Bahasa Asing: Pemecah atau Pemersatu Bangsa Indonesia yang Berbahasa Satu

Rabu, Oktober 22, 2014 3 Comments A+ a-

“Terlalu mudah untuk saya mengatakan bahwa bangsaku tidak akan terpecah hanya karena bahasa asing” Sitti Ghaliyah

Sungguh terlalu mudah bagi saya untuk mengatakan bahwa bangsaku, bangsa Indonesia tidak akan terpecah karena bahasa asing. Bangsa saya ini kuat sekali, ia mempunyai beragam suku, beragam etnis, beragam bahasa daerah, bahkan mempunyai banyak pulau yang jaraknya cukup berjauhan. Sungguh! Bangsa saya terlalu kuat jika dapat terpecah hanya karena adanya bahasa asing yang masuk mengglobal di Negara tercinta saya ini, Indonesia. Saya menjadi tergelitik *sedikit tersenyum* untuk menuliskan sebuah artikel di blog saya tentang bahasa asing, akankah ia menjadi pemecah atau pemersatu bangsa Indonesia yang berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia. Saya meyakini, bukan karena bahasa. Bukan! Tetapi karena hal lain, yang lebih krusial untuk memecahkan bangsa saya yang kuat ini. Mungkin karena nasionalisme dan patriotisme yang mulai memudar di kalangan pemuda Indonesia saat ini.


Saya jadi teringat beberapa tahun silam, bahwa saya pernah mempelajari bahasa asing, bahkan tiga bahasa asing yang saya pelajari semasa di bangku sekolah (sekolah negeri), yaitu Mandarin, Deutch (bahasa Jerman) dan English (bahasa Inggris). Di sekolah negeri lain pun ada juga yang menjadikan bahasa asing sebagai mata pelajaran, seperti bahasa Jepang, Rusia, Korea, Perancis, dan banyak lainnya. Bahasa asing tersebut dijadikan mata pelajaran loh, yang dipelajari siswa-siswi di sekolah negeri, bukan hanya sekadar mempelajari bahasa asing seperti di sekolah berkurikulum internasional atau tempat-tempat kursus. Mengapa terjadi fenomena seperti itu?

Bahasa merupakan kenyamanan berkomunikasi si pemakai bahasa, benarkah?

Berbicara mengenai bahasa, menurut saya bahasa adalah salah satu alat berkomunikasi yang membuat nyaman si pemakai bahasa tersebut. Ya, kenyamanan! Seseorang akan menggunakan bahasa paling nyaman baginya untuk kepentingan kehidupan sehari-harinya, terutama hal-hal yang positif dan mempunyai etika. Masyarakat di daerah akan menggunakan bahasa daerah, karena bahasa daerahlah yang membuat masyarakat nyaman berkomunikasi di daerah mereka. Siswa-siswi blasteran (tetapi masih ada darah Indonesia) belajar di sekolah internasional menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris, karena faktanya hanya bahasa Inggrislah, bahasa yang membuat siswa-siswi menjadi nyaman dalam berkomunikasi dengan beragam siswa-siswi blasteran lainnya di sekolah tersebut. Adalagi biasanya anak-anak muda zaman sekarang menggunakan bahasa gaul, gue, elu, dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari. Begitulah berbahasa dalam kehidupan sehari-hari, ia akan membuat nyaman si pemakai dalam berkomunikasi, asalkan tetap beretika baik dan positif, tentunya selain menggunakan bahasa tubuh. Bagaimana dengan bahasa Indonesia, bahasa pemersatu bangsa Indonesia?

Menurut Depdiknas (2005: 3), bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Secara sosiologis, bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Kita mengenalnya sebagai sumpah pemuda.
Sumpah Pemuda
“Kami putra dan putri Indonesia,mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia"“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia”“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
Bahasa Indonesia akan sangat membantu dalam menyatukan perasaan, ide dan pikiran bahkan langkah seluruh masyarakat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan maju, dimana 244 juta penduduk Indonesia bertukar pikiran dan berkomunikasi dengan nyaman menggunakan bahasa yang satu, yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa Indonesia memang sudah digariskan untuk menjadi bahasa yang tetap bagi Indonesia dan wajib menjunjungnya dengan cara menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan nyaman sesuai dengan etika yang baik dan positif.

Adakah yang salah dengan bahasa daerah di Indonesia?

Apakah karena bahasa daerah yang sungguh banyak ragamnya, mampu memecah bahasa Indonesia, sebagai bahasa pemersatu? Bukan karena bahasa daerah. Seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan karena keberagaman bahasa yang dimiliki Indonesia.

“Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya dan menjadi jati diri bangsa dan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa harus dilestarikan secara seimbang”

Berdasarkan data UNESCO, setiap tahun ada 10 bahasa di dunia yang punah dan di era yang serba modern ini diperkirakan laju kepunahan bahasa akan lebih cepat lagi. Kini hanya tinggal 600 hingga 3.000 bahasa, hampir separuhnya memiliki penutur kurang dari 10.000 orang dan seperempatnya lagi kurang dari 1.000 orang. Tahukah Anda? Ada satu bahasa di Nusa Tenggara Timur yang memiliki bahasa dengan jumlah penutur hanya 50 orang, yaitu bahasa Maku’a.

Karena jumlah penduduk Indonesia yang memiliki beragam etnis dan suku, maka ada sekitar 706 bahasa yang saat ini Indonesia miliki. Bahasa apakah yang membuat kita menjadi satu, tentu jawabannya adalah bahasa Indonesia. Lalu, salahkah jika masyarakat Indonesia juga berbahasa selain bahasa Indonesia, misalnya bahasa daerah? Tentu tidak sama sekali. Bahasa daerah dan bahasa Indonesia harus dilestarikan secara seimbang.


Sebenarnya pengenalan bahasa daerah kepada anak-anak Indonesia sangat penting agar anak-anak tidak tercabut dari akar sosial budaya yang juga dimiliki orang tuanya. Tidak dipungkiri bahwa banyak dimensi budaya yang tidak bisa diserap atau dijelaskan dengan bahasa Indonesia, sehingga apabila ingin memahaminya, tetap harus menguasai bahasa daerah. Bahasa daerah harus tetap lestari namun anak-anak juga tentunya harus menguasai betul bahasa pemersatu kita dengan baik, yaitu bahasa Indonesia agar berwawasan nasional dan berjiwa patriotisme. Setiap keluarga hendaknya memperkenalkan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan kepada anak-anaknya sejak usia dini. Hal itu penting sebab di satu sisi anak perlu memahami budanyanya dengan menguasai bahasa daerah, di sisi lain anak-anak juga harus mampu menyerap pengetahuan yang dipelajarinya dengan bahasa Indonesia.

Bagaimana dengan bahasa asing? Akankah ia menjadi pemecah bangsa Indonesia yang berbahasa satu?

Bahasa asing berfungsi sebagai penunjang komunikasi internasional. Selain itu, bahasa asing juga menjadi pentransfer ilmu pengetahuan. Seperti contoh, saya yang sedang menimba ilmu eksak menggunakan buku-buku berbahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dosen-dosen saya pun juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar kuliah kami. Mengapa demikian? Cukup banyak sekali makna-makna fisis ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu eksak yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka dari itu kami menggunakan buku-buku dan bahasa pengantar langsung yang pertama kali membuka gerbang ilmu pengetahuan. Bahasa asing mampu mengartikan IPTEK yang tidak dapat diartikan makna fisis sebenarnya ke dalam bahasa Indonesia. Kita memerlukan bahasa asing untuk perkembangan IPTEK di Indonesia.


Bahasa asing memang sudah menggelobal di negera tercinta kita, Indonesia. Terutama bahasa Inggris, banyak sekali masyarakat Indonesia, baik yang muda maupun yang tua, berlomba-lomba untuk belajar bahasa Inggris, mulai dari belajar otodidak sampai mengikuti kursus bahasa Inggris. Adakah yang salah dengan fenomena ini? Menurut saya tidak.

Bahasa asing, terutama bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang menghubungkan negara Indonesia dengan negara-negara maju lainnya, baik dari bidang ekonomi, pembangunan, politik, dll. Kalau Negara kita ingin maju, maka belajarlah dengan global asalakan kita paham dengan etika berbahasa. 

AEC (ASEAN Economic Community) 2015

Terlebih lagi kita akan memasuki AEC (ASEAN Economic Community) 2015, dimana negara-negara ASEAN akan menjadi sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. Kehadiran ASEAN Economic Community bisa membantu ketidakberdayaan negara-negara ASEAN dalam persaingan global ekonomi dunia yaitu dengan membentuk pasar tunggal yang berbasis di kawasan Asia Tenggara.


Teman-teman, kita harus sadar dan peduli soal nasib bangsa kita ini, kita harus punya daya saing yang tinggi. Kita sebagai kaum muda benar-benar harus mempersiapkan diri. Dan tahukah kamu, persiapan apa yang paling urgent untuk kamu lakukan? Adalah lancar berbahasa Inggris. Ternyata bahasa Inggris itu penting. Di ASEAN, bahasa Inggris sudah menjadi bahasa yang pertama dan utama. Jika kita ingin bisa menjadi tenaga kerja terampil di negara orang (pilihlah Singapura, negara yang paling maju di ASEAN, dollarnya tinggi), maka apa kualitas pertama yang dipertanyakan? Jawabannya adalah komunikasi berbahasa Inggris. Jika kita tidak bisa berbahasa Inggris, maka kita hanya akan menjadi tenaga kerja tidak terampil, seperti menjadi tukang cuci gosok di negeri orang, yang tidak perlu berkomunikasi berbahsa Inggris. Begitupun sebaliknya di negara kita.

Berdasarkan data BPS tahun 2012, tenaga kerja Indonesia yang produktif adalah 120 juta orang. Lalu bagaimana jika nanti tenaga kerja asing masuk ke Indonesia seperti tenaga kerja Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dll yang memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris atau keterampilan lainnya yang lebih baik dibandingkan negeri kita? Dalam waktu yang singkat, perguruan tinggi Indonesia harus mampu mempersiapkan lulusan yang siap bersaing di kancah internasional. Sebab jika tidak, nantinya kita justru menjadi penonton di kandang sendiri.

Bukan Bahasa, tetapi Prestasi!



Etika berbahasa yang benar adalah seseorang dengan nyaman berkomunikasi (berbicara dan menulis) menggunakan bahasa yang baik. Jika ia menggunakan bahasa daerah, maka gunakanlah bahasa daerah dengan baik. Jika menggunakan bahasa Indonesia, maka gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik. Begitupun halnya dengan bahasa asing atau bahasa Inggris, berbahasa asinglah dengan baik dan memang sesuai kegunaan, tempat dan kondisinya. Jangan gunakan bahasa asing untuk ajang pamer atau bergaya agar terlihat professional, tetapi guanakanlah bahasa asing untuk ajang belajar dan memang keperluan professional. Begitupun bahasa Indonesia, berbahasalah dengan baik, menulis lah dengan baik menggunakan bahasa Indonesia.

Bagaimana dengan bahasa gaul berbahasa Indonesia? Menurut saya itu tidak masalah, karena pergaulan membutuhkan bahasa komunikasi yang nyaman, asalkan esensi dan etika berbahasa Indonesia tetap dijunjung tinggi. Walaupun berkomunikasi dengan bahasa gaul, tetapi kita harus tetap berbahasa Indonesia dengan beretika baik, seperti menggunakan bahasa dengan sempurna, tidak menggunakan bahasa yang disingkat-singkat setiap katanya ataupun dicampur-campur dengan bahasa yang lain, seperti “thank you banget”, “sepertinya inav aja ya”, dll.

Bahasa asing menurut saya justru pemersatu bangsa Indonesia berbahasa satu. Bahasa asing, terutama bahasa Inggris akan tetap menjadi bahasa komunikasi internasional yang membawa negara ini mengglobal sebagai negara maju. Justru dengan berbahasa asing, pemuda-pemudi Indonesia akan terus berprestasi di kancah internasional. 

Di era modern ini, bukan bahasa yang harus kita permasalahkan. Terlalu sibuk rasanya untuk mempermasalahkan bahasa asing yang menjadi pemecah atau pemersatu bangsa Indonesia yang berbahasa satu. Kita harus mempertanyakan prestasi-prestasi kita terutama sebagai generasi mudanya Indonesia sebagai pilar bangsa. Kalau generasi berprestasi, tentu ia akan sangat mampu bertutur bahasa dengan baik, baik berbahasa Indonesia ataupun berbahasa asing. Sejago-jagonya seseorang berbahasa asing, asalkan ia berjiwa nasionalisme dan berpatriotisme tinggi, tentu ia akan sangat tahu betul bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa, tidak akan ada bahasa lain yang dapat memecah bangsa ini hanya karena bahasa. Bukan bahasa yang harus dipertanyakan, tetapi prestasi yang terus dihasilkan untuk bangsa Indonesia.

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dan tulisan ini adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.

Postingan ini diikutsertakan dalam Blog Competition UNJ dengan tema Sumpah Pemuda Modern


3 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
zachflazz
AUTHOR
Rabu, Oktober 22, 2014 delete

wahh, syaratnya mahasiswa. udah deh, saya tiarap.

Reply
avatar
zachflazz
AUTHOR
Rabu, Oktober 22, 2014 delete

tapi pesen saya buat Mbak Gia: harus juara!

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Kamis, Oktober 23, 2014 delete

Aamiin haruuuuss juaraaaa

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!