Obrolan = Ilmu

Selasa, Februari 17, 2015 0 Comments A+ a-

Dari blognya Silmi.

Dah aku mah apa atuh.
Bicara tentang obrolan, ngomongin ini, ngomongin itu. Teman-teman mungkin berfikir bahwa, obrolan itu cuma ngalor ngidul doag ya? Ehmm…. Gak juga ya… Banyak obrolan yang bisa menambah wawasan kita loh. Dan itulah yang kebanyakan dilakukan oleh orang-orang yang ekstrovert. Sedikit cerita, hari ini gue bertemu sama temen gue, Co-Founder-nya KOMBUN (Komunitas Blogger UNJ), Gia dan juga konseptor di kelas, Novi. Mereka berdua ekspert di bidang mereka masing-masing. Gia yang super ekstrovert ini, sudah ikut berbagai konferensi dan lomba menulis. Awalnya gue sama Novi, mau pulang bareng, rehat sejenak dari kuliah dan skripsi kita. Eh, ternyata kebetulan bertemu dengan ibu Co-Founder ini. Beliau baru saja memenangkan 2 tulisan loh. Tulisan tentang ASEAN Economic Community dari Olimpiade Nasional Menulis 2015 dan 8 Mahasiswa Cantik Berprestasi UNJ dari ww.pizna.com. Karena kemenangannya ini lah, kita berdua ditraktir makaan deh. Ondeeh mandee, pas banget. Gue belum makan siang..hahaha *Rejeki anak sholehah.
Pas makan, kita gak cuma makan doang, pasti banyak hal yang kita omongin, Alhamdulilah. Mulai dari kesibukan masing-masing, ribetnya FMIPA vs FT, ngomongin pengalaman masing-masing, sampai ngomongin NYBC (National Youth Blogger Conference). Ya…, disela-sela itu gue mencuri-curi waktu untuk menjalankan misi gue, yaitu wawancara Ibu Gia in hehehe. Karena gue gak pungkiri ya, keagresifan gue untuk mengetahui sesuatu itu menjadi sangat besar semenjak masuk organisasi yang berlambangkan tanda tanya itu. Jadilah gue si pewawancara yang “Gak Formal”.

 Asiknya ngobrol sambil makan di KFC dekat kampus

Hal yang paling gue kaget dari Gia, yaitu ternyata dia gak suka baca. Lah….gue pikir gue doang wkwkwk. Ternyata, Gia belajar dari alam. Belajar dari seminar, update pengetahuan di konferensi, dan diskusi. Gue pikir nih anak suka banget baa, kayak kak Fadli. *Someone that I Proud too*. Baca buku ya maksudnya. Kalo baca sumber-sumber lain pasti adalah ya. Soalnya gak mungkin juga seseorang itu bisa, tapi dia gak ada sumber (bacaan) sedikitpun. Apalagi mahasiswa, memang harus ada isinya, minimal tentang update isu-isu saat ini. Nah, dari cerita di atas gue bisa menyimpulkan bahwa ilmu itu bisa didapatkan dari berbagai hal, tergantung kita dan passion kita dimana, serta intinya gaya belajar kita bagimana.
Seperti gue, gue suka diskusi tentang keilmuan dengan orang-orang yang suka tentang sains, gue suka diskusi dengan mereka dan kita saling bertukar ide tentang sustainable renewable energy saat ini, Itulah cara gue biar bisa dan mengerti serta memberi ide buat bahan untuk murid gue. Seperti Gia, yang up date tentang sainsnya, menulisnya, serta hal lainnya yang berhubungan dengan passion-nya di media komunikasi dan menulis. Gia suka sharing, ngobrol, diskusi dengan mereka-mereka yang satu aliran. Setelah itu, dia menciptakan sebuah icon, dimana icon itulah yang bikin berbeda atau unik untuk dituliskan*orang -orang yang kayak gini ni, cocok banget di tim kreatif, inovatif, dan media komunikatif nan atraktif*. Soalnya dia bisa mem-package sesuatu yang biasa jadi luar biasa. 
Gue juga minggu lalu, ketemu orang yang seperti Gia, dan sama banget, persis, hobinya itu ngomong dan gaaak bisa diem. Tapi, dengan hobinya ngomong itu, dia untungnya masih mengeluarkan hal-hal yang bermanfaat, gak ngalor-ngidul sembarangan hehehe, Nah, orang yang gue ketemu itu, si kakak ini, dia suka ngomong, dia kebetulan jadi juri debat ilmiah di sekolah yang gue bina, padahal dia dari ekonomi tapi pengetahuan ilmiahnya tidak diragukan. Dan yang uniknya, dia itu bisa menggabungkan keinovatifan ekonominya dengan perkembangan sains yang dipaparkan oleh murid gue. Itulah uniknya orang orang yang balance, kreatif dan gak hanya text book.
Berbalik ke si ibu Gia, dia bisa menggabungkan sains dengan kreatifitas-kreatifitas yang tidak terpikirkan oleh orang banyak. Berarti ibu ini balance dong ya, balance di ranah social dan ranah science-nya. Nah, dari orang -orang yang seperti inilah kita bisa mengembangkan sesuatu. Apalagi sekarang, ilmu itu sama aja seperti yang dulu-dulu, belajar terus dipraktikan, hanya bedanya saja sekarang packaging-nya lebih kreatif dan simpel. Orang membutuhkan hal itu. Yaa, kalo orang gak butuh itu, ya gak berkembang juga. Intinya yaa, gue cuma mau menyampaikan bahwa ilmu itu gak sempit, teman-teman bisa mendapatkannya bahkan hanya dari sekadar obrolan biasa. Tapi ya, semuanya bergantung dari diri kita lagi, kita mau obrolan kita berbobot atau tidak, itu berasal dari isi otak kita sendiri. Jika kita gak ada isi, atau kurang isi, kita bisa menimbulkan obrolan yang berbobot dengan cara menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ilmu pengetahuan. Misalnya kayak gini, “Lo suka nge-blog kan yah?”, ” eh, gue juga loh! “. Oiya….biar gak hanya sekedar ngobrol aja, lo tambahin deh kalimat pertanyaan “Kira-kira, apa sih yang membuat seseorang itu harus jadi blogger? Dan kenapa harus nge-blog? Apa bedanya sama menulis biasa?" Ayooo, jawabannya apa toooh? Kalo kita bisa jawab, mungkin akan bisa bikin paper ilmiah yang isinya latar belakang blogger, tujuan orang buat jadi blogger, manfaat jadi blogger, daaan seterusnya... Hahaha, semoga bermanfaat.

Jadi, menurut Silmi kalau kita sedang mengobrol, ya kita harus KEPO (Knowing Every Particular Object),yang berarti ingin mengetahui segalanya hingga ke hal-hal yang detail. Sudah gak jaman nih anak muda sekarang ngobrol tapi gak dapet apa-apa, agar hasil obrolah kita bisa bermuara dari ilmu-ilmu yang bermanfaat. Yuk budayakan ngobrol bermanfaat!


Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!