Galauin Cover

Rabu, April 15, 2015 13 Comments A+ a-

Bismillah....

Emang yaa nasib mahasiswi tingkat akhir tuh begini banget *ngelus dada* 
.
.
.
.
.
*tarik napas panjang*

Oke gue lanjutkan, jadi gue mau curhat nih sebenarnya. Soalnya gue abis dicurhatin sama temen gue (beda jurusan, lebih tepatnya jurusan Biologi) tentang SKRIPSI. Sebut saja namanya Doi. Gue ketemu doi pas kita sama-sama lagi menunggu Bus Trans Jakarta di Shelter UNJ. Gue sebagai temennya mau aja sih mendengarkan semua curahan hatinya tentang SKRIPSI.

Intinya sih doi GALAU. *dia gak tahu apaa yaa, kalau gue juga galau*
Doi curhat kalau dosen pembimbingnya tuh bangke banget! Dosennya menghambat si doi untuk Sidang Pra Skripsi (alhamdulilah gue sih udah). Kedua dosen pembimbingnya malah berdebat soal judul penelitiannya si doi, disuruh tambah variabel yang bikin doi makin memboroskan waktunya untuk maju SPS. 

Doi juga bilang, dengan ditambahnya variabel pada penelitian doi, hal tersebut membuat doi kesulitan mencari penelitian yang relevan di Perpustakaan kampus. Katanya sih penelitian doi jarang sekali ditemukan. 

Gue cuma ngasih saran yang klasik, "POKOKNYA MESTI SEMANGAT YA!"

Maaf yaa cuma bisa ngasih saran gitu doang.
Tapi gue juga ngasih solusi buat doi. Gue ngasih nomor temen gue, yang kebetulan judul penelitiannya hampir sama dengan doi. Semoga nomor temen gue itu bisa membantu doi menjalankan rintangan penelitiannya.

Sebenarnya bukan masalah susah atau gampangnya penelitian skripsi kita. Tapi ini masalah mental dan kegundahan hati yang terus menghantui setiap mahasiswa tingkat akhir. Istilahnya anak muda alay tuh, "GALAU BERAT". Ya begitulah. Itulah yang sedang gue rasakan. Gue butuh berjam-jam lamanya hanya untuk mendesain cover untuk produk penelitian pengembangan gue. 

Produk gue ini on progress. Membuat gue galau berat cuma mikirin cover-nya saja. 

Bagi kamu yang membaca postinganku ini, please kasih komentar kritik dan masukannya tentang cover produk gue, yang sudah gue design ini. 
Terima kasih yaaaa sebelumnya.



Terima Kasih Rindu

Rabu, April 01, 2015 4 Comments A+ a-

[Percakapan Tentang Rindu]

"Jujur, aku tidak mengerti bagaimana harus mengatasi rinduku ini."

"Aku ingin berkata sesuatu, tapi matamu terlalu lekat menatapku, sehingga bibirku kelu untuk berucap."

"Tak perlu untuk diucapkan, cukup dari pancaran matamu, aku sudah membacanya.
Hanya ingin sekadar menyapamu. Hanya itu."

"Jika tak ada jarak yang memisahkan, dan waktu yang membatasi, mustahil tercipta kata "Rindu".
Benar bukan?"

"Rinduku sudah terbalaskan dari tatapanmu itu. Aku hanya bisa menundukkan pandangan darimu."

"Sanking aku merindumu, bahkan rumput pun malu jika aku selalu menatapnya."

"Bagaimana mungkin aku menatapmu? Jika untuk berpapasan saja aku malu. Tak sanggup aku melihat dirimu, dan biarlah ini tetap menjadi rindu."

"TAPI, senyummu itu telah membiusku. CUKUP."

"Bila hati ini besi, maka rindu adalah karatnya.
Senyumku mengalihkan duniamu kah?"

"Aku mau menjadi karatmu, karat yang selalu setia menemanimu di kala hujan datang membadai. Aku mau..."

"Karatmu itu membuatku rapuh.
Tapi, aku rindu."

"Wajah yang menahan napsuku. Sedetik... dua detik.. tiga detik... menjelma candu.
Di tengah keramaian yang menyeruak. Selangkah... dua langkah... tiga langkah..
Aku sibuk memburu kehadiranmu.
Indahnya, hari yang kelabu.
Menjelma merah jambu.
Namun, selama Tuhan bilang  ini haram, ini haram.
Baiknya sibuk-sibuklah hatiku.
Jauh-jauhimu.
Dekat-dekati-Nya."

"Sibuk-sibuklah hatiku?
Jauh-jauhimu?
Ya! itu telah kulakukan.
Tapi.. mengapa alam semesta ini mendukungku untuk selalu merindukanmu?
Menyebut namamu di dalam doaku."

"Ketika candu sudah merasuki dirimu, maka bersegeralah mencari penawarnya.
Jika kamu tak temukan penawarnya, biarlah Allah yang akan memberikan penawarnya."

"Aku semakin sering menyelipkan namamu dalam doaku.
Doa berserah kepada-Nya.
Aku hanya sekadar rindu."

"Bahagia bersamamu melalaikan.
Maka, ada kalanya menjaga jarak lebih baik daripada silahturahim."

"Saat merah senja bias oleh hujan.
Aku berdoa.
Tak sadar aku selipkan namamu.
Ah, adakah kau juga mendoakanku?"

"Jika bahagia bersamaku melalaikanmu, berarti ada yang salah dengan kebersamaan kita.
Semoga doamu dan doaku bertemu."

"MELALAIKAN, itu yang salah"

"Padahal aku ingin memecahkan semua rasa ini untuk biar kalian sadar.
Kalau malam ini, jangan sampai lalai dengan semua kata rindu".

"Rindu, KAMU TAHU?
Aku hanya mampu mengucapkan kata itu di dalam doaku.
Apakah aku berani mengucapkannya langsung kepadamu?
Biar saja...
Alam semesta tetap mendukungku.
Aku rindu, kamu."

"Rindu untuk terus diingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Maka rindu itu luas, jangan menyempitkan makna rindu."

"Kalau gitu, apa makna luas dari Rindu?
Kamu hanya tahu teori. Buktikan!"

"Bukankah rindu itu milik kita semua?
Tak perlu merindukan apa yang belum halal untuk kita.
Rindu yang sudah pasti-pasti saja. Rinduku padamu.
Mengingatkan semua kenangan indah kita."

"Semesta mendidik agar mendewasa dalam mengelola rasa."

"Semoga tak hanya 'Rindu' di setiap ketikan.
Semoga saat bertemu bukan hanya saling tatap, tapi untuk membuat "Rindu" yang lama sudah dipendam. Kita bisa berbagi cerita."

"Karenamu aku mampu beraskara."

"Ya, sederhana saja, aku rindu."

"Karena rindu, aku dan kamu bisa bertemu dalam doa."

"Aku tanya sekali lagi. Aku rindu. Aku sudah berteriak.
AKU RINDU.
Lalu kamu?
Aku masih membisu menanti jawabanmu."

"Di ruang rindu, kita bertemu."

"Menyebut namamu dalam doaku."

"Aku? tak ubahnya kamu.
Rindu ini menyumpal dalam dada, pedih terpendam, meski indah tersulam.
Sejatinya, ku simpan rindu ini untuk kamu, terpatri sunyi, menagih untuk ditemui."

"Rindu milik kita semua.
Rindu bertemu dengannya, walau tak pernah bersua.
Aku hanya mengenalmu lewat apa-apa yang dikisahkan.
Semoga kelak kita bisa berjumpa."

"Semoga rinduku terbalaskan sesuai harapanku."

"Dan rindu menjadi urusanku, padahal kamulah penyebabnya."

"Senyumu itu candu.
Candu itu meracuniku.
Dan racun itu jadi penawar rindu.
Karena rindu, aku dan kamu bisa bertemu dalam doa.
Menagih untuk ditemui."

"Bertemu?
Kamu yakin?
Aku tak kuasa menahan rindu ini."

"Aku yakin dengan pilihan ini. Kita bertemu, atau tidak sama sekali."

"Kamu yakin hanya ada dua pilihan itu untuk rinduku?
Bertemu atau tidak sama sekali?
Kamu jahat!
Ajarkan aku untuk mampu menguasai rinduku ini."

"Kamu mau tahu bagaimana caranya untuk menguasai rindumu itu?
Mendekatlah pada Sang Pencipta Rindu.
Maka kamu akan menemukan caranya.
Bukan kamu paksa tolak rindu itu."

"Cukup. Selamat malam Rindu.
Terima kasih telah menundukkan pandanganmu untuk membalas rinduku."

"Malam yang indah.
Semoga kita dapat bertemu di ruang rindu."



[PRESS RELEASE] BTOLL

Rabu, April 01, 2015 1 Comments A+ a-

Kebetulan beberapa hari yang lalu, gue dan partner gue, Muti, diminta untuk liputan Roadshow Seminar BTOOL (Buka Toko Online Langsung Laris) di Universitas Negeri Jakarta. Ini dia press release BTOOL yang kemarin mampir ke UNJ.

----------------------------------------------
BTOLL (Buka Toko Online Langsung Laris)

Reporter: Mutiara Kinanti
Editor: Sitti Ghaliyah

BEMUNJ, Jakarta (29/3) - Roadshow Seminar BTOLL (Buka Toko Online Langsung Laris) diselenggarakan pada hari Sabtu, 28 Maret 2015 pukul 08.00 WIB yang bertempat di Aula Brigjen Latif Hadiningrat, Gedung Dewi Sartika, Kampus A, Universitas Negeri Jakarta. Jakarta menjadi kota ke-10 sebagai bagian roadshow seminar 30 kota yang diselenggarakan oleh BNI Syariah dan yukbisnis.com