[IDVolunteering] Bukan Sekadar Perjalanan: Bertemu Cikgu Lela Sang Patriot Pahlawan Bangsa

Rabu, November 18, 2015 16 Comments A+ a-

“Menjadi Volunteer, maka siap mengukir perjalanan yang tak biasa dalam memberikan inspirasi untuk orang lain. Adanya volunteer di negeri ini, maka hal tersebut membuktikan bahwa masih adanya tangan-tangan ikhlas yang siap untuk membantu sesama.” Sitti Ghaliyah

Bukan Sekadar Perjalanan

Tak pernah terpikirkan olehku untuk akhirnya dapat menemui mereka. Tidak hanya sekadar bertemu, tetapi kita juga melakukan banyak hal di sana. Mereka adalah bibit-bibit bangsa yang mempunyai semangat juang tinggi untuk memajukan nama negeri. Mereka adalah anak-anak buruh migran, sang pahlawan devisa negara. Aku bersama 40 relawan muda dari 27 universitas di Indonesia terbang dari tanah air menuju negeri jiran, lalu berpencar ke beberapa titik di Serawak untuk menjalin kisah romantis bersama anak-anak buruh migran dalam mengarungi mimpi-mimpi mereka.

Aku bersama adik-adik Galasah yang sedang melakukan Festival Budaya di Telabit, Serawak
(Sumber foto: Dokumentasi Pribadi)

Anak-anak Indonesia dimanapun mereka berada, haruslah tetap bisa mengenyam pentingnya pendidikan, karena di genggaman merekalah masa depan Indonesia berada. Di nagara Malaysia, khususnya Serawak, terdapat lebih dari 400 ribu pekerja Indonesia yang ditempatkan tidak kurang dari 250 perusahaan kelapa sawit. Dari jumlah warga negera Indonesia tersebut, setidaknya terdapat 20.000 anak-anak Indonesia. Namun, hanya sekitar 800 anak yang mampu mengenyam pendidikan di 17 sekolah non formal. Tidak ada alasan lain, kami harus melakukan perjalanan ini!

Aku dan relawan lainnya mengabdi selama 21 hari di sana. Banyak sekali kisah-kisah yang sungguh menggetarkan hati ini bersama adik-adik kesayanganku. Untuk memulai perjalanan ini, aku harus membutuhkan uang sebesar tiga juta rupiah untuk dapat menumpang pesawat pulang dan pergi. Aku bimbang, bagaimana caranya mendapatkan uang sebanyak itu bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Uang tabunganku dipakai untuk membiayai pengerjaan skripsi. Alhamdulilah, Allah mempunyai sekenario yang sungguh luar biasa, rezekiku dicukupkan oleh Allah.
“Menjadi relawan itu tidak dibayar, bukan berarti tidak berharga, tapi karena relawan tak ternilai harganya.” Anies Baswedan
Teman-teman relawan lainnya berjuang mendapatkan dana dengan cara mengajukan proposal ke pihak-pihak sponsor. Apalah dayaku, tidak sempat mengurus itu semua karena terlalu sibuk dengan pengerjaan skripsi yang memang sudah menuju tenggat batas pendaftaran sidang. Bersyukurnya diriku sempat mengikuti lomba debat nasional dan lomba-lomba esai beberapa minggu sebelumnya, sehingga beruntungnya diri ini mendapatkan rezeki untuk memulai perjalanan dari hasil memenangkan lomba-lomba. Akhirnya tiga juta rupiah dan uang jajan untuk membeli oleh-oleh berhasil aku kumpulkan.

Aku bersama dua relawan lainnya ditempatkan di Galasah, salah satu titik fokus tempat kami mengabdi untuk 32 bibit-bibit bangsa. Buku hanya satu untuk dapat dipelajari bersama-sama. Papan tulis hanya satu sebagai fasilitas yang digunakan untuk beberapa kelas dalam waktu yang bersamaan. Ruang kelas pun hanya satu untuk berdasak-deasakan mengukir cita. Di tengah-tengah barisan pohon kelapa sawit yang menjulang tinggi, sebuah sekolah kecil berbentuk rumah panggung menjadi saksi bisu tempat persinggahan anak-anak buruh migran dalam menggapai mimpi. Sekolah Dasar Al-Ikhlas namanya. Aku salah satu pemuda Indonesia yang beruntung untuk dapat melakukan perjalanan ini dan menyaksikan secara langsung senyum manis mereka dengan keoptimisan juang yang tinggi.


Adik-adikku di Galasah ternyata gemar membaca juga lho
(Sumber foto: Dokumentasi Pribadi)

Pendidikan Anak-anak Buruh Migran di Malaysia
“Pemerintah Indonesia tak memandang status anak-anak buruh migran Indonesia. Pemerintah melihat mereka sebagai anak Indonesia. Pemerintah tidak bedakan ilegal atau tidak, mereka tetap merupakan anak Indonesia. Kita tetap memberikan pelayanan pendidikan untuk mereka!” Nasron Wahid, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi buruh migran non prosedural atau ilegal di Malaysia jumlahnya lebih dari satu juta jiwa. Saat ini ada sekitar 15.000 anak buruh migran yang juga menyandang status non prosedural, sama seperti orang tuanya yang berangkat secara tak resmi dan karena majikan mereka yang tak mengurus izin tinggal bagi pekerja (BNP2TKI, 2015). Dengan jumlah itu, pemerintah tidak hanya dihadapkan pada masalah hukum dan peraturan perundangan di sana, tetapi juga soal banyaknya anak-anak buruh migran. Bagaimanapun, mereka adalah anak-anak buruh migran yang juga mempunyai hak dan kesempatan sama untuk menempuh pendidikan. Pemerintah Indonesia dengan berbagai upaya akan terus melakukan langkah-langkah agar pendidikan untuk adik-adikku di sana juga bisa terus meningkat.

Menyandang status tak resmi tidak lah mudah. Adik-adikku di sana tidak akan mendapatkan fasilitas yang disediakan pemerintah Malaysia, seperti pendidikan. Pemerintah Indonesia pun berusaha hadir untuk menyediakan fasilitas pendidikan kepada anak-anak buruh migran, baik yang dikelola Konsulat Jenderal RI maupun buruh migran sendiri. Permasalahan sekolah ini hampir sama dengan beberapa sekolah yang ada di perbatasan, yakni tak adanya tenaga pengajar yang cukup untuk mengajar. Keberadaan anak-anak buruh migran rentan putus sekolah dan proses tumbuh kembangnya perlu lebih diperhatikan. Oleh karena itu akses pendidikan, pelatihan, dan pemberdayaan serta kehidupan yang layak sangat dibutuhkan oleh adik-adikku di Malaysia.

Foto bersama adik-adikku di Galasah dan relawan VTIC Foundation usai menghias ruang kelas untuk menyambut HUT RI ke-70 keesokkan harinya
(Sumber foto: Dokumentasi Pribadi)

Galasah adalah salah satu tempat pengabdianku bersama 40 relawan muda lainnya dari VTIC (Volunteering Teaching Indonesian Children) Foundation. Kami melakukan pengabdian di beberapa titik wilayah Serawak, Malaysia. Di Galasah, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan sosok patriot pahlawan bangsa. Ialah cikgu Lela, seorang buruh migran yang telah melakukan penyelamatan pendidikan untuk anak-anak Indonesia di Galasah. Warga Galasah meminta Cikgu Lela untuk menjadi “cikgu” karena hanya beliaulah satu-satunya buruh migran yang mempunyai ijazah SMA. Dengan penuh keikhlasan hati, cikgu Lela merelakan pekerjaannya di ladang kelapa sawit sebagai pemungut buah demi mendidik anak-anak buruh migran lainnya di Galasah.

“Kok ada yaa seorang guru yang sungguh mulia sekali hatinya,” ucapku dalam hati ketika pertama kali bertemu dengan cikgu Lela, salah satu pahlawan devisa negara yang sedang berjuang di Serawak, Malaysia.

32 anak-anak Galasah dengan rentang usia 3-12 tahun bersekolah di SD Al-Ikhlas, yaitu sebuah CLC (Community Learning Centre) atau sekolah non formal untuk anak-anak buruh migran Indonesia yang masih ilegal. Di sana, adik-adikku menuntut ilmu bersama Cikgu Lela, panggilan akrab anak-anak Galasah kepada cikgu Lela.

“Cikgu Lela, belajar apakah kita hari ini, cikgu?” tanya anak-anak Galasah dengan penuh semangat.

“Hari ini kalian akan mulai belajar bersama kakak-kakak yang sudah jauh-jauh datang dari Indonesia, nak,” jawab Cikgu Lela.

“Perkenalkan, yang ini namanya Cikgu Gia, yang tengah Cikgu Indah, dan yang sebelah kiri Cikgu Umi. Cikgu berpesan, hormati kakak-kakakmu ini ya nak. Jangan terlalu banyak cakap dan bising di dalam kelas!” lanjut Cikgu Lela.

“Siap, cikgu!” sahut anak-anak Galasah.

Hatiku bergetar ketika pertama kalinya masuk ke dalam sebuah sekolah yang hanya memiliki satu ruangan kecil untuk dipakai tiga kelas secara bersamaan. Sungguh, adik-adikku di sana tidak beruntung sekali. Mereka mengenyam pendidikan dengan semua keterbatasan yang ada. Jangan ditanya tentang semangat mereka, karena tak ada yang bisa mengalahkan semangat mereka untuk mengukir cita. Ada sosok Cikgu Lela yang setiap hari selalu memberikan semangat dan inspirasi untuk malaikat-malaikat kecil di Galasah. Jauh dari Indonesia bahkan belum pernah sama sekali datang ke Indonesia, bukan berarti mereka tidak mengenal tentang Indonesia.

Lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama dengan penuh hikmad ketika usai perkenalan yang disampaikan oleh Cikgu Lela, sungguh berhasil membuat mata ini berkaca-kaca.

“… Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku… Indonesia, kebanggasaanku, bangsa dan tanah airku. Marilah kita berseru, Indonesia bersatu….

Ia memelukku dengan erat. Matanyapun juga berkaca-kaca.
Cikgu Lela sepertinya juga rindu dengan Indonesia.

Cikgu Lela bersama Ika (anaknya)
(Sumber foto: Dokumentasi Pribadi)

Surat untuk Cikgu Lela, Sang Patriot Pahlawan Bangsa
Aku nyaman sekali dengan panggilan emak Lela. Izinkan aku menjadi anakmu, walau kita akan terpisah jarak yang cukup jauh. Emak di Malaysia, dan aku di Indonesia.
Asslammua’laikum Wr. Wb. Emak Lela.
Semoga emak dalam keadaan sehat serta diberkahi oleh Allah SWT.
Bagiku inspirator adalah sosok yang mampu menjadi panutan untuk orang lain. Dan menurutku, emak Lela adalah seorang yang tidak hanya sekadar inspirator untuku tapi juga untuk guru-guru Indonesia lainnya. 
Biarkan kisahmu menjadi pemicu semangat untuk guru-guru di Indonesia yang dengan bangganya menikmati gaji besar, namun sungguh sedikit sekali kontribusinya untuk mendidik anak-anak bangsa. 
Terima kasih emak, pertemuan kita yang singkat sekali beberapa bulan lalu tak akan pernah ku lupakan. Emak Lela sungguh telah membukakan mataku bahwa masih ada sosok patriot pahlawan bangsa yang telah menyelamatkan pendidikan anak-anak Indonesia di Malaysia.
Pergi ke Serawak, Malaysia bukan sekadar perjalanan biasa bagiku. Bertemu dengan emak Lela adalah salah satu anugerah inspirasi untukku. Sikapmu yang tegas dengan anak-anak Galasah, senyummu yang merekah untuk anak-anak Galasah, keringatmu yang tak pernah kenal lelah untuk anak-anak Galasah, dan baktimu yang tak akan pernah lekang oleh waktu untuk pendidikan anak-anak Indonesia di Galasah.
Terima kasih emak Lela atas semua inspirasi yang telah engkau bagi untukku. Engkau pantas sebagai patriot pahlawan bangsa! Selamat Hari Guru, Cikgu Lela! I love you! 
Wassalammua’laikum Wr. Wb.


Jakarta, 17 November 2015


Sitti Ghaliyah
***
Inspirasi itu datang dari mana saja. Serunya mengikuti kegiatan volunteering adalah awalnya kamu berniat ingin memberi inspirasi kepada orang lain, tapi ternyata kamu juga akan mendapatkan inspirasi dari orang lain tersebut. Dijamin deh! Seru kan?

Kamu masih berpikir buat jadi relawan? Udah gak saatnya mikir lagi! Ada kesempatan, yuk lakukan! Happy International Volunteer Day, 5 Desember 2015 mendatang :)


Cikgu Indah, Cikgu Umi, dan Cikgu Gia (Volunteer VTIC Cycle 4)
(Sumber foto: Dokumentasi Pribadi)

    

FYI, aku salah satu relawan VTIC Foundation untuk VTIC Cycle 4 dan juga ditugaskan sebagai Koordinator Jabodetabek untuk VTIC Cycle 5. VTIC Foundation adalah sebuah yayasan sosial yang bergerak di bidang pendidikan khusus anak-anak TKI yang berada di Serawak, Malaysia. InsyaAllah bulan Februari tahun 2016 kita akan mulai menyeleksi mahasiswa S1/D3 aktif di seluruh Indonesia untuk menjadi 40 relawan muda terpilih VTIC Cycle 5. Berani mengikuti seleksi-seleksinya? 

Narahubung: ID Line giasghaliyah. 

Ku tunggu lho!


*Tulisan ini diikutsertakan Lomba Blog Kesukarelawanan IVD 2015 dalam rangka acara International Volunteer Day 2015 for Indonesia
IVD2015

16 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
Ririe Khayan
AUTHOR
Kamis, November 19, 2015 delete

# weleh-weleh, commentku raib krn DC modem neh.

Salut dan respect full pada semua yang aktif berkiprah jadi volunter, ikhlas mendedikasikan diri, waktu, pikiran, dll untuk berbagi dengan sesama.

Great action and good luck ya.

Reply
avatar
Grace Melia
AUTHOR
Jumat, November 20, 2015 delete

Kereeenn banget, Mba pengalaman nya. Salut dengan teman-teman yang berjiwa sosial utk menjadi volunteer. Semoga berkah selalu ya, Mba.

Reply
avatar
Jumat, November 20, 2015 delete

wah seru banget mba pengalamannya... salut banget buat para relawan...

Reply
avatar
Pakde Cholik
AUTHOR
Sabtu, November 21, 2015 delete

Acungan jempol bagi para sukarelawan. Mereka mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu orang-orang yang memerlukan pertolongan.
Semoga kebaikan mereka mendapat pahala dari Allah Swt.
Maju terus, Nduk
Salam hangat dari Jombang

Reply
avatar
Minggu, November 22, 2015 delete

thumbs up! selalu salut dengan semua volunteers dan segala kebaikan yang mereka tebar..keep up the good work and semoga menang yaaa :)

Reply
avatar
Zulfa
AUTHOR
Minggu, November 22, 2015 delete

Semoga ada rezeki ikutan acara yg selanjutnya..

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Minggu, November 22, 2015 delete

Aamiin. Semoga kita istiqomah dijalan kebaikan yaa mbak Ririe :)

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Minggu, November 22, 2015 delete

Mbak yaaaaang kereeen yaaa huhuhu Amiin semoga berkah.

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Minggu, November 22, 2015 delete

Alhamdulilah emang seruuuu abiiiiizzzzz... Makasih mbak monikaaaaa. Semangat jadi relawan, yuk!

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Minggu, November 22, 2015 delete

Waaaah dikomenin sama mbak Indah seneeeeng bgt deeeh >_<
Amiin.. hehe ^_^V

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Minggu, November 22, 2015 delete

Ayooo Zulfa ikutan VTIC Cycle 5 yaaah. Kutunggu lhooooo

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
Jumat, November 27, 2015 delete

aih. kece bet dah juri DWP =D salah ikut lomba saya -_-

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Minggu, November 29, 2015 delete

hahaha sabar yaaaaw :))

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Minggu, November 29, 2015 delete

hahaha sabar yaaaaw :))

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!