Terima Kasih Rindu

Rabu, April 01, 2015 4 Comments A+ a-

[Percakapan Tentang Rindu]

"Jujur, aku tidak mengerti bagaimana harus mengatasi rinduku ini."

"Aku ingin berkata sesuatu, tapi matamu terlalu lekat menatapku, sehingga bibirku kelu untuk berucap."

"Tak perlu untuk diucapkan, cukup dari pancaran matamu, aku sudah membacanya.
Hanya ingin sekadar menyapamu. Hanya itu."

"Jika tak ada jarak yang memisahkan, dan waktu yang membatasi, mustahil tercipta kata "Rindu".
Benar bukan?"

"Rinduku sudah terbalaskan dari tatapanmu itu. Aku hanya bisa menundukkan pandangan darimu."

"Sanking aku merindumu, bahkan rumput pun malu jika aku selalu menatapnya."

"Bagaimana mungkin aku menatapmu? Jika untuk berpapasan saja aku malu. Tak sanggup aku melihat dirimu, dan biarlah ini tetap menjadi rindu."

"TAPI, senyummu itu telah membiusku. CUKUP."

"Bila hati ini besi, maka rindu adalah karatnya.
Senyumku mengalihkan duniamu kah?"

"Aku mau menjadi karatmu, karat yang selalu setia menemanimu di kala hujan datang membadai. Aku mau..."

"Karatmu itu membuatku rapuh.
Tapi, aku rindu."

"Wajah yang menahan napsuku. Sedetik... dua detik.. tiga detik... menjelma candu.
Di tengah keramaian yang menyeruak. Selangkah... dua langkah... tiga langkah..
Aku sibuk memburu kehadiranmu.
Indahnya, hari yang kelabu.
Menjelma merah jambu.
Namun, selama Tuhan bilang  ini haram, ini haram.
Baiknya sibuk-sibuklah hatiku.
Jauh-jauhimu.
Dekat-dekati-Nya."

"Sibuk-sibuklah hatiku?
Jauh-jauhimu?
Ya! itu telah kulakukan.
Tapi.. mengapa alam semesta ini mendukungku untuk selalu merindukanmu?
Menyebut namamu di dalam doaku."

"Ketika candu sudah merasuki dirimu, maka bersegeralah mencari penawarnya.
Jika kamu tak temukan penawarnya, biarlah Allah yang akan memberikan penawarnya."

"Aku semakin sering menyelipkan namamu dalam doaku.
Doa berserah kepada-Nya.
Aku hanya sekadar rindu."

"Bahagia bersamamu melalaikan.
Maka, ada kalanya menjaga jarak lebih baik daripada silahturahim."

"Saat merah senja bias oleh hujan.
Aku berdoa.
Tak sadar aku selipkan namamu.
Ah, adakah kau juga mendoakanku?"

"Jika bahagia bersamaku melalaikanmu, berarti ada yang salah dengan kebersamaan kita.
Semoga doamu dan doaku bertemu."

"MELALAIKAN, itu yang salah"

"Padahal aku ingin memecahkan semua rasa ini untuk biar kalian sadar.
Kalau malam ini, jangan sampai lalai dengan semua kata rindu".

"Rindu, KAMU TAHU?
Aku hanya mampu mengucapkan kata itu di dalam doaku.
Apakah aku berani mengucapkannya langsung kepadamu?
Biar saja...
Alam semesta tetap mendukungku.
Aku rindu, kamu."

"Rindu untuk terus diingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Maka rindu itu luas, jangan menyempitkan makna rindu."

"Kalau gitu, apa makna luas dari Rindu?
Kamu hanya tahu teori. Buktikan!"

"Bukankah rindu itu milik kita semua?
Tak perlu merindukan apa yang belum halal untuk kita.
Rindu yang sudah pasti-pasti saja. Rinduku padamu.
Mengingatkan semua kenangan indah kita."

"Semesta mendidik agar mendewasa dalam mengelola rasa."

"Semoga tak hanya 'Rindu' di setiap ketikan.
Semoga saat bertemu bukan hanya saling tatap, tapi untuk membuat "Rindu" yang lama sudah dipendam. Kita bisa berbagi cerita."

"Karenamu aku mampu beraskara."

"Ya, sederhana saja, aku rindu."

"Karena rindu, aku dan kamu bisa bertemu dalam doa."

"Aku tanya sekali lagi. Aku rindu. Aku sudah berteriak.
AKU RINDU.
Lalu kamu?
Aku masih membisu menanti jawabanmu."

"Di ruang rindu, kita bertemu."

"Menyebut namamu dalam doaku."

"Aku? tak ubahnya kamu.
Rindu ini menyumpal dalam dada, pedih terpendam, meski indah tersulam.
Sejatinya, ku simpan rindu ini untuk kamu, terpatri sunyi, menagih untuk ditemui."

"Rindu milik kita semua.
Rindu bertemu dengannya, walau tak pernah bersua.
Aku hanya mengenalmu lewat apa-apa yang dikisahkan.
Semoga kelak kita bisa berjumpa."

"Semoga rinduku terbalaskan sesuai harapanku."

"Dan rindu menjadi urusanku, padahal kamulah penyebabnya."

"Senyumu itu candu.
Candu itu meracuniku.
Dan racun itu jadi penawar rindu.
Karena rindu, aku dan kamu bisa bertemu dalam doa.
Menagih untuk ditemui."

"Bertemu?
Kamu yakin?
Aku tak kuasa menahan rindu ini."

"Aku yakin dengan pilihan ini. Kita bertemu, atau tidak sama sekali."

"Kamu yakin hanya ada dua pilihan itu untuk rinduku?
Bertemu atau tidak sama sekali?
Kamu jahat!
Ajarkan aku untuk mampu menguasai rinduku ini."

"Kamu mau tahu bagaimana caranya untuk menguasai rindumu itu?
Mendekatlah pada Sang Pencipta Rindu.
Maka kamu akan menemukan caranya.
Bukan kamu paksa tolak rindu itu."

"Cukup. Selamat malam Rindu.
Terima kasih telah menundukkan pandanganmu untuk membalas rinduku."

"Malam yang indah.
Semoga kita dapat bertemu di ruang rindu."



4 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
Kamis, April 02, 2015 delete

Makasih kembali... hahaha :D

Piye kabare mbak yu? semoga senantiasa sehat selalu dan kita diberikan kelapangan untuk senantiasa bersilaturrahmi... Aamiin.. :)

Dari Abu Hurairah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:

"Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahmi"

*SaHaTaGo (Salam Hangat Tanpa Gosong) pojok Bumi Kayong, Ketapang-Kalimantan Barat

Reply
avatar
Rawins
AUTHOR
Sabtu, April 11, 2015 delete

wah telat dong
aku bukanya udah pagi...

aku kalo jalan selalu nunduk kok
abisnya kerja di hutan kalo ga nunduk bisa kesandung akar pohon :D

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
Rabu, Mei 06, 2015 delete

Kamu itu siapa?? Gya terlalu emosional banget sepertinya hahhahaha

Reply
avatar
Capt. Darma
AUTHOR
Sabtu, Mei 09, 2015 delete

Hah rindu candu
*angukKepala

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!