Aku Akan Segera Sehat, Ummi

Sabtu, Desember 20, 2014 6 Comments A+ a-

“Berapa banyak vitamin-vitamin berkualitas yang kamu konsumsi sejak kecil? Ummi kasih banyak! Ini semua untuk kesehatanmu, nak! Tapi, lihat dirimu sekarang. Kamu lemah dan sakit.” Begitu bergejolaknya emosi ummiku setelah ia tahu bahwa anak sulungnya sedang menderita penyakit paru-paru. Ummi kaget sekali, anak-anaknya yang tidak pernah sakit sedari kecil, tiba-tiba salah satu anaknya sakit, dan sakitnya cukup parah. Ibunda mana yang tidak sedih melihat anaknya menderita. Aku yakin, walaupun ia begitu emosi, tidak pernah ada rasa sesal telah merawat dan membesarkan anak-anaknya seorang diri.

Ayahandaku meninggal sejak aku berusia 5 tahun. Dan aku mempunyai dua adik perempuan yang memang jarak umur kami tidak terlalu berjauhan. Sudah 14 tahun dilewati ummiku seorang diri untuk membesarkan ketiga buah hatinya dengan sangat baik, mengalahkan ibu manapun di dunia ini. Ia sungguh wanita kuat.

Ummiku teramat trauma dengan penyakit paru-paru, suasana rumah sakit, dan bahkan dengan penderitanya. Diumurnya yang masih sangat muda, 27 tahun, ia sudah kehilangan ayahanda dan suami tercintanya karena penyakit paru-paru. Aku tahu, ummiku sungguh tidak ingin mengingat memori lama itu lagi, memori dimana kakek dan ayahandaku terbaring lemah di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya.
***
Oktober 2014

Mukaku pucat dan dadaku sesak. Batukku sungguh sakit sekali, seperti bagian toraks menggenggam erat paru-paruku. Aku sudah lama sekali batuk-batuk, sejak pertengahan tahun 2014. Tak aku hiraukan penyakit batuk-batukku ini. Toh biasanya sembuh hanya dengan meminum obat warung ditambah dengan istirahat yang cukup. Tatapi kenyataan berbicara lain. Batukku tidak kunjung sembuh, aktivitasku semakin tinggi intensitasnya, pola makanku pun menjadi tidak teratur. Aku bilang kepada Ummi, “Mi, batukku kok tidak kunjung sembuh yaaa?” Ummiku hanya menyarankan minum obat batuknya yang rajin.

Ia memang sering menghiraukan jikalau anak-anaknya sedang sakit, apalagi sakitnya hanya batuk, flu, dan sakit perut. Anak-anaknya sudah besar, ia yakin pasti penyakit ringan seperti itu sudah bisa diatasi sendiri. Ummi memang mempunyai strategi lain dalam menjamin kesehatan anak-anaknya, yaitu memberikan vitamin berkualitas sejak kecil. Tak dihiraukannya berapa biaya mahal yang ia keluarkan untuk membeli vitamin-vitamain itu. Ia berharap, anak-anaknya besar nanti akan tercipta imun antibodi yang kuat, sehingga tidak mudah sakit. “Tapi batukku sudah lama sekali, Ummi.”

Temanku bilang, “Mungkin kamu terkena Tuberculosis, gi. Ciri-cirinya itu, si penderita batuk-batuk terus walaupun sudah lama. Kamu gak batuk darah kan?”. “Astagfirullah, jangan sampe deh batuk darah,” jawabku.

Ummiku tetap kekeh untuk tidak akan pernah memeriksakanku ke dokter, apalagi membawaku ke rumah sakit. Ia selalu bilang bahkan dengan nada emosinya, “Ummi trauma dengan rumah sakit. Kakek dan bapak kalian di rumah sakit menderita sekali. Ummi yang susah payah merawatnya.”

Bisa saja aku pergi ke klinik terdekat ditemani adikku untuk memeriksakan batuk-batukku ini yang tak kunjung sembuh. Tapi tetap saja, langkahku berat sekali, jikalau ibundaku tidak mengizinkannya. Hari demi hari batukku semaki parah dan nafasku sering sesak. Badanku mengurus, dan rangka toraksku sangatlah terlihat. Aku lemah seperti tidak ada tulang. Sungguh lelah dan sakit sekali jika batuk-batuk itu datang. Dengan berat hati, 13 Oktober 2014, ummiku mengizinkanku untuk berobat ke klinik terdekat.

Dari hasil rontgen, paru-paru kanan dan kiriku terinfeksi. Terutama di bagian kiri, kata dokter paru-paruku sudah bolong, Subhanallah. Di kiri paru-paruku juga ada sedikit cairan. Ummiku sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Aku sangat membaca jelas, ada kemarahan di matanya kepadaku. Dengan lantang dan penuh emosi ia bertanya, “Kenapa kamu sampai terkena penyakit TB (Tuberculosis) Paru-paru ini? Kamu beraktivitas dimana? Bertemannya dengan siapa saja?” Hanya air mataku yang bisa menajwab semua pertanyaan-pertanyaan ummiku. Gumamku dalam hati, “Allah ingin aku lebih mencintai dan menyayangi-Nya, ummi.”

Penyakit Tuberculosis ada beberapa macam, salah satunya yang paling banyak diderita masyarakat adalah Tuberculosis paru-paru. Tetanggaku sekitar sudah banyak berpulang ke rahmatullah karena penyakit ini. Ummiku sudah banyak mendengar cerita-cerita dari teman-temannya tentang penderita penyakit Tuberculosis paru-paru. Hatinya semakin menyerah melihat kondisiku, sampai ia melontarkan pertanyaan, “Kamu mau sembuh atau mati saja?” “Aku kuat! InsyaAllah,” gumamku.

Penyakit Tuberculosis paru-paru disebabkan karena tertular dari penderita penyakit tersebut sebelumnya, mungkin kerabat keluarga, sahabat, tetangga yang memang sudah melakukan interaksi secara intens dengan penderita yang baru. “Tapi aku tidak pernah bergaul dengan teman-teman yang juga mengidap TB, ummi. Keluarga kita pun juga tidak ada,” sahutku. Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah SWT melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk takdir. Na’udzu billah…

Desember 2014

Ia ibu yang sungguh berbeda dari ibunda manapun yang ada di dunia. Ia kuat, ia tegar, ia tangguh, mengalahkan pahlawan wanita terhebat di Indonesia. Ia mengajarkan ketiga anak-anak perempuannya untuk selalu kuat, tegar dan tangguh dalam kondisi apapun. Ia selalu berhasil menyiratkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, walaupun dengan cara yang berbeda dari ibunda manapun.

Ia marah kepadaku, karena aku sakit dan hanya mampu melakukan aktivitas seminimal mungkin. Akupun tak enak hati hanya bisa melakukan hal-hal yang mudah saja dan tidak seaktif dulu. Keadaan ini memang serba salah. Aku sakit dan tidak bahagia, Astagfirullah. Tapi aku tahu, ummiku marah karena ia ingin menutupi kesedihannya yang begitu mendalam. Aku hanya bisa bersabar menghadapi kondisiku yang sekarang.

Ummiku semakin sedih melihat mukaku yang pucat dan tubuhku yang semakin kurus. Akhirnya ia sendirilah yang memutuskan untuk membawaku ke Rumah Sakit. Aku sudah terbaring di ruang IGD dengan infus dan selang oksigen. Ummiku selalu bolak-balik keluar masuk Rumah Sakit untuk beradaptasi. Aku tahu, ia sedang belajar mengusir rasa traumanya.

Selama tujuh hari aku terbaring di Rumah Sakit. Ummiku yang menemaniku selama aku berada disana. Ia sungguh sabar. Ibundaku yang penuh dengan emosi tapi ternyata emosi kasih sayang yang ia ungkapkan selama merawatku. Memang tak pernah terucap, “Sabar ya, nak,” tapi aku yakin ibundaku menyiratkan kata-kata yang lebih bermakna dari itu. Aku lega, ia mampu mengatasi rasa traumanya itu dengan suasana Rumah Sakit, penyakit paru-paru dan penderitanya.

Suatu malam aku terbangun karena ingin buang air kecil, dan tak sengaja aku melihatnya menitihkan air mata. “Ummi apa yang sedang kau pikirkan sebenarnya?” ucapku dalam hati. “Hendaklah kita harus bersabar dan ridha terhadap sakit yang sedang aku derita, ummi. Dengan bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar: ‘Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas’ (QS. Az-Zumar: 10),” batinku berucap dalam lelap tidurku. Aku mendengar ibundaku berbisik, “Syafakillah, nak. Ummi hanya ingin kamu punya semangat untuk sehat, agar ummi tak berlarut dalam kesedihan terus,” pinta ummiku.

“Aku akan segera sehat, Ummi. Semangat sehat ini untukmu.”
“I love you.”

Benar, “kasih ibu” memang bukan sekadar lagu. Tak perlu kubuktikan lagi.






6 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
Minggu, Desember 21, 2014 delete

kak giaa, cepet sembuh yaaa kak. semangaat^^/

Reply
avatar
Hilmy Notes
AUTHOR
Minggu, Desember 21, 2014 delete

Syafakillah ukhti,
do'akan adikku juga yang kena penyakit TB.

Reply
avatar
Edot Herjunot
AUTHOR
Senin, Desember 22, 2014 delete

Cepet sembuh ya ...
semoga cepet sehat... biar Ummi gak sedih lagi :)

gue juga lagi batuk berulan-bulan.. tapi gak sembuh2 :)

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Jumat, Desember 26, 2014 delete

wah... periksain tuh bang

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!