Chit Chat Berbobot Ala Keluarga Inspirasi: Ketika Pengalaman Sudah Berbicara

Senin, Maret 28, 2016 0 Comments A+ a-

Sumber Gambar


Menjadi bagian dari Keluarga Inspirasi BEM UNJ 2015, memang seru banget. Banyak nano-nano-nya! Seperti hari ini, dari subuh sampai malam hari, banyak chit chat yang gak terduga sekali di grup WhatsApp kita. Mulai dari chit chat santai sampai berbobot.

Kali ini, aku akan merekam chit chat berbobot yang dimulai dari pukul 19.36 WIB.

Dimulai dari...

Resume Seminar Smart Parenting Character Building yang ditulis oleh Indah Miraz. Resume yang ditulis oleh Indah diberi judul "Anak Soleh Dambaan Orang Tua". Isinya tentang bagaimana cara membentuk generasi anak-anak soleh yang mencintai Islam. Mulai dari mensyukuri keberadaan anak-anak kandung yang dimiliki, melindungi anak-anak dengan ayat suci Al-Qur'an, mempelajari bahasa kalbu anak-anak, sampai membangun visi misi dan tujuan bersama anak-anak dengan cara mengajaknya berdiskusi tentang masa depan.

Dari resume yang ditulis Indah, muncul tanggapan dari penghuni grup. Mulai dari tepuk tangan (pakai emoticon) sampai mendoakan Indah supaya langsung mempraktikkannya.

Selanjutnya, Indahpun mengajak kita untuk berdiskusi.

Dimulai dari pernyataan Riza Saputra tentang Demografi Negatif. Kata Riza, di negara Perancis, penduduk aslinya mengalami penurunan lho! Negara tersebut lebih banyak didatangi imigran dibandingkan jumlah penduduk aslinya. Bahkan kata Presiden Prancis, kalau hal ini dibiarkan maka dalam jangka 40 tahun mendatang, Perancis akan menjadi negara dengan imigran terbanyak melebihi penduduk asli. Maksud dari negatif itu natalitas dengan moralitas tidak berbanding lurus.

Riza memberikan kesimpulan dari pernyataannya tentang demografi negatif, yaitu makanya banyakin anak agar penduduk Indonesia gak minus.

Indahpun menanggapi, "Bukannya penduduk Indonesia sudah kebanyakan? makanya ada program KB?"

Akupun mulai masuk ke forum diskusi dengan pernyataan, "Masa kiraiin gue KB itu diperuntukkan untuk keluarga kalangan kelas bawah. Kalau banyak anak dan gak bisa mengurusnya sampai akhirnya terlantar, maka ia akan menjadi sampah masyarakat."

Dan pendapatku ini dikuatkan oleh Indah. Indah juga berpikir hal yang sama ternyata. Kalau orangtuanya tidak sanggup mengurus anak-anak yang banyak, maka lebih baik mengikuti program KB saja.

Nano ikut menimpa, "Kembali lagi tentang pendidikan atau tarbiyah orang tua bagaimana."

Pernyataan Nano, dikuatkan oleh Husam bahwa pendidikan Ayah dan Ibu itu sangatlah penting!

Rizza juga ikut menguatkan pernyataan sebelumnya. Katanya, saat kajian di masjid BI, wanita adalah peran paling utama dalam mendidik anak. Karena jika wanitanya rusak, maka keluarganya juga bisa rusak. Jika keluarga rusak, maka masyarakat rusak. Jika masyarakat rusak maka rusak pula negaranya. Kalau negara sudah rusak, maka rusak juga peradaban. Maka, peran dari semuanya ada di para wanita.

Baca juga: S2, Perlukah?

Jadi kesimpulan untuk sub chit chat kali ini ada di pernyataan Nano berikut ini:

"Wanita adalah madrasah pertama untuk anaknya. Jadi benar ya teori kecerdasan anak bahwa kalau mau anaknya pintar, maka perhatikanlah dia lahir dari wanita yang bagaimana." 


Chit chat berbobot dilanjutkan kembali dengan sedikit cerita dari Rizza. Kali ini mulai merambat ke arah kurangnya kasih sayang anak dari orang tua.

"Banyak kasus di sekolah gue. Mereka pada kecukupan, tapi kurang kasih sayang orang tua. Karena kerjaan dan karir terus. Terus didik anaknya kapan ya?"

Pertanyaan tersebut mendapat beberapa tanggapan dari peserta diskusi lainnya. Mulai dari jawaban dititipkan oleh pembantunya sampai dititipkan ke neneknya.

Sumber Gambar

Lalu, Ari pun tidak ketinggalan untuk mengajukan pertanyaan, "Jadi kalau ibunya ikut kerja kurang bisa mendidik anak?"

Pertanyaan Ari dikuatkan oleh fakta dariku bahwa banyak yang orang tuanya adalah seorang guru, tapi anak-anaknya tidak pintar bahkan hampir tidak naik kelas, lho!

Berdasarkan pengamatannya Indah, guru itu sudah lelah mengajar di sekolah. Lalu, sudah sering mengurus banyak masalah anak yang tingkat masalahnya sudah lumayan tinggi. Nah pas di rumah dia bertemu anaknya sendiri yang mempunyai masalah kecil (tidak serumit masalah di sekolah), nah ketika dia berperan menjadi ibu rumah tangga dia jadi menyepelekan masalah anaknya sendiri.

Nony menambahkan, sebenarnya bukan karena menyepelekan, tapi memang sudah lelah mengurus urusan sekolah. Dan si anak juga biasanya suka gak percaya alias ngeyel kalau diajari oleh ibunya. Makanya banyak ibu guru yang anaknya malah di-les-kan di tempat lain. Padahal ibunya bisa mengajari anaknya sendiri.

Daaaaaan... inilah yang kita tunggu-tunggu! Muncul pernyataan dari Ummu Syafiq alias Icha, seorang istri yang sudah mempunyai baby Syafiq. Hadirnya beliau melengkapi chit chat berbobot kita lho!

Penyebab seorang guru tidak bisa mendidik anaknya sendiri, diantaranya:

  • Faktor psikologis dari ibu itu sendiri (dia punya masalah di sekolah yang membuat ia BT, alhasil rumah menjadi tempat pelampiasan) begitu juga sebaliknya kenapa ibu guru suka marah-marah gak jelas. Hal itu berdampak pada perhatian sang ibu karena terlalu sibuk mengurus pekerjaannya.
  • Banyak ibu guru yang mengajar karena tuntutan profesi dan gajinya yang besar. Bukan karena pengabdian yang muncul dari dalam dirinya.
  • Pola pikir orang tua yang salah bahwa kasih sayang itu berbentuk materi. Kasih sayang yang paling utama adalah perhatian, waktu, dan tauladan.
  • Lingkungan si anak tinggal/ belajar. Maaf nih ya, kalau anaknya dititipkan sama pembantu yang lulusan SD/SMP jangan salahkan ketika si anak tersebut seperti mereka.
  • Kurangnya Quality Time dan pelukan. Sesibuk-sibuknya ibu bekerja, sempatkan waktu misalnya tiga jam dalam sehari khusus hanya untuk sang anak.


Dari pernyataan Icha, aku malah sempat berpikir mending gak usah berkarir daripada anak kita nanti gak keurus.

Ternyata pernyataan tersebut mendapat tanggapan dari Syahiidah yang sempat berpikir hal yang sama denganku juga. "Namun, bukan berarti kita sebagai ibu nantinya gak bermanfaat buat banyak orang. Prinsipnya ya tetap bermanfaat," pungkas Syahiidah.

Sub chit chat tentang mendidik anak disimpulkan oleh Jekboy. Jekboy menyimpulkan berdasarkan pengalaman di lingkungannya.

Anak yang berada di lingkungan keluarga yang baikpun bisa terbawa arus dari lingkungan luar. Baik lingkungan sekolah maupun tempat ia bermain. Bahkan seorang  Nabi Ibrahimpun memohon kepada Allah agar diberikan anak dan keturuan yang baik. Intinya ikhtiar perlu, namun berdoa jangan dilupakan.

Icha memulai kembali sub chit chat selanjutnya, yaitu tentang Ibu Bekerja VS Ibu Rumah Tangga.

"Tak ada yang salah antara keduanya. Dua-duanya merupakan status yang istimewa dan vital bagi keluarga. Jangan pernah menyalahkan ibu yang bekerja. Seorang ibu yang bekerja pasti ada alasannya, yaitu kebutuhan keluarga yang sangat banyak dan gaji suami yang kurang mencukupi. Ibu yang bekerja tentu boleh, asal mendapatkan izin dari suaminya. Selain kurangnya materi, kebutuhan pasar akan seorang pendidik/dokter misalnya cukup tinggi, lagi-lagi harus mendapatkan izin suami ya. Ibu yang bekerja apalagi saat bayinya masih berumur 0-2 tahun. MasyaAllah jika dia tetap memberikan ASI No Sufor perjuangannya dua kali lipat dari ibu rumah tangga! Namun, itu semua dengan catatan tak melupakan kewajiban sebagai istri dan ibu.

Ibu Rumah Tangga, masyaAllah. Dia korbankan dan berikan hari-harinya full untuk anak. Meskipun banyak nyinyir kok gak kerja sih? Kan lulusan S1... bla..bla..bla.. betapa luasnya hati seorang ibu rumah tangga. Intinya tidak ada yang salah dengan ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga. Ada juga kok ibu yang tidak bekerja, tapi anaknya malah tidak keurus.

Konsep mengurus itu bukan hanya secara fisik, namun secara mental, pendidikan, dan agama."

Dari pernyataan Icha tentang Ibu bekerja VS Ibu Rumah Tangga, lagi-lagi chit-chat mulai dibelokkan arahnya, yaitu membicarakan tentang PERNIKAHAN. Hari demi hari, grup WhatsApp BEM UNJ kalau sedang berdiskusi, pasti arahnya selalu ke sana deh. Alhamdulilah, ilmunya banyaaaaaak. Mulai dari yang galau sampai yang hampir yakin, gak mau kalah untuk berpendapat mengenai topik yang satu itu.

Baca juga: Ketika Mawar Berhasil Berbincang dengan Sun Flower

Sebagai seorang istri yang sudah mempunyai satu anak, Icha, juga memberikan pernyataannya tentang pernikahan. Ketika pengalaman sudah berbicara, maka hasilnya begini:

"Ngomongin gimana nikah dan mencari suami/ istri idaman cukup kita sama Allah saja yang tahu, nanti tinggal sebar undangan saja. Jangan terlalu diumbar nanti malah tambah galau.

Lagi-lagi izin untuk mengatakan semangat mencari ilmu pranikah karena Allah bukan karena si doi, berharap karena Allah bukan pada si doi. Semangat memantaskan diri karena Allah bukan karena si doi. InsyaAllah berkah."

Setelah mendapatkan beberapa respon dari para jomblo di grup WhatsApp BEM UNJ, Icha memberikan closing statement-nya.

"Buat kalian para pria/ ikhwan. Jika kalian belum siap jangan pernah memberikan harapan atau kode-kodean meski hanya sebatas SMS mengingatkan atau apalah-apalah. Karena wanita itu hatinya lembut, sehingga mudah tersentuh. Tolong bantu para wanita menjaga hatinya.
Buat para wanita/ akhwat yang aku sayangi karena Allah. Jaga hati kalian dengan betooooon, dengan perhambaan dan pengharapan kepada Allah. Bismillah tancapkan dalam hati bahwa rasa ini hanya untuk suamiku nanti, kalau ternyata kita tidak jadi sama si doi eh jadinya sama orang lain ada hati yang terbelah ya hati suami kita. Kalian itu istimewa hanya untuk yang istimewa dari-Nya."

***


Kesimpulan dari chit chat berbobot malam ini adalah pengalaman memang tidak bisa berbohong! Terbukti, dari semua pernyataan Icha mampu meng-jleb-kan kita semua.

Ya begitulah rangkuman chit chat berbobot ala Keluarga Inspirasi BEM UNJ. Nano-nano, tapi seru ya! Kapan-kapan deh aku rekam hasil diskusinya lagi. Nantikan ya!

Silakan share, kalau chit chat ini memang berbobot bagimu dan bagi teman-temanmu.



Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!