Belajar Menjadi Guru
Ada sesuatu hal yang membuatku senyam-senyum deh! :)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS: Al-Anfaal ayat 27)
Hari Jumat lalu, tepatnya tanggal 29 April 2015, aku memberikan amanah kepada delapan santri putri dan 10 santri putra terbaik. Amanahnya simple, yaitu menjadi seorang tutor untuk teman-teman sebayanya. Tugasnya cukup berat (mungkin), yaitu mengajar di sesi malam. Mengajar apa saja yang disukai tentang materi Ujian Nasional. Keesokkan paginya, setiap tutor wajib memberikan report kepadaku tentang apa saja yang dipelajari tadi malam, evaluasi tutor tentang perkembangan teman-teman didiknya, bahkan ada nilai yang harus diisi oleh tutor.
Reports dari tutor santri putri |
Nilai Try Out 4 sudah keluar. 11 orang santri putri dan 22 santri putra (tentu di tempat yang terpisah) yang mendapatkan nilai terendah harus menjalankan intensif belajar UN sesi malam dengan para gurunya. Sisanya? Sisanya bebas memilih tutor yang dianggapnya paling nyaman untuk belajar sampai menjelang Ujian Nasional tanggal 9 Mei 2016 nanti.
Satu per satu aku pastikan setiap santri putra memilih tutor yang paling disukainya. Disukai dalam hal mereka nyaman belajar dengan sang tutor. Nah, kalau di santri putri, sang tutorlah yang memilih teman-teman didiknya.
"Alasannya, karena biar adil bu jumlah kelompok tutornya," kata mereka.
Benar juga ya. Baiklah, aku ijinkan mereka untuk memilih sendiri teman-teman didiknya, asal jumlahnya adil.
Di santri putri, satu tutor mendapatkan 3-4 teman-teman didiknya. Mereka mengajar dimanapun tempat yang nyaman bagi mereka. Ada yang di masjid, ada yang di kamar, dan ada juga yang memilih untuk mengajar di ruang kelas.
Kemarin malam, saat aku sedang memberikan sesi intensif malam hari untuk 11 santri putri di ruang kelas 9B, ternyata di samping ruang kelas tempatku mengajar, ada salah seorang tutor yang juga sedang mengajar. Namanya Asy-Syifa Mutmaiinah, kelas 9A. Santri tercerdas yang kumiliki. Ia menguasai hampir semua mata pelajaran.
Aku mengintip ia yang sedang mengajari teman-teman didiknya dari balik jendela yang terbuka. Malam itu, jumlah teman-teman didiknya ada tiga santri.
Aku mengintip ia yang sedang mengajari teman-teman didiknya dari balik jendela yang terbuka. Malam itu, jumlah teman-teman didiknya ada tiga santri.
MasyaAllah, aku kaget sekali! Melihat ia begitu percaya diri seperti seorang guru yang sedang mengajar murid-muridnya. Caranya berdiri di dekat papan tulis sambil memegang spidol, tutur kata dalam penyampaian materinya, bahkan aku pun sempat melihat ekspresinya. Entah mengapa, aku membaca ekspresi ikhlas dari pancaran wajahnya.
Alhamdulilah, Syifa menjalani amanah dariku dengan senang hati. Ia paham, ilmunya akan berkah apabila ia ikhlas menularkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.
Itu tentang Syifa, bagaimana ya 7 tutor santri putri lainnya? Sepertinya sama saja. Karena aku membaca dengan detail report yang mereka berikan setiap paginya. MasyaAllah detail banget! Aku bangga sekali dengan mereka.
Report dari Syifa |
Beda hal dengan tutor santri putra. Tadi pagi aku memarahi mereka, karena kemarin malam aku mendapatkan laporan bahwa tidak ada kegiatan belajar mengajar sesi malam. Subhanallah... Aku harus mengingatkan mereka lagi.
"Kalian kenapa kemarin malam tidak belajar bersama dengan teman-teman didik kalian?" tanyaku mengonfirmasi kepada para tutor santri putra.
"Eeeee... kemarin banyak yang nggak hadir bu." Jawab Ija.
"Saya ngajar kok, bu. Tapi hanya dua orang saja," jawab Sidqi.
Menepati amanah merupakan moral yang mulia, Allah swt. menggambarkannya sebagai orang mukmin yang beruntung (Q.S. Al-Mu'minun: 8), sebaliknya Allah tidak suka orang-orang yang berkhianat dan tidak merestui tipu dayanya (Q.S. Yusuf: 52), dan orang yang mengkhianati amanah termasuk salah satu sifat orang munafik.
"Nak, kamu mengerti yang namanya amanah kan? Jika kamu diberi sebuah amanah, apa yang seharusnya dilakukan?"
"Iya bu. Besok malam belajar lagi."
Ya Allah, aku suka sekali dengan para santri-santri ini. Muka mereka langsung berubah ekspresinya menjadi sangat ketakutan sekali kepadaMu. Aku mengingatkan mereka tentang amanah. Semoga Engkau selalu mencurahkan rahmatMu kepada santri-santriku. Ammiin...
Report dari Falah |
Aku senang sekali, cara ini sangat membantuku. Aku bisa fokus mengajar sesi intensif dengan santri-santri terlemah, dan santri lainnya akan belajar berbesar hati untuk mau diajari dengan temannya yang lebih pintar alias bapak dan ibu tutor yang telah aku beri amanah.
"Nak, ayo kamu harus belajar menjadi guru!" kataku memberikan semangat kepada para tutor.
"InsyaAllah, satu dari teman-teman yang kamu ajari saat ini, kelak akan menarik tanganmu menuju surga," pungkasku.
1 Cuap Cuap:
Write Cuap CuapPake tutor sebaya ya .. baguslah~
Replytapi kalo siswanya udah gede2, tingkat keberhasilannya lumayan ..
yang paling penting sih mereka mau belajar berbagi ilmu ke sesama~
Terima kasih telah berkunjung. Yuk tinggalkan jejakmu!