Amanah Kelas Sumayyah

Jumat, Agustus 12, 2016 0 Comments A+ a-


Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah disiksa dengan kejam, maka beliau menengadahkan ke langit dan berseru,

“Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.”

Sumayyah binti Khayyat mendengar seruan Rasululla, maka beliau bertambah tegar dan optimis. Dengan kewibawaan imannya, dia mengulang-ulang dengan berani, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”

Begitulah, Sumayyah binti Khayyat telah merasakan kelezatan dan manisnya iman sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang remeh dalam rangka memperjuangkan akidahnya. Hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para tagut yang zalim; mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya, sekalipun hanya satu langkah semut.

Sementara Yasir telah mengambil keputusan sebagaimana yang dia lihat dan dia dengar dari istrinya, Sumayyah binti Khayyat pun telah mematrikan dalam dirinya untuk bersama-sama dengan suaminya meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tatkala para tagut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah binti Khayyat maka musuh Allah Abu Jahal melampiaskan keberangannya kepada Sumayyah dengan menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya kepada Sumayyah binti Khayyat. Terbanglah nyawa beliau dari raganya yang beriman dan suci bersih. 


Sumber: KisahMuslim.com

***

Saat Rapat Kerja Guru (sebelum kegiatan belajar dimulai), aku telah diamanahkan untuk menjadi wali kelas IX Putri, yang hanya terdiri depalan santri. Mereka adalah, Pipet, Tepu, Ririn, Reyna, Sulis, Arwa, Aminah, dan Tri. Empat santri dari Ambon, sisanya dari Serang dan Lampung.

Menjadi wali kelas, menurutku ini amanah yang tidaklah mudah. Mulai dari mengontrol kebersihan kelas IX setiap hari sebelum belajar dimulai sampai mengisi rapor mereka di setiap akhir semester. Oia, mereka memanggilku Ibu Gia. Semoga saja dengan diberikannya amanah ini kepadaku, aku bisa sekaligus belajar menjadi ibu bagi delapan santri-santriku.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS: Al-Anfaal ayat 27)


Jadi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai (pada hari Sabtu), hari Jumat ini agendanya bersih-bersih kelas. Yey!

Awalnya, kelas XI gak kebagian ruang kelas. Ruang kelas XI tempatnya di lantai 3 Masjid Aisyah, alias ruang rapat para guru. Alhasil yang seharusnya kita bersih-bersih kelas, tapi kita malah photo session deh.

Di hari Sabtu, Kelas XI diharuskan Tes Online Matrikulasi. Dan di hari itu juga, kita mendapatkan kabar yang menggembirakan, yaitu kelas XI mendapatkan kelas baru. Ya, kelas beneran, lengkap dengan kursi, meja, dan papan tulis. Alhamdulilah.

Nah, di hari Minggu-nya, ada agenda menghias kelas. Sebelum menghias kelas, ada beberapa hal yang harus disepakati bersama, diantaranya pemilihan nama kelas, penentuan struktur kelas, pembagian jadwal piket, dan penetapan peraturan kelas. Oia, gak lupa, agenda pada hari itu dimulai dengan bermain "Panen Permen" dan "Baris Klasifiskasi". Permainan itu untuk lebih mengenal di antara kita semua.

"Kelas XI Putri ingin dinamai apa ya? Clue-nya adalah sahabat Nabi yang perempuan."

Dengan sigap, Tepu langsung menyebutkan nama Sumayyah.

"Kenapa Sumayyah, Tepu?" tanyaku kepadanya.

"Ia bu, Sumayyah binti Khayyat adalah wanita pertama yang akan masuk surga. Beliau adalah wanita pertama yang syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah memberikan contoh baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanan, beliau telah mengerahkan segala yang beliau miliki dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan imannya. Beliau telah mengorbankan nyawanya yang mahal, dalam rangka meraih keridhaan Rabbnya. Mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanan," jelas Tepu.

Aku dan santri lainnya fokus mendengarkan penjelasan Tepu tentang Sumayyah.

"Ok, semua sepakat kalau nama kelas kita adalah Sumyyah?"

"Sepakaaaaat bu!" jawab mereka serempak.

Ya, gak perlu waktu lama untuk menentukan nama kelas XI. Alhamdulilah.

Selanjutnya adalah penentuan struktur kelas. Arwa terpilih menjadi ketua kelas, dan wakilnya adalah Reyna. Pemilihan ini berdasarkan hasil voting alias kesepakatan bersama. Dan sekali lagi, gak perlu waktu lama untuk menentukan struk kelas. Seneng deh!

Setelah semua agenda selesai untuk disepakati, saatnya menghias kelas.

Di hari Jumat lalu, aku sudah membelikan berbagai peralatan untuk menghias kelas, mulai dari karton sampai paku payung. Pokoknya lengkap deh.

Nah, yang mau aku bikin banget adalah "Mimpi Kita" yang nantinya dipajang di bagian belakang kelas. Tapi, sebelum membuat "Mimpi Kita" aku meminta mereka untuk foto satu persatu dengan background dinding di Masjid. Mereka bergaya seakan-akan tangan kiri sedang memegang payung dan tangan kanan sedang menarik suatu benda.

Setelah usai sesi foto satu persatu, saatnya menuju ruang kelas dan siap menghias kelas.



Aku menginstruksikan mereka untuk berbagi job. Tepu penanggung jawab Quotes, Sulis penanggung jawab Peraturan Kelas, Arwa penanggung jawab Tag line kelas "Kami Cerdan dan Siap Berprestasi", Aminah spesialis menggambar wajah, dan sisanya bagian ngelem dan menggunting. Alhamdulilah, kerja tim seperti ini bisa cepat selesai, hanya dalam waktu 4 jam saja.

Ini dia penampakkan bagian belakang kelas, Mimpi Kita.



Semoga amanah yang diberikan kepadaku ini bisa aku jalankan dengan baik. Dan semoga aku bisa mengantarkan mereka untuk meraih mimpi-mimpi mereka di tahun ini. Aamiin. Mereka santri-santriku, anak-anakku, sekaligus adik-adikku. Bismillah....


Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!