Gerakan Pendidik Muda Cinta Anak Bangsa
Kamu tahu Indonesia Mengajar?
Kalau Sekolah Guru Indonesia (SGI)? Pasti tahu dong...
Inilah bangganya saya kepada pemuda-pemudi Indonesia!
Saya sunggu bersyukur, banyak para mahasiswa setelah lulus dari perguruan tinggi negeri maupun swasta berlomba-lomba untuk bisa mengabdi di pelosok negeri. Ya! Berlomba-lomba menjadi Pendidik Muda.
Apakah harus setelah lulus dari perguruan tinggi, pemuda-pemudi baru bisa menjadi pendidik muda di pelosok negeri?
***
Dalam upaya mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaulatan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam. Dengan masalah-masalah yang sudah ada maupun yang akan datang, penting bagi rakyat Indonesia, terutama pemuda Indonesia untuk membiasakan diri dalam meningkatkan dan memperbaiki produktifitas kita sebagai bangsa Indonesia. Bangsa ini butuh orang–orang yang mampu bersuara dan memberikan sumbangsih konkrit bagi negaranya dengan segenap kemampuan dan daya kredibilitas yang dimiliki.
Pendidikan adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh pemuda Indonesia. Salah satunya permasalahan sekaligus tantangan bagi pendidikan Indonesia adalah tidak meratanya pendidikan yang layak di daerah-daerah terpencil. Mampukah pendidik muda Indonesia menghadapi permasalahan-permasalahan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah-daerah pelosok dan perbatasan?
Urgensi Pendidikan di Indonesia
Pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Pendapat itu sepertinya telah lama kita kenal. Akan tetapi sudahkah bangsa ini membiarkan rakyatnya berpesta pora merayakan pendidikan? Sudahkah setiap warga negara di negeri ini mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang paling tinggi? Pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang diwacanakan oleh pemerintah ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia khususnya daerah pelosok dan perbatasan belum menikmati pendidikan dengan selayaknya, seperti contoh di Pulau Kalimantan, Pulau Irian Jaya, Pulau NTB, Pulau NTT, dan sebagainya. Program pendidikan sekolah gratis di Indonesia yang diumbar para wakil rakyat ketika akan dipilih hanya omong kosong belaka. Sekolah negeri yang oleh pemerintah ditujukan untuk menampuang masyarakat miskin agar dapat menempuh pendidikan ternyata lebih banyak diisi oleh masyarakat kelas menegah atas.
Sukabumi Kekurangan Ribuan Guru
(sumber gambar dari sini)
Melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, sulit untuk membuat gambaran umum untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya. Jika sekilas kita melihat pada sekolah-sekolah unggulan yang ada di kota, mungkin kita bisa berbangga dengan kondisi pendidikan kita saat ini. Sekolah-sekolah tersebut sudah sangat mapan dalam hal fasilitas dan kualitas. Para murid dan guru dari sekolah-sekolah elit selalu dimanja dengan fasilitas pendidikan yang lengkap dan mutakhir. Segala proses pembelajaran dijalankan dengan nyaman dan mudah sehingga dapat menghasilkan murid yang berkualitas. Namun, ketika kita melihat kondisi pendidikan di daerah pelosok dan perbatasan, keadaan tersebut sungguh berbanding terbalik.
PAUD di Perbatasan Kalimantan Barat - Malaysia
(sumber gambar dari sini)
Kondisi ini membuat masyarakat di daerah pelosok dan perbatasan Indonesia tidak dapat meningkatkan kompetensi pendidikannya karena tidak adanya pemerataan pendidikan yang seimbang. Alhasil perekonomian masyarkat pedalaman pun tidak meningkat untuk memeroleh kehidupan yang layak. Harus ada langkah proakitif pemerintah pusat maupun daerah untuk membangun pendidikan yang merata ke semua daerah sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu di segala lini daerah yang ada di Indonesia. Ada cukup banyak masyarakat di perbatasan dan pedalaman yang terpaksa harus tidak bersekolah karena kekurangan biaya dan termarginalnya mereka dari program-program pendidikan Pemerintah Pusat. Oleh karena itulah, mereka sangat berharap pemerintah benar-benar mewujudkan amanat yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945.
Pengabdian Kepada Masyarakat: Kegiatan Kerelawanan Pendidik Muda
Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah salah satu bentuk konkret dari seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, karena sudah menjadi keharusan bagi setiap perguruan tinggi untuk melahirkan manusia-manusia yang intelek, kritis, peduli, dan berakhlak mulia. Dalam rangka memenuhi hal tersebut, mahasiswa itu sendiri harus tahu dan paham dengan bentul apa yang dimaksud dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.
Poin ketiga dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pengabdian. Pada hal ini mahasiswa harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan mampu berkontribusi nyata. Salah satu bentuk kontribusi nyata dari pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan kerelawanan atau Volunteerism Activities. Kegiatan kerelawanan adalah wadah bagi mahasiswa untuk melakukan pengabdian ilmu yang didapat untuk diterapkan langsung kepada masyarakat sebagai salah satu penerapan dari tri dharma perguruan tinggi. Selain itu menurut saya, kerelawanan adalah kegiatan yang tidak hanya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat saja, tidak hanya dapat mengeksplorasi hard skill dan soft skill saja, tidak hanya memperkaya link ataupun hubungan pertemanan saja, tetapi bagi saya, kegiatan kerelawanan juga merupakan salah satu ladang amal sebagai tabungan untuk akhirat nanti.
Kegiatan Kerelawanan
(sumber gambar dari sini)
Menjadi Volunteer Untuk Pengabdian Masyarakat
Peran pemuda saat ini sedang dipertanyakan. Inilah saatnya!
Tidak harus setelah lulus dari perguruan tinggi negeri ataupun swasta, mahasiswa baru bisa mengabdi di pelosok negeri. Ternyata sudah banyak para pemuda khususnya mahasiswa di beberapa daerah yang sudah sadar untuk bergerak memberikan kontribusi langsung dengan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Menjadi “Pendidik Muda” merupakan kegiatan kerelawanan yang mampu mengurangi permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia, terutama di daerah pelosok dan perbatasan.
Gerakan Pendidik Muda Cinta Anak Bangsa
Kamu tahu Lentera Bangsa?
Nah, salah satu solusi yang sedang diterapkan oleh pemuda-pemudi Indonesia untuk mengatasi permasalahan pendidikan adalah membuat gerakan-gerakan Pendidik Muda Cinta Anak Bangsa, misalnya membuat komunitas-komunitas yang bergerak di bidang pendidikan di daerah tempat tinggal, bergabung menjadi relawan pendidikan di yayasan anak ataupun menjadi pengajar di Community Development (Comdev) kampus.
Kegiatan kerelawanan juga mampu menjawab tantangan ASEAN Economic Community 2015, dimana dibutuhkan SDM berkualitas sebagai tenaga terampil untuk mengatasi permasalahan-permasalahan bangsa terutama di bidang pendidikan. Mahasiswa yang tergabung dalam komunitas atau yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan bisa menjadikan dirinya sebagai pendidik muda, dimana mereka juga dapat mengasah hard skills dan soft skills yang dimiliki. Pendidik muda yang mengabdikan pikiran, tenaga, dan waktunya untuk ikut memberikan pendidikan yang layak di daerah pelosok dan perbatasan, ternyata mampu mengurangi sedikit demi sedikit permasalahan pendidikan yang tidak merata ini.
Bayangkan, apakah yang terjadi jika semua pemuda tergabung dalam gerakan-gerakan Pendidik Muda Cinta Anak Bangsa?
Pendidik Muda di Plosok Daerah
(sumber gambar dari sini)
Pemuda-pemudi Indonesia yang sevisi dan semisi untuk pendidikan yang lebih baik dapat membuat ataupun tergabung dengan yayasan atau komunitas-komunitas yang bergerak dalam pendidikan untuk daerah-daerah pelosok dan perbatasan, seperti Lentera Bangsa, Rumah Belajar, KOPAJA, Rumah Imperium, I-YES, Nusantara Young Leaders, Kampung Sarjana dan masih banyak lainnya. Bagaimana dengan pemuda-pemudi di perkotaan? Pendidik Muda di perkotaan juga dapat melakukan kegiatan kerelawanan terfokus untuk anak-anak jalanan, dimana mereka juga membutuhkan pendidikan yang layak. Mahasiswa juga dapat membuat Community Development (Comdev) dimana membuat pergerakan pengabdian masyarakat untuk pendidikan anak-anak di daerah yang dekat dengan kampus. Seperti yang dilakukan oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ), kampus negeri yang berada di tengah-tengah kota. Setiap fakultas di UNJ memiliki daerah-daerah tersendiri untuk fokus menjalankan misi Community Development.
Peran pendidik muda sangatlah dibutuhkan untuk pergerakan kegiatan kerelawanan, dimana mereka dapat mengurangi permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia dan juga menjawab tantangan AEC 2015, yaitu bukan sebagai sekadar ancaman, melainkan sebagai peluang untuk menuju Indonesia yang lebih baik. Oleh karena itu, saya mengajak kepada semua mahasiswa sebagai garda terdepan bangsa untuk ikut tergabung dalam kegiatan kerelawanan gerakan-gerakan pendidik muda cinta anak bangsa sebagai bentuk pemenuhan point ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu melakukan pengabdian masyarakat.
Kampung Sarjana
Cerita saya bersama Kampung Sarjana
Rumah Imperium
Rumah Belajar Senen
Sekarang juga kita lakukan aksi untuk menyelamatkan pendidikan di Indonesia.
Tidak hanya pandai menuangkan ide-ide, buah pikiran hasil diskusi di giant paper saja.
Percayalah, tenagamu, ilmu-ilmumu, buah pikiramu sangat dinanti-nantikan generasi muda penerus bangsa ini.
Pendidik muda yang luar biasa seperti aku, kamu dan kita harus siap berkonstribusi untuk bangsa ini.
Jadikan bangsa ini maju, dan hal yang pertama dilakukan adalah memajukan pendidikannya dengan skill pendidik yang berkualitas...
Sitti Ghaliyah - YERT 2013: Muda, Mendidik, Membangun Bangsa
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Esai Blog Competition: Catatan Cerita Kebangsaan" dari www.kebangsaan.org dengan tema Mensyukuri Kebangsaan
Saya sungguh bersyukur banyak pemuda-pemudi di Indonesia yang sudah mulai bergerak mengabdi untuk anak-anak bangsa di pelosok negeri. Mari kita berdiskusi, kamu sebagai pemuda-pemudi Indonesia sudahkah bergabung dengan Kegiatan Kerelawanan di bidang Pendidikan? Jika sudah, ajaklah teman-temanmu untuk bergabung bersamamu. Jika belum, sudahkah kamu terinspirasi dengan tulisan saya?
Jakarta, 10 Februari 2015Sitti Ghaliyah
5 Cuap Cuap
Write Cuap CuapWah PAUD di Kalimantan Barat dicantumkan juga di sini
ReplyHeiheiiehiehieh
Super Sekaliiiiiiiiiiiiiii. Moga menang GA nya ya GIA
Aamiin Pak
ReplySaya paling senang dan bangga mendengar yang muda2 -meski masih kuliah- udah mau mengabdi ke daerah pelosok. Salut! Kalo saya masih muda, saya juga pengen. Sayangnya saya udah punya anak kecil2 , jadi sementara mengabdi buat anak saja
ReplyLanjutkan Gia!
Lanjutkan mba Popi!
)
ReplySemoga gak cuma jagoan tandang. Jadi jagoan kandang sendiri. Aktivis kampung sendiri. Hehe semangat..
ReplyTerima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!