Artis Instagram

Rabu, Oktober 22, 2014 12 Comments A+ a-

Hobi gue sekarang ngeksis di Instagram. Hahaha! Temen gue sampai menjuluki kalau si Gia ini artis instagram saingan sama Ibu Ani Yudhoyono. Haduuuuh... gak niat saingan sumpah hihihi.

Awal-awal gue punya instagram, entahlah tangan gue ini gatel banget pengen meng-upload foto-foto moloooo... Satu hari bisa 3-5 foto yang gue upload. Pantes kan yaaa dibilang saingan sama Ibu Ani, hehehe maaf bu ^^V. Menurut gue, Instagram itu bener-bener kayak album foto tapi versi online. Seneng ajaaa gitu ngoleksi foto-foto di instagram sendiri.

Oia, gue itu lumayan jarang foto selfie loh. Paling kalau mau selfie sama temen deket aja. Itupun jaraaaang. Jadi kalau nyari foto gue yang selfie pasti susah deh nemunya *kayak ada yang mau nyari aja gii. Gue paling sering meng-upload foto-foto kegiatan aja. Ada kepuasan sendiri kayak mengenang momen berharga terus di-love sama followers kita ihiiiy!

Teruuuus gue juga hobi nge-love-in foto-foto following gue. Mereka kayak ngasih inspirasi ke gue dengan meng-upload foto-foto mereka. Biasayanya kalau instagramnya temen deket gue pasti gue love, walaupun fotonya kurang menarik... yaaa itung-itung care aja *eh

Nah di instagram, gue tuh gampang ketawa ngakak. Terutama kalau ngeliat postingan video dari 9gag. Sumpah lucu bangeeeet. Soalnya di 9gag sering upload tentang hewan terutama kucing dan anjing....

Yuk follow @Giaghaliyah hihihi!


Photobucket

"Postingan ini diikutsertakan dalam Giveaway untuk merayakan 6 tahun blog Aul Howler"

Auuuul... ciyeee kece banget sih lo! Selamat yaaa blognya sudah berusia 6 tahun dengan +200.000 pengunjung dan +790 followers. Kece badaaaaai.... terus menginspirasiii..

Bahasa Asing: Pemecah atau Pemersatu Bangsa Indonesia yang Berbahasa Satu

Rabu, Oktober 22, 2014 3 Comments A+ a-

“Terlalu mudah untuk saya mengatakan bahwa bangsaku tidak akan terpecah hanya karena bahasa asing” Sitti Ghaliyah

Sungguh terlalu mudah bagi saya untuk mengatakan bahwa bangsaku, bangsa Indonesia tidak akan terpecah karena bahasa asing. Bangsa saya ini kuat sekali, ia mempunyai beragam suku, beragam etnis, beragam bahasa daerah, bahkan mempunyai banyak pulau yang jaraknya cukup berjauhan. Sungguh! Bangsa saya terlalu kuat jika dapat terpecah hanya karena adanya bahasa asing yang masuk mengglobal di Negara tercinta saya ini, Indonesia. Saya menjadi tergelitik *sedikit tersenyum* untuk menuliskan sebuah artikel di blog saya tentang bahasa asing, akankah ia menjadi pemecah atau pemersatu bangsa Indonesia yang berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia. Saya meyakini, bukan karena bahasa. Bukan! Tetapi karena hal lain, yang lebih krusial untuk memecahkan bangsa saya yang kuat ini. Mungkin karena nasionalisme dan patriotisme yang mulai memudar di kalangan pemuda Indonesia saat ini.


Saya jadi teringat beberapa tahun silam, bahwa saya pernah mempelajari bahasa asing, bahkan tiga bahasa asing yang saya pelajari semasa di bangku sekolah (sekolah negeri), yaitu Mandarin, Deutch (bahasa Jerman) dan English (bahasa Inggris). Di sekolah negeri lain pun ada juga yang menjadikan bahasa asing sebagai mata pelajaran, seperti bahasa Jepang, Rusia, Korea, Perancis, dan banyak lainnya. Bahasa asing tersebut dijadikan mata pelajaran loh, yang dipelajari siswa-siswi di sekolah negeri, bukan hanya sekadar mempelajari bahasa asing seperti di sekolah berkurikulum internasional atau tempat-tempat kursus. Mengapa terjadi fenomena seperti itu?

Bahasa merupakan kenyamanan berkomunikasi si pemakai bahasa, benarkah?

Berbicara mengenai bahasa, menurut saya bahasa adalah salah satu alat berkomunikasi yang membuat nyaman si pemakai bahasa tersebut. Ya, kenyamanan! Seseorang akan menggunakan bahasa paling nyaman baginya untuk kepentingan kehidupan sehari-harinya, terutama hal-hal yang positif dan mempunyai etika. Masyarakat di daerah akan menggunakan bahasa daerah, karena bahasa daerahlah yang membuat masyarakat nyaman berkomunikasi di daerah mereka. Siswa-siswi blasteran (tetapi masih ada darah Indonesia) belajar di sekolah internasional menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris, karena faktanya hanya bahasa Inggrislah, bahasa yang membuat siswa-siswi menjadi nyaman dalam berkomunikasi dengan beragam siswa-siswi blasteran lainnya di sekolah tersebut. Adalagi biasanya anak-anak muda zaman sekarang menggunakan bahasa gaul, gue, elu, dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari. Begitulah berbahasa dalam kehidupan sehari-hari, ia akan membuat nyaman si pemakai dalam berkomunikasi, asalkan tetap beretika baik dan positif, tentunya selain menggunakan bahasa tubuh. Bagaimana dengan bahasa Indonesia, bahasa pemersatu bangsa Indonesia?

Menurut Depdiknas (2005: 3), bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Secara sosiologis, bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Kita mengenalnya sebagai sumpah pemuda.
Sumpah Pemuda
“Kami putra dan putri Indonesia,mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia"“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia”“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
Bahasa Indonesia akan sangat membantu dalam menyatukan perasaan, ide dan pikiran bahkan langkah seluruh masyarakat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan maju, dimana 244 juta penduduk Indonesia bertukar pikiran dan berkomunikasi dengan nyaman menggunakan bahasa yang satu, yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa Indonesia memang sudah digariskan untuk menjadi bahasa yang tetap bagi Indonesia dan wajib menjunjungnya dengan cara menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan nyaman sesuai dengan etika yang baik dan positif.