Selalu Ingat Dia

Selasa, Maret 22, 2016 3 Comments A+ a-


Di tengah hiruk pikuk para tamu undangan yang hadir, aku dan dia akhirnya membuka pembicaraan. Dua jam lalu, aku hanya bisa terdiam karena terpanah oleh suasana hikmadnya perjanjian suci ini. Kamipun berganti kostum berwarna maroon dan siap dipamerkan di atas panggung. Aku merasa cantik sekali hari ini, setidaknya untuk tiga jam ke depan. Begitupun dengan pria di sampingku, ia sungguh tampan sekali.

Pria yang sudah resmi menjadi imamku ini, akhirnya membuka percakapan denganku. Ia memilih untuk membicarakan tentang bulan madu kita.

“Kita mau berbulan madu dimana, Sayang?” tanya pria yang kini sudah menjadi suamiku.

“Aku mau ke tempat paling indah di Bumi ini!” jawabku yakin.

Ia memberikan pilihan, “Pantai? Gunung? Atau….”

“Kita bulan madu di Hotel saja,” jawabku.

“Hotel mana?” tanyanya lagi.

“Hotel di sekitaran Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, yuk!”

Kitapun saling bertatapan. Mata ini saling mengiyakan satu sama lain, pertanda kami sepakat. Yey! Kami akan mengunjungi salah satu tempat terindah di muka Bumi ini.

***


"Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai, senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang yang ingkar kepada Tuhan adalah neraka." (Qs. Ar-Ra'd 13: 35)

Sulit sekali membayangkan surga itu seperti apa. Ia pasti mengalahkan tempat terindah manapun yang ada di Bumi ini. Tapi, kita sangat wajib mempercayainya bahwa surga itu dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa. Semoga kelak, kita termasuk sebagai penghuninya. Aamiin…

“Mas, adakah tempat di muka Bumi ini yang tidak kalah indah dari Surga?” tanyaku mengagetkan lamunan tatapannya.

Perlahan-lahan tersadar dari lamunanya, ia menjawab, “Ada. Pasti ada. Aku tahu, suasana Masjidil Haram dan Masjid Nabawi pasti telah menghipnotismu. Walaupun aku belum pernah merasakannya, tapi aku paham maksudmu, Sayang.”

“Menurutku, tempat terindah di muka Bumi ini adalah tempat yang membuat kita selalu mengingat Dia. Mengingat kuasa-Nya, mengingat Maha Karya-Nya, mengingat betapa Maha Agung-Nya pencipta kita. Hati ini akan sejuk sekali berada di tempat yang mendukung kita untuk terus mengagumi-Nya, Mas,” jelasku.

“Maukah kamu ke sana? Tempat paling indah dengan suasana romantis yang pernah aku kunjungi!” ajakku kepadanya.



Gate 87 Masjidil Haram

Akupun berinisiatif menceritakan salah satu kejadian yang romantis. “Saat itu, aku baper deh, Mas. Ada sebuah pintu, gate 87. Di pintu itu, banyak sepasang suami istri jika sudah memasuki Masjidil Haram, mereka akan berpisah tempat untuk salat melalui pintu itu. Usai salat, mereka akan saling tunggu-tungguan di depan pintu. Jika sang suami keluar terlebih dahulu daripada istrinya, maka sang suami akan setia menanti istrinya keluar dari pintu itu, sambil memanggil ‘Hajjah… (nama istrinya)’. Lalu, mereka bertemu lagi. Romantis bukan? Romantis di tempat paling indah di Bumi ini. Belum lagi, kalau jalan beriringan dan berpegangan tangan seperti ini sambil menanti Adzan Dzuhur berkumandang di bawah teduhnya payung Masjid Nabawi, Masjid paling indah di muka Bumi ini,” rayuku sambil memegangi tangan kirinya.

Pria visioner ini menjawab dengan tenang, “Tentu mau. Aku setuju denganmu, Sayang! Selalu mengingat Dia. Dan, dimanapun tempat-tempat indah yang akan kita kunjungi nanti, kita harus selalu berharap ridha dari-Nya. Karena menurut Hadist Riwayat Hakim, Sa'ad bin Tariq r.a dari ayahnya, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Sebaik-baik tempat tinggal adalah dunia bagi orang yang menjadikannya sebagai bekal untuk kebahagiaan akhiratnya sehingga dia dapat meraih ridha Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung. Seburuk-buruk tempat tinggal adalah dunia bagi orang yang dunia telah menghalanginya dari kebahagiaan dari ridha Tuhannya’.”

Percakapan kami sungguh indah sekali. Indah karena kami sudah mengkhayal tempat terindah di belahan Bumi ini. Khayalanku membumbung tinggi bersama doa-doa dari tamu yang menyalami kami di atas panggung.

“Barakallah, Gia dan suami.”




Semoga deja vu.

3 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
Asep Haryono
AUTHOR
Rabu, Maret 23, 2016 delete

Apa ada yang sedang jatuh cinta di sini?

Reply
avatar
Senin, April 04, 2016 delete

hemm...

cuma bisa berdehem saja :D

Reply
avatar
Dicky Renaldy
AUTHOR
Senin, April 04, 2016 delete

Emang harus di gate 87, kak?

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!