Gaza, Palestina: Aku pun Tertuju Padamu

Rabu, Agustus 20, 2014 0 Comments A+ a-

Assalammua'laikum.
Bimillah...
Alhamdulilah, Happy Wednesday! hihihi
Hari ini masih dikasih kesempatan sama Allah untuk menginstirahatkan tubuh ini, yang sebenarnya belum pulih betul dari Tifus atau Thypoid Fever.

Nah, karena ada PR dari KOMBUN (Kurikulum Pertama) jadi yaaaa kudu dikerjain secapatnya *padahal dateline-nya hari ini booo*. Periode pertama bulan Agustus 2014, KOMBUN mengambil tema tentang Gaza, yaitu "Agama, Politik dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza".

                                                                      ***

Perhatian dunia kini tertuju pada Jalur Gaza, Palestina, seiring tak kunjung mendinginnya pertikaian antara tentara Israel dan milisi Partai Hamas. Israel adalah negara Yahudi, sementara sebagian besar penduduk Gaza beragama Islam — namun ini bukan konflik agama; ini konflik politik yang disertai krisis kemanusiaan.

Wilayah Palestina terdiri dari dua bagian, Tepi Barat dan Jalur Gaza. Masing-masing dikuasai faksi politik yang berbeda: Fatah di Tepi Barat, dan Hamas di Jalur Gaza. Setelah kemenangan Hamas dalam pemilu tahun 2005 lalu, Israel memang sudah memindahkan pemukiman penduduk Yahudi ke luar Gaza dan menarik mundur pasukannya. Tapi, tentara Israel masih tetap mengontrol lalu lintas udara, pasokan air, dan pintu perbatasan antara Gaza dan Israel. Jalur Gaza sendiri merupakan tanah seluas 225 km persegi -kurang lebih sepertiga luas Jakarta- dengan sekitar 1,7 juta penduduk. Sekilas mungkin ini tidak terlihat begitu padat. Tapi, sepertiga dari 1,7 juta manusia itu hidup di Kota Gaza, yang hanya memiliki luas sekitar 45 km persegi.


Perang yang tidak imbang

Aktivis HAM Israel yang tergabung dalam B’Tselem mengatakan jumlah korban yang jatuh pada konflik di tahun 2008 saja berjumlah 762 orang di pihak Palestina (300 diantaranya adalah anak-anak) dan hanya 3 korban jiwa di pihak Israel. Sementara pada konflik yang baru-baru ini terjadi, hingga 20 Agustus 2014 jumlah warga Gaza yang tewas akibat serbuan roket Israel telah melewati mencapai 2.018 jiwa dan sekitar 10.218 warga Palestina terluka.

Pemerintah Israel berdalih serangan-serangan yang mereka luncurkan selama ini untuk melindungi keamanan negaranya. Padahal, Israel sudah mengurung Gaza sejak Januari 2006 sebagai akibat dari keputusan rakyat Palestina memenangkan Hamas dalam sebuah PEMILU yang sah. Israel lalu memblokade jalur perdagangan Gaza, sehingga rakyatnya tidak bisa memperoleh beberapa komoditas seperti ketumbar, jahe, pala, dan bahkan koran. Blokade ini ditengarai sebagai hukuman koletif yang dijatuhkan kepada warga Gaza karena memilih Hamas sebagai pemimpin mereka.

Dov Weisglass, mantan Kepala Staf untuk pemerintahan PM Ariel Sharon pernah mengakui bahwa pendekatan yang dilakukan Israel terhadap warga Gaza adalah "Membuat orang Palestina itu berdiet, tapi jangan sampai mereka mati kelaparan". Israel mengatur (dan melarang) makanan dan bantuan yang memasuki Gaza serta menghitung jumlah asupan gizi yang boleh mereka nikmati. Sebanyak 10% balita di Gaza terhambat pertumbuhannya karena mengalami gizi buruk yang tak berkesudahan. Gizi buruk di Gaza sudah dalam tahap kronis dan tidak menampakkan tanda-tanda perbaikan, demikian dilaporkan WHO.


Menurut data dari Biro Statistik Palestina, tingkat pengangguran di Gaza menyentuh angka 28% yang mana 58% diantaranya berada pada kisaran umur 20-24 tahun. Lebih dari setengah penduduk Gaza adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun. Menurut psikiater kenamaan Palestina Dr. Eyad El Sarraj, satu dari lima anak-anak tersebut menderita Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). PTSD adalah gangguan emosional yang diantaranya ditandai dengan kecemasan parah akibat dari peristiwa yang menakutkan, serangan fisik, atau perasaan terancam di masa lampau. Anak-anak di Gaza tidak bisa tidur dengan tenang karena mimpi buruk dan kecemasan yang hebat akibat serangan demi serangan yang mereka lihat. Untuk pulih, mereka membutuhkan konseling, psikoterapi serius, serta pengobatan.

Data dari PBB mengungkapkan bahwa 80% keluarga di Gaza menggantungkan hidupnya dari bantuan kemanusiaan, dan 39% warganya hidup di bawah garis kemiskinan. Dua dari tiga warga Gaza -itu lebih dari setengah juta orang- menyebut diri mereka sebagai pengungsi alias orang yang tak memiliki negara. Mereka masih mengaggap tanah yang diambil oleh Israel setelah Perang 1948 sebagai hak mereka. 

                                                                       ***

Happy Birthday to All Indonesian


Peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 69 tahun pada 17 Agustus 2014 yang lalu, telah menarik perhatian warga Palestina, salah seorang warga Gaza Palestina menuliskan ucapan selamat atas kemerdekaan Indonesia. Berikut isi surat ucapan Selamatnya:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada junjungan kita, Muhammad SAW.
Keluarga dan saudara kami yang mulia dan tercinta di Indonesia, pada peringatan hari kemerdekaan yang telah dibayar dengan nyawa para syuhada, darah dan tahanan para pejuang. Para pejuang Bangsa Indonesia sudah merasakan sebagaimana yg saat ini dirasakan bangsa Palestina, seperti pembunuhan dan penghancuran atas tanah dan bangsa kami.
Bangsa Indonesia sudah berjuang dan mengusir penjajah Belanda dgn penuh keberanian dan heroisme persis sebagaimana kami saat ini, para Pejuang Palestina yang berjuang melawan penjajah zionis Israel. Pemimpin bangsa Indonesia, Soekarno dan Hatta telah berjuang mengusir penjajah dan sekarang di Palestina, bangsa kami dan para pemimpin kami seperti Abul Abd Haniyah, Muhammad Addayf sedang berjuang untuk mengembalikan hak-hak kami yang direnggut penjajah zionis.
Sungguh penjajah itu sudah melakukan kejahatan kemanusiaan yang sangat luar biasa kepada bangsa Indonesia sebagaimana juga yang saat ini dilakukan oleh penjajah zionis kepada bangsa kami di Palestina, terutama di Gaza.
Untuk itu, kita adalah bangsa yang sama-sama telah merasakan hidup sakit dibawah tekanan dan kejahatan penjajah, kami berharap kepada Allah dalam waktu yang dekat, Palestina Merdeka sebagaimana bangsa Indonesia telah Merdeka. Kami melihat dan merasakan sendiri, masyarakat Gaza mencintai bangsa Indonesia di setiap sudut-sudut kota Gaza ada bantuan-bantuan yang sudah sampai kepada kami dari lembaga-lembaga kemanusiaan yang berasal dari Indonesia.
Dan Gaza pada saat bangsa Indonesia sedang memperingati hari kemerdekaannya. Semoga menjadi inspirasi bagi kami (di Gaza) untuk membebaskan Al Quds, Al Aqsha dan Palestina secara keseluruhan.
Salam CINTA dari saudaramu di Gaza, dan juga salam CINTA dari saudara-saudaramu yg masih mendekam di penjara-penjara zionis Israel di Tepi Barat.
Wassalaamu 'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuhu

Salam dari saya,
Fursan Khalifa (Abul Abbas)
Gaza, 16 Agustus 2014

Dalam catatan sejarah, dukungan untuk kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 pertama kali dimulai dari Palestina dan Mesir. Hal tersebut terungkap dalam buku berjudul “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc. pada tahun 1980.                                                                            

                                                                         ***

Allahu Akbar!! 
3700 Bayi Gaza Telah Lahir


Perempuan di Gaza dikenal sebagai wanita paling subur di dunia. Di samping keinginan para wanita Palestina melahirkan banyak generasi baru untuk memerdekakan Palestina dan menjadi syuhada, kesuburan mereka menjadi berkah yang mengiringi cita-cita mulia tersebut. Mereka juga meyakini, anak-anak yang mereka lahirkan merupakan pengganti warga Gaza yang telah gugur akibat serangan Zionis.

Berbeda dengan mental tentara Zionis-Yahudi yang dikenal takut mati, melahirkan adalah bagian dari pada jihad bagi warga Gaza. Karenanya, kematian bukan sesuatu yang ditangisi. “Kalau mereka membunuh seribu dari kami, maka kami akan mendatangkan beribu-ribu penggantinya,” demikian ujar seorang ibu di Gaza. “Hilang seribu, tumbuh tiga ribu,” begitulah yang terjadi di Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1412 putra- putrid Gaza, justru diobati Allah dengan lahirnya 3700 bayi. Menariknya, mereka lahir selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini. Jika dibandingkan antara angka kematian dan kelahiran di Gaza, maka angka kalahiran mencapai 50 ribu sedangkan kematian mencapai 5 ribu tiap tahunnya.

“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus mesa depan Gaza, 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2000 anak serta 1000 wanita mengalami luka-luka,” unkap Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza.

Haneen Al Farra, misalnya. Wanita berusia 30 tahun ini melahirkan seorang bayi perempuan satu jam setelah suaminya gugur akibat serangan udara Zionis Israel pada 1 Agustus 2014. "Bayi ini lahir untuk mengimbangi (warga Palestina) yang telah diambil oleh Israel," tutur Alfarra yang melahirkan di rumah tanpa bantuan medis. Al Farra bukanlah satu-satunya ibu yang melahirkan di rumah tanpa bantuan medis. Serangan udara Zionis Israel yang membabi buta telah merusak rumah sakit di Gaza dan membuat jalan ke rumah sakit menjadi tidak aman. Karenanya banyak wanita hamil yang kemudian melahirkan di rumah tanpa bantuan dokter.

Tampaknya Israel akan terus berhadapan dengan masalah demografi Palestina, dimana angka kelahiran di negeri itu semakin bertambah setelah terjadi peperangan. Ummu Ahmad, ibu 4 anak menegaskan hal itu. “Dengan izin Allah, saya akan melahirkan setiap tahun satu anak, kami akan terus memerangi mereka, kalau mereka membunuh seribu dari kami, maka kami akan mendatangkan beribu-ribu penggantinya.”

Statistik menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun, terjadi peningkatan jumlah penduduk di Gaza, dari 1 juta menjadi 1,5 juta jiwa. Yakni bahwa peningkatan mencapai hingga 50%. Kalau tahun 1997 Gaza meyumbang 36% jumlah penduduk Palestina, kini penduduk Gaza menyumbang 40 % kepada penduduk Palestina secara keseluruhan. Perkiraan tahun 2025 rakyat Palestina mencapai 6 juta jiwa. Peningkatan inilah yang dikhawatirkan Israel. Israel boleh saja berencana melakukan makar. Namun faktanya, makar Allah jauh lebih hebat dan lebih dasyat.

Semoga Allah terus meridhoi Gaza, Palestina.
Aku pun tertutuju padamu, saudara-saudariku. Allahku Akbar!


Salam penuh kasih,
Gia
di Indonesia


Referensi:

http://www.dakwatuna.com/2014/08/16/55856/surat-ucapan-selamat-hari-kemerdekaan-untuk-bangsa-indonesia-dari-gaza-palestina/
http://www.hipwee.com/opini/10-hal-yang-harus-kamu-tahu-soal-gaza-sebelum-ikut-ikutan-komentar/
http://www.bersamadakwah.com/2014/08/4500-bayi-gaza-lahir-warga-ini.html
https://www.facebook.com/notes/mukjizat-alquran/keajaiban-terjadi-di-gaza-3000-bayi-lahir-sepanjang-22-hari/55289210527
http://www.islampos.com/jumlah-korban-gugur-akibat-serangan-israel-di-gaza-sudah-2-018-129605/

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!