadi pandu Ibuku. Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku.” Kata “Disanalah”, sangat tepat menggambarkan rasa rindu yang teramat dalam kepada Indonesiaku.

Walaupun bendera tidak dapat dikibarkan di tengah-tengah barisan pohon kelapa sawit, adik-adikku tetap bersyukur masih bisa melaksanakan upacara untuk memperingati ulang tahun negeri tercintanya. Jarak bukanlah masalah, yang terpenting bagi mereka adalah hati ini tetap selalu dekat dengan denyut jantung Indonesia. 

Dua hari kemudian, kami mengadakan perlombaan untuk memperingati HUT RI di lapangan terbuka dekat sekolah. Salah satu lombanya adalah lomba lari mengambil bendera untuk murid-murid TK dan SD kelas 1. Walaupun saat upacara HUT RI tidak boleh mengibarkan bendera merah putih, saya cukup puas melihat bendera merah putih yang berukuran mungil untuk dijadikan sebagai properti perlombaan lari. Melihat bendera mungil itu terkena sentuhan lembut angin, hati ini semakin merindu Indonesia.





Adik-adikku selalu berkata, “Kami akan melanjutkan sekolah di Indonesia, cikgu!” Ekspresi mereka ketika mengatakan seperti itu, sampai saat ini tak akan pernah aku lupakan. Pemerintah Malaysia hanya mengizinkan anak-anak Indonesia untuk mengenyam pendidikan hanya sampai usia 12 tahun. Lebih dari usia 12 tahun, anak-anak Indonesia tidak boleh menuntut ilmu di Malaysia. Buruh-buruh migran selalu memperjuangkan nasib pendidikan anak-anaknya, agar mimpi anak-anak mereka tidak sama dengan nasib orang tuanya. Mereka memang sulit untuk jauh dan melepaskan kepergian anak-anaknya menuntut ilmu lebih tinggi di Indonesia. Namun, mereka tetap percaya bahwa pendidikan mengajarkan banyak hal untuk menjadi manusia sesunggunya yang mencintai negerinya.

Anak-anak buruh migran sesungguhnya adalah inspirator kemerdekaan. Mereka dan orang tuanya selalu berjuang di negeri orang, tetapi Indonesia tetap di denyut jantung mereka. Terima kasih Tuhan, telah mengizinkanku untuk mengukir kisah romantis bersama mereka. Pertemuan yang sangat singkat namun serat akan makna, telah membuatku sadar bahwa arti kebahagiaan tidak selalu diperoleh dari materi. Materi hanya dapat membuat kebahagiaan semu belaka, tetapi ketengangan jiwalah yang merupakan kebahagiaan sesungguhnya. Semoga adik-adik kecilku selalu semangat untuk terus mengarungi cita. Kembalilah ke negerimu dan tuntutlah ilmu, wahai adik-adikku! Disinilah tempatmu berpijak untuk dapat melompat lebih tinggi lagi.

Cita-Cita

Selasa, Mei 26, 2015 5 Comments A+ a-

Gue mau cerita soal cita-cita gue yang lumayan latahan.
Gue paling inget, waktu kecil cita-cita gue itu menjadi arsitek. Widiih, keren kan? Cita-cita gue yang pengen banget menjadi arsitek bertahan dari zaman SD sampai SMP. Awalnya sih gara-gara latahan sama artis cilik namanya Tasya yang waktu itu diwawancarai di TV. "Tasya cita-citanya apa?" tanya presenter TV. "Tasya mau jadi Arsitek," jawab Tasya yakin. Pas gue ngeliat Tasya di TV, gue jadi pengen juga jadi arsitek hahaha. Maklumin yaa, guys namanya juga anak kecil. Gue terinspirasi dari artis cilik saat itu. Rasanya keren ajaaa... walaupun gue gak tau arsitek itu sebenernya profesi yang kerjanya apa.

Tiba-tiba.....
Tiba-tiba, cita-cita gue jadi arsitek meluntur. Gak ada hasrat sama sekali buat jadi arsitek lagi *kok bisa gitu ya?* Cita-cita gue ini termasuk gak bertahan lama, maklum namanya juga cita-cita latahan.

Masuk SMA, gue masih galau sama cita-cita gue. Gak jelas mau jadi apa. Sedih ya? Iya.
Saat itu (-sampai sekarang) gue cuma mau jadi "seseorang" yang bisa memberikan dampak positif untuk orang lain. Cita-cita jadi "seseorang" itu masih abstrak, sejujurnya.

Cita-cita sering diidentikan dengan sebuah profesi. Profesi yang akan menjadi mesin uang untuk keberlangsungan hidup kita. Cita-cita itu sebenernya memengaruhi kita untuk pilihan-pilihan yang akan kita ambil. Misalnya, kita mau jadi dokter, maka kita akan memilih untuk kuliah di Fakultas Kedoteran. Kalau mau jadi guru SD, maka kuliahnya ambil Fakultas Ilmu Pendidikan (yang paling top di UNJ loh). Atau, kalau mau jadi pembisnis sukses, gak perlu kuliah juga gapapa, cukup belajar dari mentor-mentor bisnis yang sudah sukses. Jadi, buat kamu yang ingin mengejar cita-cita, sebaiknya sudah dirancang dari sekarang, supaya jelas dan terarah, jangan kayak gue, yang masuk kuliah di Fisika cuma mau buktiin kalau gue mampu dan gak takut sama Fisika *huft.

Kalau ditanya saat ini gue mau jadi apa, gue tetep mau jadi "seseorang". Cita-cita gue ini bukalah sebuah profesi. Menjadi "seseorang"  yang bermanfaat untuk orang banyak alias menjadi orang besar (padahal gue orangnya kecil *eh). Jadi, kata kunci dari cita-cita adalah manfaat, yaitu memberi dan mendapatkan manfaat. Cita-cita itu lebih dari sekadar profesi sebagai mesin uang. Apapun yang akan kalian lakukan, apapun profesinya nanti, teruslah berusaha memberikan kebermanfaatan untuk diri sendiri dan orang lain *azeeek*

Nah, gue mau kasih tahu surat motivasi cita-cita yang pernah gue bikin untuk salah satu adik asuh di Kampung Cibuyutan, Bogor ([Masih] Kampung Cibuyutan: Hendrik dan Surat Kuning).

Galauin Cover

Rabu, April 15, 2015 13 Comments A+ a-

Bismillah....

Emang yaa nasib mahasiswi tingkat akhir tuh begini banget *ngelus dada* 
.
.
.
.
.
*tarik napas panjang*

Oke gue lanjutkan, jadi gue mau curhat nih sebenarnya. Soalnya gue abis dicurhatin sama temen gue (beda jurusan, lebih tepatnya jurusan Biologi) tentang SKRIPSI. Sebut saja namanya Doi. Gue ketemu doi pas kita sama-sama lagi menunggu Bus Trans Jakarta di Shelter UNJ. Gue sebagai temennya mau aja sih mendengarkan semua curahan hatinya tentang SKRIPSI.

Intinya sih doi GALAU. *dia gak tahu apaa yaa, kalau gue juga galau*
Doi curhat kalau dosen pembimbingnya tuh bangke banget! Dosennya menghambat si doi untuk Sidang Pra Skripsi (alhamdulilah gue sih udah). Kedua dosen pembimbingnya malah berdebat soal judul penelitiannya si doi, disuruh tambah variabel yang bikin doi makin memboroskan waktunya untuk maju SPS. 

Doi juga bilang, dengan ditambahnya variabel pada penelitian doi, hal tersebut membuat doi kesulitan mencari penelitian yang relevan di Perpustakaan kampus. Katanya sih penelitian doi jarang sekali ditemukan. 

Gue cuma ngasih saran yang klasik, "POKOKNYA MESTI SEMANGAT YA!"

Maaf yaa cuma bisa ngasih saran gitu doang.
Tapi gue juga ngasih solusi buat doi. Gue ngasih nomor temen gue, yang kebetulan judul penelitiannya hampir sama dengan doi. Semoga nomor temen gue itu bisa membantu doi menjalankan rintangan penelitiannya.

Sebenarnya bukan masalah susah atau gampangnya penelitian skripsi kita. Tapi ini masalah mental dan kegundahan hati yang terus menghantui setiap mahasiswa tingkat akhir. Istilahnya anak muda alay tuh, "GALAU BERAT". Ya begitulah. Itulah yang sedang gue rasakan. Gue butuh berjam-jam lamanya hanya untuk mendesain cover untuk produk penelitian pengembangan gue. 

Produk gue ini on progress. Membuat gue galau berat cuma mikirin cover-nya saja. 

Bagi kamu yang membaca postinganku ini, please kasih komentar kritik dan masukannya tentang cover produk gue, yang sudah gue design ini. 
Terima kasih yaaaa sebelumnya.



Terima Kasih Rindu

Rabu, April 01, 2015 4 Comments A+ a-

[Percakapan Tentang Rindu]

"Jujur, aku tidak mengerti bagaimana harus mengatasi rinduku ini."

"Aku ingin berkata sesuatu, tapi matamu terlalu lekat menatapku, sehingga bibirku kelu untuk berucap."

"Tak perlu untuk diucapkan, cukup dari pancaran matamu, aku sudah membacanya.
Hanya ingin sekadar menyapamu. Hanya itu."

"Jika tak ada jarak yang memisahkan, dan waktu yang membatasi, mustahil tercipta kata "Rindu".
Benar bukan?"

"Rinduku sudah terbalaskan dari tatapanmu itu. Aku hanya bisa menundukkan pandangan darimu."

"Sanking aku merindumu, bahkan rumput pun malu jika aku selalu menatapnya."

"Bagaimana mungkin aku menatapmu? Jika untuk berpapasan saja aku malu. Tak sanggup aku melihat dirimu, dan biarlah ini tetap menjadi rindu."

"TAPI, senyummu itu telah membiusku. CUKUP."

"Bila hati ini besi, maka rindu adalah karatnya.
Senyumku mengalihkan duniamu kah?"

"Aku mau menjadi karatmu, karat yang selalu setia menemanimu di kala hujan datang membadai. Aku mau..."

"Karatmu itu membuatku rapuh.
Tapi, aku rindu."

"Wajah yang menahan napsuku. Sedetik... dua detik.. tiga detik... menjelma candu.
Di tengah keramaian yang menyeruak. Selangkah... dua langkah... tiga langkah..
Aku sibuk memburu kehadiranmu.
Indahnya, hari yang kelabu.
Menjelma merah jambu.
Namun, selama Tuhan bilang  ini haram, ini haram.
Baiknya sibuk-sibuklah hatiku.
Jauh-jauhimu.
Dekat-dekati-Nya."

"Sibuk-sibuklah hatiku?
Jauh-jauhimu?
Ya! itu telah kulakukan.
Tapi.. mengapa alam semesta ini mendukungku untuk selalu merindukanmu?
Menyebut namamu di dalam doaku."

"Ketika candu sudah merasuki dirimu, maka bersegeralah mencari penawarnya.
Jika kamu tak temukan penawarnya, biarlah Allah yang akan memberikan penawarnya."

"Aku semakin sering menyelipkan namamu dalam doaku.
Doa berserah kepada-Nya.
Aku hanya sekadar rindu."

"Bahagia bersamamu melalaikan.
Maka, ada kalanya menjaga jarak lebih baik daripada silahturahim."

"Saat merah senja bias oleh hujan.
Aku berdoa.
Tak sadar aku selipkan namamu.
Ah, adakah kau juga mendoakanku?"

"Jika bahagia bersamaku melalaikanmu, berarti ada yang salah dengan kebersamaan kita.
Semoga doamu dan doaku bertemu."

"MELALAIKAN, itu yang salah"

"Padahal aku ingin memecahkan semua rasa ini untuk biar kalian sadar.
Kalau malam ini, jangan sampai lalai dengan semua kata rindu".

"Rindu, KAMU TAHU?
Aku hanya mampu mengucapkan kata itu di dalam doaku.
Apakah aku berani mengucapkannya langsung kepadamu?
Biar saja...
Alam semesta tetap mendukungku.
Aku rindu, kamu."

"Rindu untuk terus diingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Maka rindu itu luas, jangan menyempitkan makna rindu."

"Kalau gitu, apa makna luas dari Rindu?
Kamu hanya tahu teori. Buktikan!"

"Bukankah rindu itu milik kita semua?
Tak perlu merindukan apa yang belum halal untuk kita.
Rindu yang sudah pasti-pasti saja. Rinduku padamu.
Mengingatkan semua kenangan indah kita."

"Semesta mendidik agar mendewasa dalam mengelola rasa."

"Semoga tak hanya 'Rindu' di setiap ketikan.
Semoga saat bertemu bukan hanya saling tatap, tapi untuk membuat "Rindu" yang lama sudah dipendam. Kita bisa berbagi cerita."

"Karenamu aku mampu beraskara."

"Ya, sederhana saja, aku rindu."

"Karena rindu, aku dan kamu bisa bertemu dalam doa."

"Aku tanya sekali lagi. Aku rindu. Aku sudah berteriak.
AKU RINDU.
Lalu kamu?
Aku masih membisu menanti jawabanmu."

"Di ruang rindu, kita bertemu."

"Menyebut namamu dalam doaku."

"Aku? tak ubahnya kamu.
Rindu ini menyumpal dalam dada, pedih terpendam, meski indah tersulam.
Sejatinya, ku simpan rindu ini untuk kamu, terpatri sunyi, menagih untuk ditemui."

"Rindu milik kita semua.
Rindu bertemu dengannya, walau tak pernah bersua.
Aku hanya mengenalmu lewat apa-apa yang dikisahkan.
Semoga kelak kita bisa berjumpa."

"Semoga rinduku terbalaskan sesuai harapanku."

"Dan rindu menjadi urusanku, padahal kamulah penyebabnya."

"Senyumu itu candu.
Candu itu meracuniku.
Dan racun itu jadi penawar rindu.
Karena rindu, aku dan kamu bisa bertemu dalam doa.
Menagih untuk ditemui."

"Bertemu?
Kamu yakin?
Aku tak kuasa menahan rindu ini."

"Aku yakin dengan pilihan ini. Kita bertemu, atau tidak sama sekali."

"Kamu yakin hanya ada dua pilihan itu untuk rinduku?
Bertemu atau tidak sama sekali?
Kamu jahat!
Ajarkan aku untuk mampu menguasai rinduku ini."

"Kamu mau tahu bagaimana caranya untuk menguasai rindumu itu?
Mendekatlah pada Sang Pencipta Rindu.
Maka kamu akan menemukan caranya.
Bukan kamu paksa tolak rindu itu."

"Cukup. Selamat malam Rindu.
Terima kasih telah menundukkan pandanganmu untuk membalas rinduku."

"Malam yang indah.
Semoga kita dapat bertemu di ruang rindu."



[PRESS RELEASE] BTOLL

Rabu, April 01, 2015 1 Comments A+ a-

Kebetulan beberapa hari yang lalu, gue dan partner gue, Muti, diminta untuk liputan Roadshow Seminar BTOOL (Buka Toko Online Langsung Laris) di Universitas Negeri Jakarta. Ini dia press release BTOOL yang kemarin mampir ke UNJ.

----------------------------------------------
BTOLL (Buka Toko Online Langsung Laris)

Reporter: Mutiara Kinanti
Editor: Sitti Ghaliyah

BEMUNJ, Jakarta (29/3) - Roadshow Seminar BTOLL (Buka Toko Online Langsung Laris) diselenggarakan pada hari Sabtu, 28 Maret 2015 pukul 08.00 WIB yang bertempat di Aula Brigjen Latif Hadiningrat, Gedung Dewi Sartika, Kampus A, Universitas Negeri Jakarta. Jakarta menjadi kota ke-10 sebagai bagian roadshow seminar 30 kota yang diselenggarakan oleh BNI Syariah dan yukbisnis.com

[FABEL] Ayo Kita Kawal!

Selasa, Maret 31, 2015 6 Comments A+ a-

Sumber gambar dari sini

Alkisah sebuah cerita yang datang dari surga kucing di Kabupaten Pulowali Mandar, Sulawesi Barat. Sebuah pulau bernama Pulau Dea-dea yang hanya dihuni oleh ratusan ekor kucing. Tidak ada satu manusiapun yang tinggal di pulau ini.

Suatu hari...

Dua pemuda tampan asal Jakarta datang ke Pulau Dea-dea. Mereka hanya sekadar ingin bercengkrama dengan kucing-kucing disana.

"Gue penasaran sekali dengan Pulau Dea-dea ini. Kucing-kucing di pulau ini sudah berkembang biak sejak puluhan tahun lalu, meski tidak ada yang dapat memastikan kapan kucing mulai menghuni dan menguasai Pulau Dea-dea. Kita sudah menempuh sekitar 15 menit dengan menggunakan  taksi air dari dermaga Belang-belang di Desa Tonyamang," kata Nico kepada Galih teman seperjalanannya.

"Lu tahu kan, kalau kucing-kucing di Pulau Dea-dea awalnya berasal dari beberapa kucing yang dibuang oleh warga dari pulau lain di pulau tak berpenghuni itu. Semua kucing di Pulau Dea-dea hidup tanpa ada campur tangan manusia ataupun pemerintah daerah setempat, sehingga kita tuh gak boleh  begitu saja bermain dan mengelus kucing-kucing di pulau ini karena kebanyakan bersifat liar mereka," jelas Galih memperingatkan.

Mereka pun mulai memasuki Pulau Dea-dea, surga kucing-kucing.

"WOW! Pemandangan Pulau Dea-dea hijau banget dan penuh pepohonan rindang, yaa walaupun tidak ada tempat beristirahat dan berteduh buatan manusia, sudah cukup untuk jadi daya tarik para pecinta kucing kayak kita, Gal," kata Nico.

***
"Lihat! Akan ada dua pemuda tampan datang ke Pulau kita. Ayo lihat, kawan! Dua pemuda itu sedang berjalan menuju kesini," ucap Bece', kucing ceria yang pertama kali melihat Nico dan Galih.

"OMG, mereka tampan sekali," sahut Zaedah, kucing manis yang selalu terkagum-kagum akan kehadiran manusia. Maklum saja, Pulau Dea-dea ini jarang sekali dikunjungi oleh manusia. Banyak kucing-kucing yang tidak akrab dengan manusia yang berkunjung, kecuali..... kecuali dua pemuda tampan ini.

"Aku yang akan pertama kali menyambutnya, meong!" tegas Bernadet, ketua kelompok kucing remaja di Pulau Dea-dea. "Akan kucakar mereka, jika berani menyentuh kita!" lanjutnya mengancam.

"Bernadet! Meong... tunggu.... Aku rindu kehadiran manusia di pulau kita. Tidakkah kau juga merindukannya? Lihat kedua pemuda itu, mereka hanya sekadar mengunjugi kita saja," kata Zaedah yang sedang berusaha menghentikan langkah Bernadet menuju kedua pemuda tersebut.

Nico dan Galih, kaget bukan main. Sekelompok kucing-kucing yang cantik sedang bercengkrama beberapa meter di hadapan mereka. Ada satu rahasia yang kucing-kucing Pulau Dea tidak tahu. Kunjungan dua manusia kali ini, lain dari pada yang lain. Mereka mengerti bahasa kucing! meong... meong... meong...

"Please, aku saja yang menyambutnya yaa, Bernadet," Zeadah memohon.

"Meong..., Terserah kau!" balas Bernadet.

"Meong.. meong... Selamat datang wahai pemuda-pemuda tampan. Perkenalkan namaku Zaedah, salah satu anggota kelompok remaja kucing di Pulau Dea-dea," sambut Zaedah dengan senyuman manisnya.

"Bray, kucing manis ini namanya Zaedah loh," kata Nicova kepada Galih.
"Manis juga yaa, dia," balas Galih.

"To the point saja! Apa maksud kalian mengunjugi Pulau kami? Kami sudah nyaman di pulau ini. Nenek moyang kalian sudah menelantarkan kami dengan seenaknya, meong!" tanya Bernadet dengan kesal.

"Buset! kita udah disembur nih bray, sama kucing itu," kata Galih sambil menunjuk Bernadet.

"Meong..., Sepertinya mereka mengerti bahasa kita yaa, Zaedah dan Bernadet?" tanya Bece' dengan polos.

"Bagaimana kau bisa tahu Bece'?" tanya Zaedah.

"Lihatlah ekspresi mereka!" jawab Bece' dengan cepat.

Bernadet, Bece', Zaedah dan beberapa anggota kelompok remaja kucing mengiringi langkah Nico dan Galih. "Meong.... meong... meong...." sahut mereka.

"Apakah yang akan mereka lakukan di pulau kita? Mengeksploitasi kita lagi? Meracuni kita lagi?Jangan sampai mereka masuk ke pedalaman. Nanti Kakek Dea-dea tahu, kalau ada manusia yang datang berkunjung ke pulau kita. Bukan hanya kita yang akan dimarahi, tapi dua pemuda itu akan berdarah-darah karena mendapat hukuman dari polisi pulau," Berdanet memperingati.

"Bernadet, tolong kamu jangan langsung berburuk sangka! Kita harus positive thingking terhadap siapapun yang datang berkunjung. Sepertinya mereka pemuda yang baik," kata Zaedah sambil berjalan melewati Bernadet.

"Positive thingking itu bagus. Tapi kita harus selalu sigap akan semua kondisi yang akan terjadi demi keselamatan kita dan keberlangsungan hidup penghuni Pulau Dea-dea ini. Mengerti?" jelas Bernadet.

"Ayo, kita kawal!" teriak Bernadet kepada kelompok remaja kucing sambil berjalan mengiringi Nico dan Galih

***

Ini Fabel apaan yak? hihihi *apasih*
Maaf kalau aneh ceritanya.

Pesannya cuma tentang positive thingking saja, tetapi harus tetap sigap akan semua keadaan. Pesan ini terinspirasi akan sikap mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas yang beberapa waktu lalu telah melakukan aksi-aksi a.k.a demo untuk mengawal beberapa permasalahan bangsa. 

Cari-carian Di Hari Wisuda

Kamis, Maret 26, 2015 9 Comments A+ a-

Dua hari yang lalu, lebih tepatnya hari Selasa, 24 Maret 2015, merupakan hari yang aku tunggu-tunggu. Aku sudah merencanakan #CelebrateMoment bersama teman-teman seperjuangan untuk bisa wefie bersama di Hari Wisuda. Hari Wisuda merupakan moment yang gak mungkin banget aku lewatkan. Ini salah satu moment yang harus diabadikan *aseeeek. Yaaah walaupun bukan aku sih yang diwisudakan *hiks!

Persiapan sebelum Hari Wisuda

Teman-teman seperjuanganku yang akan diwisudakan sudah bersiap dari jauh-jauh hari, mulai dari cari kebaya yang paling kece, cari tukang make up paling handal, hubungi keluarga, undang teman-teman, undang teman dekat, undang calon suami *eh, pokoknya semuanya harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya deh. Walaupun aku gak ikut diwisudakan, tapi aku gak mau kalah dong yaaa... aku pun juga persiapan banget! salah satunya bawa kamera yang minimal bisa ngambil moment untuk wefie bersama para wisudawati. Selain itu, aku juga pakai make up loh, pakai kerudung yang merah cetar, dan gak kalah penting pakai wedges yang lumayan tinggi hihihi *gak mau kalah eksis soalnya*.

Sejujurnya, aku menyempatkan hadir di Hari Wisuda mereka hanya untuk wefie ajaaaa... Rugi banget kalau gak berhasil wefie bersama mereka. Wisudawati ini udah heboh banget dandanya... dan istimewanya mereka adalah Wisudawati Berprestasi dari Jurusan Fisika UNJ loh, wisudawati yang berhasil lulus S1 dalam waktu tempuh 3,5 tahun. Aaaaa keren banget yaaa! Oia lupa, selain aku menyiapkan kamera, make up, dan wedges, aku juga mempersiapkan mental yang berani, karena datang ke Hari Wisuda orang lain, memang butuh mental yang kuat, hati yang sabar, dan senyum yang tulus.

Salah seorang temanku, sudah mengabarkan bahwa wisuda akan berakhir pukul 13.30 WIB. Nah berarti aku bisa datang sekitar pukul 13.00 WIB supaya dapet moment kebahagiaan usai diwisuda bersama Rektor.

Aku juga sudah persiapan dari pukul 10.00 WIB loh, dan gak lupa harus rayu-rayu adik tercinta supaya mau nganterin kakaknya dateng ke JiExpo. Adegan rayu-rayu adik juga butuh waktu yang cukup lama, tapi akhirnya mau juga sih, karena diiming-imingkan beli ice cream setelah nganterin ke JiExpo. FYI, supaya bisa dateng ke JiExpo ternyata susah banget yaaa, karena memang butuh kendaraan pribadi, ojeg, atau taxi untuk bisa sampai ke sana.

Produknya Keren! #CatatanPENGOLEKSI

Rabu, Maret 25, 2015 1 Comments A+ a-

Bismillah...
Sebelumnya tentang #CatatanPENGOLEKSI
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hariii ini gueee seneng banget! Karena gue bersama tim gue berhasil melewati Monitoring Evaluasi Internal Tahap 1 PKM 2015 dengan selamat tanpa darah-darah ataupun luka sedikitpun.

Hari ini, Rabu, 25 Maret 2015, merupakan Tahap 1 dari Monitoring Evaluasi (Monev). PKM yang gue dan tim laksanakan harus dipantau terus oleh dosen-dosen internal kampus, dan hari ini adalah pantauan Tahap 1 nya. Sebenarnya masih ada Tahap 2 dan Tahap Akhir lagi yang harus gue dan tim lewati. Pasti Bisa!

Menuju Monev Tahap 1, Tim PENGOLEKSI harus sudah menjalankan kegiatan PKMnya sebanyak 30%. Gue dan tim sudah mempersiapkan macem-macem, mulai dari bikin Log Book (print out dan konvensional, bikin IKJP (Indikator Kemajuan Jangka Pendek), bikin lampiran-lampiran, bikin PPT untuk presentasi, menganalisis angket kebutuhan siswa dan guru, sampai proses pengembangan produk PENGOLEKSI itu sendiri.

Pukul 08.30 gue sudah sampai di kampus dengan memakai batik yang kecenya kelewatan. Sahabat gue, Fitri sudah stand by dari satu jam sebelumnya, dan dia pun gak kalah cantik dari gue. Kita memang selalu prepare kalau urusan presentasi atau tampil-tampil apa kek gituuu~

Dua adik tingkat gue (yang juga termasuk dalam Tim PENGOLEKSI), namanya Anisa dan Ida, mereka pagi-pagi sudah bikin gue keponya kelewatan alias k.e.s.e.l. Seharusnya sih kita sudah kumpul pukul 08.30, karena kita akan maju presentasi monev pukul 09.30. Anisa dan Ida ternyata gak keliatan batang idungnya sampai pukul 09.15. Pokoknya mereka ternyata kuliah dulu... hahaha pantes gue telponin gak diangkat. Niatnya gue mau ngomelin, tapi ujung-ujungnya malah gue yang minta maaf ke mereka *koplak lu gii, sebagai senior harus merasa benar dong!*

Pukul 09.17 Tim PENGOLEKSI majuuu presentasi Monev looooh.... Kita maju urutan kedua. Pengujinya ada dua bapak dosen ganteng dan masih muda. Duuuuh~

Gue Masuk Koraaaaaaan!

Jumat, Maret 20, 2015 14 Comments A+ a-

Ada gue nih masuk Koran hihihi! Lebih tepatnya Koran SINDO
Senengnya masyaAllah...

Salah satu media massa nasional yang memberikan ruang tetap bagi tulisan-tulisan opini dari mahasiswa adalah harian Seputar Indonesia atau Koran SINDO. Salah satu rubriknya dinamai dengan “POROS MAHASISWA”. POROS MAHASISWA biasanya akan memuat esai opini pro-kontra pendapat dari tiap kampus negeri atau swasta se-Indonesia terhadap suatu tema  per periode yang ditentukan oleh Redaksi Poros Mahasiswa.

Gue suka banget nih cara Koran SINDO membangkitkan karya anak-anak bangsa, salah satunya Mahasiswa, karena hal ini merupakan salah satu cara bagi mahasiswa untuk mengungkapkan pemikiran kritisnya yaitu melalui tulisan, dan Koran SINDO siap mewadahinya. 

Nah kali ini gue mau gaya-gayaan bagi Tips untuk menulis esai opini agar bisa nongol di Poros Mahasiswa Koran SINDO.

Shopious.com Ajah!

Rabu, Maret 18, 2015 1 Comments A+ a-

Aku sedang berselancar di dunia maya untuk mencari sesuatu entah apa lah~ 
Hasrat pangen beli-beli barang, tapi mager (malas gerak) buat keluar rumah. Selain mager, belum ongkos naik angkot atau biaya bensin yang juga perlu diperhitungkan. Solusinya gampang banget! Cukup dapatkan wifi atau pakai modem aja hihihi. Cuci mata juga sudah puas dengan berselancar di internet untuk memilih barang yang diincar, namanya juga online shopper

Yaa begitulah kecanggihan teknologi internet saat ini. Kalau teknologinya sudah pintar, maka pengguna teknologinya gak boleh kalah pintar dong yaaaa.

***

Teknologi Merajai Dunia
Teknologi sudah menjadi kebutuhan utama dari berbagai kalangan, hal tersebut bisa dilihat dari para penggunanya yang tidak dibatasi oleh usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa bahkan orang-orang yang lanjut usia. Mereka memanfaatkan teknologi untuk memudahkan aktifitas. Salah satu bentuk perkembangan teknologi yang telah merajai dunia ialah internet yang kini sedang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, karena memang lewat internet ini kita bisa melakukan berbagai hal yang kita inginkan, serta banyak manfaat dari internet yang mampu mempermudah pekerjaan kita.

Mungkin banyak orang yang terlena dengan kondisi ini, namun tak sedikit pula yang mampu melihat kondisi ini sebagai suatu peluang untuk mendongkrak bisnis mereka dan mampu membuat pundi-pundi rupiah masuk ke kantong mereka dengan mudah, itulah konsep para entrepreneur yang mampu melihat peluang yang ada di sekitar mereka.

Pernah mendengar istilah Technopreneur?
Technopreneur adalah entrepreneur yang mengoptimalkan berbagai potensi perkembangan teknologi yang ada sebagai basis pengembangan usaha yang di jalankannya, atau bisa di bilang bisnis modern berbasis pada teknologi dalam menjalankan usahanya.

Semua Semua Sendiri

Senin, Maret 02, 2015 6 Comments A+ a-

Bismillah...

Nah kali ini gue mau menulis postingan khusus untuk orang kece-nya KOMBUN. Siapa lagi kalau bukan Rozan Hilmy Abdul Hanif. Doi mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2011 *masih muda yaa*. Alhamdulilah beberapa hari lalu, KOMBUN (Komunitas Blogger UNJ) telah mengadakan Blogger Training edisi Februari 2015. Blogger Training ini konsepnya "dari kami, untuk kami", maka sudah pasti nih pembicara Blogger Training adalah blogger KOMBUN dan pesertanya juga untuk blogger KOMBUN, waaah keren ya. Semangat bermanfaat dan menginspirasi nih!

Blogger Training edisi Februari 2015 ini telah membahas seputar dasar-dasar nge-blog dan trik merampingkan Alexa Rank. Dasar-dasar nge-blog disampaikan oleh Rozan Hilmy Abdul Hanif atau yang akrab disapa Hilmy, sedangkan trik merampingkan Alexa Rank disampaikan oleh Kak Elang Yudantoro. Alhamdulilah, walaupun peserta BT (Blogger Training loh yaa.. bukan BeTe) yang datang sedikit, tapi ilmu-ilmunya meresap banget kayak Kecap Bango hihihi.


Semua Semua Sendiri

Nah gue mau acungin jempol nih buat Hilmy. Suer semangat berbagi ilmunya patut kita acungin jempol! Baru kali ini gue nemuin yang kayak gini, maksudnya doi tuh posisinya lagi diminta untuk menjadi Pembicara loh, tapi semua-semuanya doi menyiapkannya sendirian, mulai dari membuat pamflet,  publikasi, pendaftaran peserta, menyiapkan perlengkapan, menyiapkan tempat, mencari kabel roll, bahkan sampai membeli minuman botol untuk peserta dan Kak Elang. Suer, usahanya untuk mau berbagi ilmu keren banget, gak nanggung-nanggung booookkk!

Oia, ada buah rambutan dan pisang juga loh sebagai kudapan kita ketika menyerap materi Blogger Training. Peserta yang hadir hanya ada 8 blogger. Walaupun pesertanya sedikit, ilmu yang disampaikan Hilmy dan Kak Elang sangat bermanfaat dan menginspirasi sekali.

Tempat awalnya maunya sih di Lantai 9 IDB II, tapi karena ruangan penuh apalah daya kita harus mengungsi. Hilmy mikir dan cari cara lain, dimana supaya BT ini tetap telaksana. Doi sambil membawa laptop, kabel roll, dan perlengkapan lain gak menurunkan semangatnya untuk tetap melaksanakan BT ini. Akhirnya ada juga nih tempat yang kosong, yaitu di Sekretariat BEM UNJ. Kebetulan disana sepi dan yang ada  hanya beberapa mahasiswa yang sedang ngobrol-ngobrol cantik. Yasudah BT pun terlaksana di Sekretariat BEM UNJ. Nah pas banget! disana tuh ada LCD dan ada juga White Screen. Tanpa pikir panjang, Hilmy langsung pakai dua perlengkapan penunjang itu (yaa tentunya izin dulu lah). Dan siapa yang memasang White Screen? Jawabannya Hilmy. Siapa yang menyalakan LCD? Hilmy juga hahaha. Terus gue ngapain dong? gueeee... gueee.. cuma bengong terpana melihat dia yang melakukan semuanya sendirian hahahaaayy~

Nah, buat kamu blogger KOMBUN jangan sia-siakan Blogger Training ini yaaak.. karena disini juga merupakan ladang amal kamu untuk berbagi ilmu dengan yang lainnya. Yuk semangat menebar kebaikan!

Sitti Ghaliyah
Co-Founder KOMBUN

Branding Kampus

Senin, Maret 02, 2015 5 Comments A+ a-

Kampus negeri satu-satunya yang ada di Ibu Kota DKI Jakarta

Tulisan ini merupakan rangkuman dari hasil diskusi saya bersama beberapa teman saya via grup WhatsApp. Pada kesempatan kali ini saya membuka wacana tentang kurangnya peminat peserta kuliah umum, kajian atau diskusi yang diadakan dalam kampus. Acara-acara yang dimaksud dalam diskusi ini adalah acara-acara yang dibuat untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu ilmu yang dibutuhkan.


Berkaca pada acara Kuliah Umum beberapa waktu lalu bersama Rektor kampus saya, beliau menanyakan, "Mengapa peserta kuliah umumnya sedikit?" Jujur bagi saya itu merupakan pertanyaan yang menohok, karena bahwasannya Ilmu di luar kelas merupakan ilmu-ilmu yang tidak kalah penting untuk terus dikonsumsi. Pertanyaannya sekarang, "Pentingkah kuantitas peserta yang hadir dengan kualitas suatu konsep acara?"

Beberapa teman saya berpendapat bahwa entertaining merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjawab solusi dari pertanyaan Bapak Rektor. Selain itu kudapan, sertifikat (bentuk penghargaan kepada peserta), sampai publikasi juga merupakan faktor-faktor pendukung dari kuantitas peserta. Artinya, publikasi meluas, sertifikatnya ada, kudapan juga ada, plus ada hiburannya dijamin kuantitas mencapai target. Lalu, bisakah kamu menyakini bahwa bagusnya kualitas dari acara tersebut? Belum tentu.

Sebelum berbicara tentang kualitas, saya ingin bertanya kepada teman-teman, benarkah diantara teman-teman ada yang datang suatu kajian atau diskusi hanya karena sebuah sertifikat? Atau adakah yang datang hanya karena nilai yang diiming-imingkan dosen? Jika benar adanya, saya mengajak teman-teman untuk mengubah sedikit mind set kalian. Percayalah bahwa ilmu-ilmu yang didapatkan di luar kelas Anda jauh lebih berharga jika dibandingkan sekadar selembar sertifikat dan nilai. Tidak percaya? Coba buktikan sendiri!

Balik lagi soal kualitas konsep acara. Kualitas konsep acara bermuara pada kemenarikan dan kebutuhan. Panitia acara membuat acara di dalam kampus tujuannya adalah menyediakan apa yang peserta (mahasiswa) butuhkan, meskipun yang mereka inginkan belum tentu yang dibutuhkan, namun point pentingnya dengan pencerdasan.

Jadi, kesimpulan dari diskusi ini adalah:
  1. Perhatikan "Taste" masyarakat kampus, tidak melulu karena momentum.
  2. Mempersiapkan dengan baik jalannya suatu acara, tidak boleh nanggung-nanggung.
  3. Publikasi menyeluruh, internal dan eksternal.
  4. Hadirkan pembicara berkualitas lengkap dengan sentuhan entertaining
  5. Mengubah mind set bahwa ilmu jauh lebih berharga daripada sekadar sertifikat ataupun nilai dari dosen.
  6. Membudayakan membuat press release atau minimal nge-blog dari hasil kegiatan acara yang dilakukan.
  7. Selalu mengevaluasi diri dan mengevaluasi tim panitia setelah kegiatan acara dilakukan.
  8. Publikasikan pas dan pasca acara (live tweet dan press release) agar apabila acara berulang di masa berikutnya dapat menjaring peserta yang lebih banyak.
Branding Kampus yang dimaksud adalah keoptimisan euforia internal (kampus) untuk menunjukkan diri ke eksternal (kampus). Semua elemen berperan dalam menciptakan, membangun, sampai menjaga branding kampus ini. Pentingkah kuantitas dalam menciptakan kualitas, ataupun sebaliknya? Jawabannya iya. Kuantitas berkorelasi dengan kualitas untuk menciptakan Branding Kampus, dan begitupun sebaliknya. Peran kita sebagai civitas akademika sangat besar sekali untuk menciptakan Branding Kampus, perbaiki euforia internal, maka siap menuju ekaternal.

Sitti Ghaliyah