Mimpi ASEAN Economic Community 2015: Ancaman atau Peluang?

Selasa, Februari 11, 2014 4 Comments A+ a-

Oleh Sitti Ghaliyah
Media Division, Nusantara Young Leaders

Tulisan ini saya buat untuk membantu membelalakkan mata teman-teman yang belum/sudah mengetahui/mengerti tentang ASEAN Economic Community 2015. Jika, Anda merasa tulisan ini pantas untuk di-share, tolonglah di-share, biar kita gak menjadi orang asing di negeri sendiri!

InsyaAllah tulisan ini menggunakan kalimat dan kata-kata yang mudah dimengerti. Jadi saya mohon kepada teman-teman untuk mau membacanya. Kritik dan saran dari teman-teman sangat terbuka lebar untuk penulis. Ayo diskusi... jika teman-teman sudah paham dan mengerti setelah membaca tulisan ini


Terus terang, saya juga baru mengetahui tentang ASEAN Economic Community 2015. Saya pikir, ini bukan kewajiban saya untuk mengetahui tentang hal itu. Toh, saya kan anak fisika, kayaknya yang kudu tahu soal AEC 2015 yaa sebangsa anak ekonomi, anak hukum, anak hubungan internasional, dll (baca: Mahasiswa). Jadi, anak eksak macam saya ini gak penting-penting banget buat tahu soal beginian. Ternyata presepsi saya itu salah besar. Salah! Saya beruntung bisa mengetahui dan mempelajari AEC 2015 dan mendapatkan ilmu tambahan dari Bapak Bobby Stiven S.H, LL.M. Dan saya mau membagi-bagikan ilmu saya yang sangat sedikit ini buat teman-teman yang juga belum tahu atau bahkan sama sekali belum pernah mendengar soal AEC 2015.

Bismillah.. Teman-teman kita itu harus sadar dan peduli akan nasib bangsa ini. Terserah mau bilang kalimat saya ini terlalu lebay atau gimana, tapi beneran deh, teman-teman haruslah care. Saya akan menceritakan sedikit dari mana muncul gagasan Mimpi AEC 2015. Jadi begini, di benua eropa ada 28 negara yang tergabung dalam The European Union. Sejujurnya ASEAN kita ini mencontoh dan meniru (mengakui meniru) The European Union. Melihat EU ini cukuplah berhasil dalam beberapa bidang yang sudah dirintis lama, seperti goods, services, living and working, dll. ASEAN berlogika, jika EU berhasil dengan wilayah 28 negara yang cukup luas, kenapa gak untuk AEC juga bisa dengan wilayah regional yang hanya terdiri dari 10 negara saja (tidak termasuk Timor Leste dan Papua Nugini). AEC direncanakan akan terimplementasi pada tahun 2020. Tapi karena suatu alasan, yaitu mimpi ASEAN yang ingin buru-buru untuk berhasil seperti EU, maka AEC dipercepat menjadi tahun 2015. Sungguh ini mimpi yang gak rasional.




Ada istilah The Concept of Internal Market alias pasar bebas, pasar yang terjadi antara anggota di dalamnya. Nah, EU ini menganut The Concept of Internal Market. Saya akan menceritakan sedikit terkait hal ini. Internal market atau pasar bebas, ya berarti bener-bener bebas alias Free Movement. Jadi, kalau ada orang belanda yang mau ke paris, terus orang belanda itu diperiksa macam-macam, jelas ini sudah melanggar aturan The Internal Market. Gak boleh ada hambatan sama sekali antar sesama anggota. Masuk bebas, keluar pun bebas. Jika terjadi hambatan dalam hal tersebut, maka hukum akan berlaku. Kurang lebih begitulah maksudnya free movement. Jadi, Internal market adalah pasar bebas yang memiliki kebebasan bergerak terhadap barang, jasa, investasi, orang, yang terjadi di negera yang tergabung dalam EU untuk bisa bebas hidup, bekerja, belajar, berinvestasi dan melakukan bisnis. Contoh, orang belanda jelas boleh bekerja ataupun belajar di Paris tanpa anda persyaratan apapun yang dapat menghambat orang belanda tersebut. Bebas sekali bukan? Konsep The Internal Market ini juga akan berlaku pada Mimpi AEC 2015. Bisakah kita? Ooo.. saya masih asik untuk terus memaparkan lebih banyak lagi.

Gak Cuma bebas, tapi semua pun juga legal. Seandainya The Internal Market terjadi di ASEAN, contoh ada warga negara Myanmar yang teroris. Dia menjadi buronan di negaranya sendiri. Maka dia akan bebas membawa dirinya serta perlengkapan terorisnya untuk masuk ke negara-negara ASEAN. Teroris tersebut bebas masuk ke Indonesia atau Malaysia atau Vietnam tanpa harus diperiksa passportnya atau visanya, dan juga bebas dari pemeriksaan apapun (sekiranya yang dapat menghambat jalannya si Teroris tersbeut). Asik sekali bukan? Oia, Konsep The Internal Market juga menyamaratakan nilai pertukaran uang. Jadi semua uang akan sama nilainya di mata AEC.

The EU mempunyai anggota di wilayah regional benua Eropa. Sedangkan AEC mempunyai anggota di wilayah regional South East Asia. Wilayahnya kecilan mana? Jelaslah AEC. Jadi petinggi-petinggi ASEAN berlogika, EU ajah bisa melakukannya, pasti AEC yang wilayah regionalnya lebih kecil pasti juga mampu mewujudkan mimpinya tersebut. Legal Basisnya The EU adalah Lisbon Treaty 2007, semacam perjanjian yang punya sebab akibat. Sedangkan AEC punya legal basisnya yaitu ASEAN Charter 2007, charter itu semacam deklarasi yang sekedar terucap. Jadi gak punya kekuatan hukum apa-apa. Di wilayah EU, walaupun the Internal Market terjadi, tetapi EU punya Treaty yang dimana jika anggotanya melanggar sesuatu maka akan mendapatkan hukuman juga. The EU punya institusi, yaitu The European council, The council of ministers, The European commisions, The European central bank, and The European Court of Justice. Nah, jika anggota EU ada yang bermasalah dengan anggota lainnya (baca: Negara yang tergabung dalam EU), maka yang menyelesaikan masalah tersebut adalah The European Court of Justice. Beda sama kita. Kalau di ASEAN ada yang berantem, kita harus diadili ke PBB yang jauh banget. Ibaratnya, ada anak yang nakal, otomatis yang marahin adalah mama papanya kan? Gak mungkin anak yang nakal itu sampe dibawa ke yang jauh-jauh seperti ke polisi atau bahkan ke presiden. AEC itu masih lemah.. masih terlalu instan untuk diwujudkan. Institusi AEC juga masih belum kelihatan serius-serius, seperti The Secretariat, Secretary General, dan The Leaders Summit.

The EU baru bikin konsep The Internal Market itu tahun 1992 loh, dan sampai sekarang visi dan misi dari The Internal Market-nya juga masih belum komplit alias belum sempurna. Bagaimana dengan AEC 2015? Oh.. itu sunggu mimpi saja sepertinya. Seandainya AEC benar-benar terjadi di tahun 2015, pertanyaannya sekarang adalah ancaman atau peluang untuk Indonesia (karena kita adalah Indonesia, maka kita lirik negeri kita sendiri yaa)?

Yuk, sekarang kita lihat negeri kita tercinta ini. Perhatikan baik-baik... lihat disekitar kita. Coba tanyakan pada mba-mba yang lagi jalan, “Mba, tahu AEC 2015, gak?” Oh..oke mba-mba itu mungkin gak tahu. Coba kita tanyakan pada teman sekelas kita, “Lu tahu AEC 2015 gak?”. Saya juga terkejut, ketika saya ngetes bertanya pada salah seorang ketua BEM di kampus saya, ternyata beliau tidak tahu apa itu AEC 2015. Saya jadi merasa terpanggil untuk menuliskan ini kepada teman-teman bagi yang belum mengetahuinya, dan bagi yang sudah paham dan mengerti, yuk kita diskusi apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus kita persiapkan jikalau Mimpi AEC 2015 ini benar-benar terwujud.

Teman-teman, AEC 2015 adalah cita-cita yang masih terlalu jauh untuk kita, i am sorry, i said like that. Nyatanya memang benar. AEC 2015 belum siap untuk diimplementasikan. Pemerintah Indonesia belum bersahabat, rakyaknya pun juga belum siap. Tahu gak apa akibatnya jika ini terjadi, akan terjadi marginal dan kesenjangan sosial. Mau Indonesia semakin terpuruk? Nggak toh? Contohnya pemberitaan di televisi atau pemberitaan di media cetak sama sekali belum menggaungkan soal AEC 2015, saya jadi miris jikalau kita beneran menjadi orang asing di negeri sendiri.

Teman-teman, kita harus sadar dan peduli soal nasib bangsa kita ini, kita harus punya daya saing yang tinggi. Kita sebagai kaum muda bener-bener harus mempersiapkan diri. Dan tahukah kamu, persiapan apa yang paling urgent untuk kamu lakukan? Adalah lancar berbahasa Inggris. Ternyata bahasa Inggris itu penting. Di ASEAN, bahasa Inggris sudah menjadi bahasa yang pertama dan utama. Jika kita ingin bisa menjadi tenaga kerja terampil di negara orang (pilihlah Singapur, negara yang paling maju di ASEAN, dollarnya tinggi), maka apa kualitas pertama yang dipertanyakan? Jawabannya adalah komunikasi berbahasa Inggris. Jika kamu gak bisa berbahasa Inggris, maka kamu hanya akan menjadi tenaga kerja tidak terampil, seperti jadi tukang cuci gosok di negeri orang, yang gak perlu berkomunikasi berbahsa inggris. Begitupun sebaliknya di negara kita.

Berdasarkan data BPS tahun 2012, tenaga kerja Indonesia yang produktif adalah 120 juta orang. Lalu bagaimana jika nanti tenaga kerja asing masuk ke Indonesia seperti tenaga kerja Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dll yang memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris atau keterampilan lainnya yang lebih baik dibandingkan negeri kita? Dalam waktu yang singkat, perguruan tinggi Indonesia harus mampu mempersiapkan lulusan yang siap bersaing di kancah internasional. Sebab jika tidak, nantinya kita justru menjadi penonton di kandang sendiri.

Indonesia juga harus mempersiapkan diri, diantaranya meninggikan kualitas produk anak bangsa, menstabilkan goncangan perekonomian yang terjadi, mengetatkan keamanan sumber daya energi dan alam kita yang berlimpah ini, dll. Kuncinya rakyat Indonesia harus benar-benar peduli. Kunci terbesarnya ada ditangan pemudanya yang sadar akan nasib bangsanya di masa depan. Jikalau Mimpi AEC 2015 ini benar-benar terjadi (cepat ataupun lambat), saya tanya apa yang sudah kamu persiapkan untuk 2 tahun kedepan? Siap atau tidak siap pemuda Indonesia harus menghadapi persaingan. ASEAN Economic Community (AEC) bisa menjadi ancaman jika pemuda-pemudi Indonesia tidak mampu bersaing dan menjadi peluang jika mampu bersaing. Kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan jangan menjadi orang asing di negeri sendiri.

Mampukah pemuda-pemudi Indonesia siap bersaing menghadapi AEC 2015? Tentunya mampu. Pemuda Indonesia harus berperan penting untuk menghadapi AEC 2015. Ciptakan kualitas diri yang mumpuni untuk kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diharapkan. Jangan sampai pemuda-pemudi Indonesia kalah saing dengan kawula muda dari negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Edukasi di Negeri sendiri dengan pendidikan yang berkualitas, sadar dengan kompetensi dan keterampilan yang kurang, sosialisasi, lalu proteksi diri dan proteksi Negeri. Pemuda-pemudi Indonesia juga harus memiliki integritas, yakni berkata, bersikap dan bertindak jujur serta berpihak pada nilai yang benar dan kepentingan publik.



“Jika Kita ingin suatu Bangsa di masa yang akan datang, lihatlah pemudanya saat ini. Oleh karena itu Kita memiliki tanggung jawab yang besar untuk Indonesia tercinta dengan terus bergerak dan terus peduli untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi”. Maka dari itu para pemuda segeralah peduli, berpikir dan bergerak untuk kepentingan bersama, untuk Negeri kita tercinta, demi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, berbuat untuk Indonesia, mengabdi untuk Negeri. Indonesia optimis!

Saya, Sitti Ghaliyah, sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi AEC 2015. Kamu juga ya!

Mohon maaf apabila ada salah-salah kata dalam tulisan ini. Berharap teman-teman sudah cukup mengerti tentang penjelasan saya yang singkat ini. Jika diantara teman-teman ada yang memiliki ilmu yang lebih terkait hal ini, mohon di share juga yaa.. yuk diskusi..


4 Cuap Cuap

Write Cuap Cuap
Una
AUTHOR
Jumat, Februari 14, 2014 delete

Cieee Gia keren!!!
Eh, seleksi pertukaran pemuda antar negara bakal dibuka loh Gi... KTPmu DKI kan? Cek: @PCMIJakarta yah!!

Reply
avatar
Senin, Februari 17, 2014 delete

YEAHH!!

Tapi emang bener sih. kualitas tenaga kerja indo sama kualitas produk nya belum begitu siap untuk go internasional. dijamin bakal kalah. kalau pun ada yg menang paling nggak berapa.

Yang sederhana aja deh contohnya:
Sepeda motor, mobil, handphone, baju, dll.

rata2 orang indo nyari barang2 luar untuk produk-produk itu. meskipun di indo sendiri ada.

Reply
avatar
Gia Ghaliyah
AUTHOR
Senin, Mei 26, 2014 delete

Kayaknya kalau gitu mindset orang-orang Indonesia perlu dirubah deh. Sebenernya untuk praduk dalam negeri, kita gak kalah keren kok. Dan budaya cintai produk dalam negeri mesti ditanamin nih untuk masyarakat Indonesia. Gak usah muluk-muluk deh, pemuda nya aja dulu.

Reply
avatar

Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!