Ketika Ibu Guru Gia Marah, Rasanya itu...

Kamis, Maret 31, 2016 16 Comments A+ a-

Sumber Gambar

Sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah, aku pernah menyaksikan beberapa guru marah besar di dalam kelas, bahkan sampai ia mengerluarkan kata-kata kasar. Saat itu sih yang aku ingat, ia mengeluarkan kata kasar dalam bahasa daerahnya. Dalam hatiku saat itu, lebay banget sih Bu Guru marah-marah terus di dalam kelas.

Aku memang termasuk siswa baik-baik. Yaaa jarang banget deh bikin kesalahan sampai membuat guru marah, Alhamdulilah. Jadi, aku suka heran sendiri, kok bisa sih sampai segitunya guru marah-marah sama temanku yang lain-yang sebenarnya akupun tak tahu kesalahan temanku itu apa-wallahuwa'lam

Ada sebuah Hadist Riwayat Bukhari, 

Abu Hurairah RA berkata: Ada seseorang datang menemui Nabi SAW seraya berkata: “Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu marah.” Beliau mengulanginya berkali-kali, dengan berkata: “Janganlah kamu marah,” 

Tuh kan! Jangan marah!
Tapi kenapa ya, guruku selalu marah? Apakah dia tidak bisa menahan emosinya?

Waktu berjalan begitu cepat ternyata. Saatnya aku merasakan di posisi sebagai guru. Beberapa minggu lalu, aku sudah tak bisa lagi menahan emosi. Kesal sekali! Kesal karena melihat santri-santriku meremehkan fisika. 

Saat itu aku menyelenggarakan ulangan harian fisika Bab Tekanan Zan Cair untuk kelas VIII Putra. Disaat teman-teman yang lain sedang serius mengerjakan ulangan harian fisika, ada empat santri yang mengerjakan ulangan sambil ketawa-ketawa,  Aku heran, apa yang lucu. Harusnya ketawapun gak akan sempat ketika sedang menjawab soal-soal fisika. Mungkinkah mereka menyepelekan fisika?

Akhirnya, aku menyuruh empat santriku untuk keluar kelas.

"Ada yang lucu, Rizal dan Fahad? Kenapa ketawa? Kok gak serius mengerjakan soalnya?" teguran pertamaku kepada dua santri.

Mereka diam.

Beberapa menit kemudian, mereka cengengesan lagi.

Tanpa ba bi bu, aku langsung memerintahkan mereka untuk keluar kelas. "Keluar kalian! Saya tidak suka kalian meremehkan fisika! Tahukan teman-teman di sekitar kalian sedang serius mengerjakan soal! Keluar!"

Merekapun keluar kelas. Lembar soal ulangan harian mereka aku ambil.
Kelaspun hening.

Beberapa menit kemudian, dua santri putra ada lagi yang berbuat ulah. Ketawa-ketawa kecil lagi. Aku sadar, karena kelas yang hening sekali, tiba-tiba ada suara orang ketawa di bagian pojok kiri.

Aku hampiri ke meja mereka.
Lansung aku ambil kertas ulangannya.
"Keluar!" sambil aku isyaratkan ke arah pintu.

***

Aku jadi teringat momen-momen ketika guruku marah-marah di dalam kelas. Aku jadi tahu bagaimana rasanya marah-marah kepada murid. Ya Allah, sungguh rasanya tidak enak sekali! Rasanya aku telah mendzholimi hak mereka. Hak untuk menerima ilmu dari gurunya. Aku? Aku malah mengusir mereka keluar kelas. Harusnya aku kasih mereka kesempatan untuk mengerjakan soal ulangan, seperti kesempatan teman-teman lainnya.

Maaf, aku sudah tak tahan lagi menahan amarah. Sungguh, aku merasa mendzholimi mereka, empat santriku.

“Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia mampu untuk mewujudkannya, Allah akan menyebut dan memujinya pada hari kiamat kelak di hadapan seluruh makhluk, hingga dia diberi pilihan untuk mengambil bidadari mana saja yang ia kehendaki,” (HR. Tirmidzi)

Aku janji, ini pertama dan terakhir kalinya aku marah sampai mengusir santri dari kelas. Sebenarnya pemarah ataupun ngambek gitu, bukan karakterku banget. Selama aku mengajar sebagai guru fisika, aku memang selalu manis di depan mereka.  Bisa kalem, bisa serius dan fokus, terkadang melucu, dan sedikit menegur, jikalau mereka mulai tidak fokus atau ada yang sudah mengantuk. Tapi alhamdulilah, teguran jarang terjadi lho! Makanya, saat aku marah kemarin itu, santri-santri heran, kok Bu Gia tumben bisa marah sampai mengusir keluar kelas.

Bisa kalem, bisa fokus, bisa ngelucu, ngegemesin, bisa juga tegas, itu semua untuk mengendalikan emosi santri.

Ternyata, menjadi guru tidaklah mudah. Marah adalah tantangan terbesarnya! Aku harus pandai-pandai mengatur emosiku sendiri dan harus jago mengendalikan emosi santri.

Ada beberapa keistimewaan jika seseorang mampu menahan amarahnya, diantaranya:
  • Dipuji dan dicintai oleh Allah SWT.
  • Menjalankan wasiat dari Rasulullah.
  • Termasuk orang yang kuat.
  • Dijauhkan dari murka Allah SWT.
  • InsyaAllah masuk surga

Marah itu kunci kejelekan dan menahan diri dari marah adalah kunci seluruh kebaikan.

Ulangan harianpun berakhir. Aku keluar kelas. Empat santriku ternyata duduk manis dekat tangga (di samping kelas). Aku melihat sekilas raut wajah mereka. Mereka menyesal sekali. Akupun sungguh menyesal atas perbuatanku mengusir mereka keluar kelas.

Aku ke ruang guru, mengambilkan soal ulangan harian fisika yang baru. Aku meminta mereka untuk mengerjakan kembali dan dikumpulkan sampai waktu istirahat berakhir.

Dan mereka mengerjakannya.

Aku mengucapkan maaf dan terima kasih kepada empat santriku. 

"Jangan lakukan seperti itu lagi ya, Nak. Saya kurang suka kalau kamu meremehkan fisika. Harus fokus dan hargai teman lainnya yang sedang serius mengerjakan."

"Iya bu, kami minta maaf."

“Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (QS. Ali Imran [3]: 134).

Janji, aku tidak akan lagi mendzholimi hak mereka untuk menerima ilmu seperti hak yang aku berikan kepada santri-santri lainnya. Semoga aku mampu menahan amarahku. Aamiin...


Ternyata Allah menjanjikan surga bagi orang yang mampu menahan amarahnya. 

Abu Darda’ RA berkata: Ada seseorang yang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya: “Wahai Rasulullah, tunjukilah aku sebuah amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga!” Rasulullah SAW menjawab: “Jangan marah, dan bagimu surga,” (HR. Thabrani)

Lalu, kalau seorang guru terlanjur kesal melihat tingkah laku muridnya, sebaiknya bagaimana ya?

Saranku, langsung istigfar seikhlasnya dalam hati. InsyaAllah amarah itu akan memudar. Guru memang gak harus selalu senyam senyum, baik hati, ataupun lemah lembut kok. Karena murid kitapun butuh dididik, ada yang harus dilembutin, tapi ada juga yang memang harus ditegasin. Pandai-pandai mengendalikan emosi diri dan emosi murid ya. 

16 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
Unknown
AUTHOR
Kamis, Maret 31, 2016 delete

Kalo ada yang bercanda, inget teori : ada di dekat guru adrenalin akan terpacu :D

Coba aja gi kalo kejadian ky gitu dibilang ulangan terpisah aja. Hehe.. "Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian jam .... di ruang.... Saya tunggu."

Trus dijelasin deh kalo kita ngomel karena sayang dan ngehindarin mereka dari zholim sama temen2nya. Hehe. In syaa Allah pada dilembutkan hatinya buat ngerti :)

Reply
avatar
Pakde Cholik
AUTHOR
Kamis, Maret 31, 2016 delete

Amarah memang sebaiknya dikendalikan agar tak meldak-ledak.
Mereka yang tega menganiaya anak kandungnya akibat tak bisa mengendalikan amarah yang akhirnya menyesal seumur hidup
Terima kasih artikelnya yang bermanfaat
Salam hangat dari Jombang

Reply
avatar
Asep Haryono
AUTHOR
Kamis, Maret 31, 2016 delete

Marah itu manusiawi. Saya lebih baik dimarahi karena setelah itu normal kembali. Daripada dicuekin. Marah itu biasanya tanda ada attention

Wah fotonya GIA jadi banyakkkkkkkkkkkkkkkkk

Reply
avatar
Jumat, April 01, 2016 delete

Marah itu memang paling nggak enak kak Gia. Apalagi marahnya sama anak SD macam aku hiks (aku PGSD). Lebih sulit diatur daripada SMP/SMA.

Reply
avatar
Jumat, April 01, 2016 delete

Dimarahin ataupun memarahi, dua-duanya sama-sama nggak enak. Orang yang jarang marah-marah, sekalinya marah itu bikin saya takut. Hehe

Saya juga jarang sih marahin orang, tiap kali mau marah rasanya kasihan, entah itu kasihan sama orang yang akan dimarahi ataupun kasihan sama diri sendiri :3

Wah susah juga kalau jadi guru, harus bersabar & nahan amarah saat berhadapan sama siswa yang nakal dan keras kepala. Saya jadi merasa bersalah karena pernah bikin guru jadi marah-marah. Hmm~

Reply
avatar
Adi Febrian
AUTHOR
Jumat, April 01, 2016 delete

kalau aku kesel sih liat guru marah gitu teh, apalagi yg dihukum itu aku. hihi bandel dikit soalnya . tapi hbs baca artikel ini kayaknya teteh lebih tau alasan guru bisa jadi marah.

aku suka bngt nih artikelnya, ada ayat sama hadist al-qur'an . bikin hati jadi adem

Reply
avatar
efo.teo
AUTHOR
Jumat, April 01, 2016 delete

Eng... Marah kayaknya udah ada didalam diri kita ya mbak :' susah banget loh buat mengontrol emosi atau marah gitu :'

Dan endingnya selalu sama : Nyesel sambil membatin "Kenapa aku harus marah" :'

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Sabtu, April 02, 2016 delete

Mbak Tres, kalau belajar biasa mereka fokus memerhatikan lho. Sekali teguran, semua langsung diam. Entah nih, baru kali ini mereka sampai aku tegur dua kali.

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Sabtu, April 02, 2016 delete

Yaps benar Pakde, amarah memang harus dikendalikan. Namun, hal tersebut tidak mudah. Banyak-banyak istigfar deh :D

Salam hangat dari Pandeglang, pakde :)

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Sabtu, April 02, 2016 delete

Kalau dicuekkin mah lebih nyesek ya Pak :(

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Sabtu, April 02, 2016 delete

Aku gak bisa ngebayangin deh kalau aku di posisi kamu, mengajar anak-anak SD. Butuh kesabaran ekstraaaaa. Salut!

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Sabtu, April 02, 2016 delete

Tul tul betuuuuuul. Kalau mau marah rasanya gak enak sendiri yaaaa :( serba salah deh.

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Sabtu, April 02, 2016 delete

Iyaaaa. Kalau guru marah tuh rasanya gak enak lho. Meresa mendzholimi muridnya. Padahal niatnya adalah sayang dan demi kebaikan.

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Sabtu, April 02, 2016 delete

Pokoknya harus bisa mengontrol emosi deeeeh. Harus!
Doain yaaw :D

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!