Sejuta Kisah Perjuangan Jilbabku

Senin, Desember 02, 2013 16 Comments A+ a-

Alhamdulilah... Alhamdulilah.. Alhamdulilah..


Oleh Sitti Ghaliyah

“Those that believe and choose to wear the jilbab and consider it to be part of their faith's requirement for modest attire should be respected. Today's judgment is a clear reflection of that common-sense view”

“Buset! Ini kakak-kakak nya kok jilbabnya panjang (baca: syar’i) semua ya?”
, gumamku ketika langkah pertama memasuki atsmofer kampus dan melihat banyak kakak-kakak tingkat yang menggunakan jilbab syar’i.

Bismillahhirommanirrohim...

Dua tahun silam, sungguh asing bagiku menginjakkan kaki ini untuk pertama kalinya melihat suasana kehidupan kampus yang baru. Kuliah pertama sangatlah membuatku shocked. Melihat banyak sekali perempuan-perempuan muslim dengan jilbab panjang yang terulur di dadanya, melihat banyak dari mereka yang menggunakan gamis dan rok, melihat betapa sopan santunnya tingkah laku mereka, serta salam ramah cipika-cipiki-nya. Aku mulai penasaran dan tertarik sekali untuk mengetahui seperti apa cerminan seorang muslimah sebenarnya.

Lama belajar agama lain, membuatku menjadi lupa akan keislamanku. Malu memang mengingat ini semua. Mengingat masa laluku sangatlah gemilang dengan nilai-nilai amat baik untuk mata pelajaran agama Khatolik. Selama tiga tahun aku mempelajari agama lain selain Islam. Dan tahukah apa saja prestasiku? Manjadi siswa terbaik dengan nilai UAS (Ujian Akhir Sekolah) Agama Khatolik tertinggi se-angkatan dan juga mendapatkan nilai tertinggi untuk Ujian Praktek Agama Khatolik. Ya itu benar.

Aku Islam. Tentu aku belum mengenal apa itu jilbab. Saat Ramadhan, aku puasa... Aku bisa mengaji... Aku juga shalat (walaupun hanya seingatku dan semauku). Tapi aku malah justru mempelajari agama lain, bukan agama Islam. Selama tiga tahun, aku sama sekali tidak mengenal Islam, tetapi bukan berarti aku telah menyakini agama lain, selain agamaku, Islam. Kondisi lingkungan, baik itu di sekolah ataupun di rumah membuatku semakin melupakan Islam. Aku tidak tahu, bahwa islam ternyata indah, bahwa Islam penuh kesucian, bahwa Islam diwarnai kedamaian. Aku malah fokus bagaimana caranya menghapal isi perjanjian lama dan perjanjian baru di Kitab Injil, menganalisis surat-surat di Kitab Injil, mempelajari sejarah penyebaran agama Nasrani, mengingat tanggal-tanggal penting dalam agama Nasrani, dll. Bahkan lebih sering Kitab Injil yang ku buka, daripada Kitab Suci Al-Qur'an. Astagfirullah.. Sungguh membuatku menyesal sekali, aku telah membuat banyak waktuku terbuang untuk merugi.

Tidak hanya itu saja, aku termasuk siswi yang aktif di paduan suara gereja. Jika menjelang Hari Paskah atau Hari Natal, aku selalu ikut andil untuk tergabung dalam paduan suara di sekolah. Tidak perlu ditanya lagi, aku hapal lagu-lagu gereja. Hari-hari besar tiba, bisanya sekolahku selalu megadakan misa (acara suci memperingati hari besar tersebut), dan yang mendekorasi ruangan misa adalah aku. Hahaha.. Payah sekali aku. Aku malah sangat senang sekali ketika menghias pohon natal, menggambar dekorasi backdrop, dll. Astagfirullah... Mengingat itu semua semakin perih hati ini karena sempat melupakan-Mu, Ya Allah.

Benar saja, pertama kali masuk kuliah, banyak teman-teman sekelasku yang menebak bahwa aku seorang nasrani. Astagfirullah... Padahal namaku saja sudah mencerminkan seorang muslim. Ada lagi yang bilang bahwa aku seorang mualaf, lalu berganti nama. Subhanallah, ini teguran dari Allah untuk menyegerakan aku mengetahui lebih banyak lagi tentang Islam.

Pengetahuanku tentang Islam sangatlah minim. Aku hanya bisa bertanya pada seorang kakak tingkat yang sangat prihatin mendengar kisahku dan sedih melihat kondisiku sekarang yang sungguh telat sekali mempelajari Islam. “Untuk mempelajari Islam, tidak ada yang telat, dek. Kakak malahan bangga sekali denganmu”, begitulah kata seorang kakak tingkat yang juga sungguh baik memberiku Al-Qur’an terjemahan, agar aku mempelajari Islam dari Al-Qur’an. Kakak tingkatku juga menyuruhku untuk bertanya apapun padanya tentang Islam, InsyaAllah akan dijawab dengan bahasa yang mudah dan membuatku paham seutuhnya. Tidak hanya kakak tingkatku saja, tapi teman perempuanku di kelas juga baik sekali mau meminjamkan buku-buku tentang Islam. Teman se-organisasiku juga perhatian sekali. Dia selalu mengingatkanku tentang ini dan itu dalam Islam. Bahagia sekali berada di lingkungan kampus, yang semakin membuatku sadar bahwa Islam adalah agama yang mulia, dan aku haruslah bersyukur dan bangga terlahir sebagai seorang muslim.

Berjilbab. Aku baru tahu ketika memasuki kehidupan kampus, bahwa jilbab adalah hal yang wajib untuk seorang muslimah, bahwa jilbab adalah pelindung untuk seorang muslimah, bahwa jilbab adalah mahkota untuk seorang muslimah. Astagfirullah... aku baru tahu itu. Satu tahun aku habiskan untuk mempelajari tentang Islam dari awal, mempelajari tentang jilbab, aurat serta hijab, dan sebagainya. Perlahan tapi pasti, dengan restu Allah tentunya, kisah perjuangan jilbabku dimulai....

“Aku ingin sekali deh, kalau suatu saat memakai jilbab, aku tuh gak mau jilbabnya disingkap,” ; “Astagfirullah, perempuan itu memakai jilbab tapi kondenya kelihatan (baca: punduk rambut)”

Batinku langsung menyadari tentang keresahanku melihat beberapa teman sekelas yang memakai jilbab disingkap dan dengan punduk rambut cukup tinggi. Sedikit demi sedikit aku mengetahui tentang jilbab. Tapi perjuangan untuk memakainya tidak lah mudah.

Seorang Ibu yang sudah teracuni oleh cerita-cerita tentang perempuan berkerudung tapi malah boncengan dan pelukan erat di jalan. Seorang Ibu yang tahu bahwa tetangganya hamil di luar nikah padahal telah lama memakai jilbab. Seorang Ibu yang takut anaknya masuk ke dalam aliran sesat dengan perubahan gaya kesehariannya. Seorang Ibu yang sering sekali memberitahukan kalau tidak akan mendapatkan pekerjaan jika berjilbab. Seorang Ibu yang sungguh meragukan anaknya berjilbab, dan takut prestasi anaknya terganggu. Itulah Ibuku yang meragukan jilbab sebagai pelindung untuk anaknya.

Pertama kali aku berjilbab (8 Agustus 2012), aku harus membohongi Ibuku, bahwa selama menjadi panitia MPA 2012 (Masa Pengenalan Akademik) untuk mahasiswa baru, haruslah menggunakan Jilbab. Beruntunglah aku, Ibuku tidak bertanya mengapa dan mengapa. MPA memang selama sebulan, dan aku memakai jilbab baruku selama sebulan dengan membohongi Ibuku. Tapi sebenarnya, di kampusku panitia MPA ‘sebaikknya’ menggunakan jilbab. Aku siap menyatakan untuk berjilbab bukan karena adanya MPA yang menyarankan kalau panitianya untuk berjilbab. Aku berjilbab memang karena ini lah moment yang tepat. Aku senang sekali, bisa menjadikan alasan untuk berjilbab ke Ibuku.

8 Agustus 2012

Sebulan berlalu. Ibuku tahu, MPA sudah berakhir. Ibuku mempertanyakan, mengapa aku masih saja berjilbab ke kampus. “Astagfirullah!” sontakku kaget, Ibuku melontarkan pertanyaan itu di suatu pagi sebelum berangkat kuliah. Alasan apa lagi yang harus ku jawab, “Aku ingin sekali menutup aurat, Ibu”, rasanya kalimat itu sulit sekali untuk ku ucap. Aku takut Ibuku marah, dan malah menyuruhkan untuk melepas jilbab ini. Aku jawab dengan santai, “Yah.. sudah terlanjur dipake nih.. sudah rapih pula jilbabnya. Lagian aku kan cantik kalau berjilbab, bu,” Jawabku santai, padahal dalam hati sport jantung sekali.

Maaf ibu, aku memilih untuk berlari keluar rumah tanpa mencium tanganmu. Aku takut sekali, engkau langsung mencopot jilbabku.

Tentu ibuku sama sekali tidak menyetujui untuk berjilbab. Satu per satu jilbab yang diberikan oleh nenek dan teman-temanku, sebagai hadiah rasa senang dan bersyukur karena aku telah berjilbab, hampir disobek-sobek bahkan hampir dibakar oleh ibuku. Berulang kali air mataku menetes untuk memperjuangkan jilbab-jilbab itu tetap ada di lemariku. Aku diberikan saran oleh kakak tingkakku untuk memberi pengertian pelan-pelan pada nya. Aku sudah menceritakan berbagai alasan. Mulai dari alasan, wanita cantik jika berjilbab, muslimah memang diwajibkan untuk menutup aurat, bahkan sampai "Aku kan seorang calon guru, bu. Jadi aku mesti belajar memakai jilbab dari sekarang". Tetap saja, alasan apapun tidak ia setujui. Aku pun tak tahu mengapa. Aku hanya tetap istiqomah dengan jilbabku ini, walaupun ibuku sendiri tidak merestuinya.

Pertama kali memakai jilbab, tentu aku langsung pertama kali memakai rok. Semenjak aku memakai jilbab, aku sudah tidak lagi memakai celana atau jeans. Aku sudah tahu alasannya, mengapa muslimah sangat cantik memakai jilbab dengan bawahan rok bukanlah celana apalagi jeans. Untuk persoalan rok ini, Ibu ku tidaklah curiga. Karena aku memakai alasan, kalau aku adalah mahasiswi pendidikan, dosen-dosenku mewajibkan mahasiswanya untuk menggunakan rok pada saat kuliah.

Maaf Ibu, aku membohongimu lagi untuk persoalan rok ini. Aku mohon Ibu, jangan engkau mengancam aku lagi untuk menyobek atau membakar rok-rok ku.

Suatu hari, aku pulang larut malam. Pukul 21.00 WIB, aku baru sampai rumah, karena jalan sangat macet dan aku baru saja pulang dari mengajar privat. Aku sudah tahu pastilah Ibuku mencariku. Aku kaget sekali, ketika Ibuku marah-marah dengan membawa alasan jilbab, jilbab, dan jilbab. Setiap tindakan dan perbuatanku yang salah sedikit saja, Ibuku langsung memarahiku dengan nada kasar, dan membawa jilbabku ini sebagai pelampiasan kemarahannya. Sedih sekali rasanya, mempunyai Ibu yang mudah sekali marah-marah, tapi aku yakin, karena Ibuku sangat sayang kepadaku.

Satu tahun Ibuku terus-menerus memarahiku... Tapi, Alhamdulilah belakangan ini Ibuku sudah tidak marah-marah lagi. Aku semakin meng-eksplore cerminan seorang mslimah sebenarnya dari lingkungan kampusku. Aku memakai rok bahkan tidak jarang memakai gamis dalam keseharianku. Alhamdulilah jilbabku sekarang lebih tebal dan tidak menerawang. Aku memakai jilbab double dengan warna yang berbeda. Aktivitasku lebih nyaman dan bangga sekali menggunakan jilbab ini kemana-mana. Tidak ada rasa malu sedikitpun aku menggunakan jilbab justru rasa bangga ini membuatku ingin buru-buru memperlihatkan pada dunia. Alhamdulilah...

Tentu aku tidak lagi ikut paduan suara di gereja, sekarang aku sudah mempunyai tim nasyid putri. Aku dendangkan lagu-lagu penuh makna islami. Kitab-kitab Injil kutaruh di gudang, dan kupampang dengan bangga Kitab Suci Al-Qur’an di dalam kamarku. Aku jadi semakin sering membaca Al-Qur’an terjemahan, karena terpesonanya aku membaca kalimat per kalimat yang indahnya luar biasa. Alhamdulilah... Ibuku sudah tidak marah-marah lagi. Mungkin lelah melihat putrinya sangat kekeh (baca: Istiqomah) memakai jilbab.

Terima kasih ibu, atas kesempatan aku dan jilbabku ini. Aku yakin, engkau Ibu yang yang bangga dengan prestasi-prestasi putrimu ini setelah memakai jilbab. Nilai-nilai IP (Indeks Prestasi) ku semakin tinggi, Ibu... Ibu tidak usah khawatir, prestasiku menurun karena jilbab ini. Aku semakin bisa membedakan mana yang dilarang oleh Allah dan mana yang diperintahkan oleh Allah. Aku dikelilingi oleh teman-teman yang sangat luar biasa menjagaku, Ibu. Teman-teman yang selalu mengingatkanku untuk jauh dari murkanya Allah. Ibu, jilbab ini sangat melindungiku, menjaga hatiku, dan mendukung semua aktivitas positif yang ku jalani. Tenang saja Ibu... Aku tetap putrimu yang selalu menyayangimu. Izinkan jilbab ini selalu bersamaku sampai akhir hayatku.

Kisah selama tiga tahun sempat aku melupakan Islam, lalu satu tahun kemudian aku mempelajari Islam kembali, dan satu tahun belakangan ini aku memperjuangkan jilbabku, namun kisah tersebut tidak ada apa-apanya dari kisah yang membuatku semakin bangga menjadi seorang muslimah sejati.

Pesanku untukmu, wahai saudari-saudariku, banggalah dengan keislaman kita. Manfaatkanlah waktumu untuk selalu mencari keridhoan Allah. Allah akan memberikan jalan-jalan yang terbaik untuk hamba-Nya yang istiqomah berjuang di jalan-Nya. Banggalah dengan jilbab yang engkau kenakan setiap hari. Banggalah dengan setiap perjuangan dalam mengenakan jilbabmu itu. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan iman kita untuk menjalankan (memenuhi) segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa-apa yang dilarang-Nya, dan mendapat derajat takwa yang tinggi, selamat didunia sampai di akhirat nanti, mendapat pertolongan dan syafa'at di hari yaumul hisab dan mendapat surga yang tinggi, amiin.

16 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
zachflazz
AUTHOR
Selasa, Desember 03, 2013 delete

sejuk banget nih postingan

Reply
avatar
Selasa, Desember 03, 2013 delete

Artikel yang bagus sekali min, bagus banget jadikan motivasi.

Salam saya

Reply
avatar
udah
AUTHOR
Selasa, Desember 03, 2013 delete

wahaha selamat2 udah juara 2 terus kapan makan2 nya, kyaaa ~~~

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Selasa, Desember 03, 2013 delete

Alhamdulilah Om obat :)

Reply
avatar
Anonim
AUTHOR
Selasa, Desember 03, 2013 delete

SubhanAllah..............

Reply
avatar
AR
AUTHOR
Rabu, Desember 04, 2013 delete

hello blogger, subhanallah...jadilah wanita muslimah yang baik Amin

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
Kamis, Desember 19, 2013 delete

wuah, serius kak?
saya kira Islam murni dari dulu... pantesan ada yang aneh sih, tapi cuma sekelebat aja waktu itu
Alhamdulillah ya, udah dikasi hidayah sama Allah..
Jujur, baru kali ini saya mendengar langsung kisah tragis tentang seseorang yang memperjuangkan jilbabnya. saya kira sih, hanya cerita-cerita doang, eh ternyata juga ada di kejadian nyata, temen blogger pula...
Subhanallah...

Kalo kisahku, ibuku berjilbab karena malu ngelihat anaknya berjilbab, muehehe

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Selasa, Desember 31, 2013 delete

Waaahh aneh apaaa??? -____-
iya Alhamdulilah say..

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
Rabu, Januari 01, 2014 delete

Subhaanallah, sungguh berat yaa perjuangan kakak #KeepHamasah
Semoga bisa menginspirasi banyak akhwat yg lain :)

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Rabu, Januari 01, 2014 delete

Amiin.. makasih yaaa :)

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
Jumat, Agustus 08, 2014 delete

KEREN Gia. Saya salut padamu. Tetap istiqomah ya :)

Reply
avatar
Hasana Annas
AUTHOR
Sabtu, Agustus 09, 2014 delete

Terharu baca cerita kakak Gia :")

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!